Senin, 18 Juli 2016

PENELITIAN PROFIL LANSIA PADA PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA SINTA RANGKANG DI KELURAHAN BANTURUNG KECAMATAN BUKIT BATU KOTA PALANGKA RAYA PART 1

BAB I
PENDAHULUAN


1.1.    Latar Belakang
Menurut Undang – Undang No 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lansia Pasal 1 ayat 2            Lanjut Usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 (enam puluh) tahun keatas. Penuaan penduduk merupakan kemenangan dan tantangan (Gro Harlem Brundtland, WHO 1999). Kemenangan merupakan indikasi dari suksesnya sebuah negara mengaplikasikan kebijakan dibidang kesehatan, pembangunan ekonomi dan pembangunan sosial, disisi lain tantangannya adalah kebijakan dibidang perawatan kesehatan, munculnya masalah – masalah dibidang sosial, ekonomi, pemberdayaan dan pendayagunaan lansia. Seiring berjalannya waktu penduduk di berbagai belahan dunia mengalami penuaan dengan cepat karena memang penuaan tidak bisa dihindari. Keinginan semua orang adalah bagaimana agar tetap tegar dan bahagia dalam menjalani hari tua yang berkualitas dan penuh makna. Penuaan penduduk / jumlah Lanjut Usia (Lansia) dunia  terus meningkat jumlahnya dari waktu kewaktu. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat jumlah penduduk lansia (60 th) keatas sebanyak 600 juta orang diperkirakan tahun 2025 jumlahnya mencapai 1,2 milyar dan tahun 2050 menjadi 2 milyar. Diperkirakan jumah lansia tahun 2050 lebih banyak dibandingkan dengan anak usia 0-14 tahun. Lansia kebanyakan bermukim dinegara-negara sedang berkembang dengan komposisi sbb: tahun 2002 berjumlah 400 juta orang (61%) dari lansia dunia, meningkat menjadi 840 juta orang tahun 2025 atau 70 % dari lansia dunia dan akhirnya tahun 2050 diperkirakan sudah mencapai 1, 6 milyar orang (80%) dari lansia dunia. Separuh lansia hidup di Asia secara berurutan ada di Cina, India, Jepang dan Indonesia (Undesa, 2006).  Jumlah lansia di Indonesia juga terus meningkat tercermin dari usia harapan hidup (UHH) yang terus meningkat yang mengindikasinya keberhasilan kebijakan pembangunan di bidang kesehatan. Perbaikan kondisi perekonomian masyarakat juga ikut berperan dalam menunjang usia harapan hidup (UHH) karena kemampuan sebagian penduduk untuk memenuhi kebutuhan primer dan sekundernya.  Tabel berikut berisi tentang UHH, jumlah dan % lansia dari waktu kewaktu: 
Tabel 1: lansia di Indonesia
Tahun
UHH
Jumlah
%
1980
52,2
7.988.543
5,45
1990
54,8
11.227,557
6,29
2000
64,5
14.439.907
7,18
2010
67,4
23.992.552
9,77
2020 *
70,2
28.882.879
11,37
     Sumber : Proyeksi Provinsi Penduduk Kalimantan Tengah 2010 – 2020 (BPS)
Dari tabel diatas nampak bahwa UHH terus meningkat sebagai cermin dari  keberhasilan pembangunan dalam bidang kesehatan, semakin tinggi UHH menggambarkan kesehatan masyarakat semakin baik dan itu berarti semakin sukses pembangunan bidang kesehatan. Sebaliknya, pembangunan bidang kesehatan yang kurang berhasil berdampak pada rendahnya derajat kesehatan masyarakat sehingga UHH juga  rendah. Peningkatan UHH menyebabkan banyak penduduk yang bisa mencapai usia tua termasuk dalam kategori penduduk lansia, sehingga banyak yang memprediksikan bahwa beberapa tahun ke depan terjadi booming lansia.
Provinsi Kalimantan Tengah juga mengalami peningkatan jumlah lansia dari waktu ke waktu seperti tercermin dalam tabel berikut ini:
Tabel 2. Jumlah dan Persentase Penduduk Lansia Kalimantan Tengah
 2010 – 2013 (ribuan jiwa)
Tahun
Jumlah Penduduk
Jumlah Penduduk Lansia
Persentase Lansia
2010
2.220,8
103,1
4,64
2011
2.275,1
107,1
4,71
2012
2.329,8
111,7
4,79
2013
2.384
116,9
4,90
Sumber : Proyeksi Provinsi Penduduk Kalimantan Tengah 2010 – 2020 (BPS)
          Secara persentase jumlah lansia lebih rendah dibandingkan dengan rata rata lansia Indonesia sesuai hasil SP 2010 yaitu 4, 64 %   Kalimantan Tengah dan 9,77%  Indonesia. UHH di Kalimantan Tengah hasil SP 2010 mencapai 71,5 tahun sedangan Indonesia mencapai 67,4  ditahun yang sama.
          Peningkatan proporsi penduduk Lanjut usia ini akan mempunyai pengaruh yang cukup signifikan dalam kebijakan pemerintah untuk memberikan pembinaan terhadap lansia. Terlebih lagi masalah yang sering dialami lansia adalah masalah kesehatan baik itu kesehatan secara fisik atau mental karena para lansia rawan mengalami kecemasan yang berlebih dan depresi. Oleh karena itu diperlukan peran serta Pemerintah dalam memberikan kebijakan untuk pembinaan para lansia. Lansia seakan – akan sekarang ini sedang booming dan menjadi tren di Kalimantan Tengah khususnya di Palangka Raya.
          Palangka Raya merupakan ibu kota dari Provinsi Kalimantan Tengah. Di Palangka Raya Lansia sudah menjadi topik pembicaraan mengingat Palangka Raya memiliki angka harapan hidup tertinggi dari seluruh kabupaten Kalimantan Tengah yaitu 73,61 tahun berdasarkan sensus penduduk tahun 2010. Pemerintah Kalimantan mendirikan Panti Sosial Tresna Werdha “Sinta Rangkang” di Jalan Pariwisata No. 174 Kelurahan Banturung Kecamatan Bukit Batu, Kota Palangka Raya. 
          Menjadi lansia adalah proses alamiah yang ditandai dengan kemunduran fisik maupun psikologis. Lansia yang sehat dapat tetap produktif dan mandiri sampai usia yang sangat tua, sedangkan lansia yang tidak sehat secara fisik dan psikologis akan cepat menjadi tanggungan anak-anaknya dan bahkan akan menjadi tanggungan negara. Menurut Undang – Undang No. 13 Tahun 1998 Lansia secara fisik dibagi menjadi 2 kelompok yaitu:
1.      Lansia Potensial yaitu seseorang yang telah berusia 60 tahun keatas tetapi masih memiliki kemampuan fisik, intelektual, dan emosional serta sosial yang dapat didayagunakan untuk mampu memenuhi kemampuan hidupnya.
2.      Lansia yang tidak potensial adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun keatas tetapi memiliki keterbatasan kemampuan fisik, intelektual, dan emosional serta sosial yang dapat mengganggu interaksi sosialnya dan pemenuhan kebutuhan hidupnya sehingga hidupnya bergantung pada orang lain.
Lanjut usia diharapkan mampu beradaptasi pada perubahan psikososial yang terjadi pada penuaan. Bila dulu orang tua memberikan nasehat serta bimbingan kepada orang lain, sekarang mereka justru dirawat oleh orang lain. Karena tidak lagi memainkan peran yang berarti, orang lanjut usia merasa bahwa diri lebih merupakan tanggungan dan bukan aset sosial. Belum lagi mereka masih harus berhadapan dengan kehilangan-kehilangan peran diri, kedudukan sosial, serta perpisahan-perpisahan orang yang dicintai. Semua hal tersebut menuntut kemampuan beradaptasi yang cukup besar untuk dapat menyikapi secara bijak (McGhie, 1996).
Perubahan – perubahan peran lansia dalam keluarga juga terkadang membuat mereka merasa tersisihkan, dan merasa cemas secara berlebihan. Belum lagi lansia yang masih memiliki keluarga namun dititipkan pada Panti Werdha dan tidak bisa bertemu dengan sanak keluarganya karena alasan jauh, kesibukan keluarga itu sendiri, tidak bisa ditemui, pindah alamat dan lain-lain. Hal tersebut dapat membuat lansia semakin merasa tersisihkan dan terlantarkan itu akan berdampak negatif pada kesehatan mereka baik secara fisik maupun mental dan dikhawatirkan bisa membuat mereka depresi.
Dalam buku ”Bunga Rampai Psikologi Perkembangan Pribadi dari bayi sampai lanjut usia” (2001), aspek emosional yang terganggu, kecemasan, apalagi stres berat secara tidak langsung dapat mengganggu kesehatan fisik yang akan berakibat buruk terhadap stabilitas emosi. Pada lanjut usia permasalahan psikologis terutama muncul bila lansia tidak berhasil menemukan jalan keluar masalah yang timbul sebagai akibat dari proses menua. Rasa tersisih, tidak dibutuhkan lagi, ketidakikhlasan menerima kenyataan baru seperti penyakit yang tidak kunjung sembuh, kematian pasangan, merupakan sebagian kecil dari keseluruhan perasaan yang tidak enak yang harus dihadapi lanjut usia (Gunarsa, 2006). Seringkali kita dapatkan perasaan tak berguna yang menghinggapi orang - orang lanjut usia, perasaan cemas, gelisah, takut yang akan mempengaruhi kondisi jasmaniahnya. Mungkin karena para lanjut usia penghuni panti pada umumnya mendambakan perhatian. Sebagian besar dari mereka merasa dibuang, dilupakan, dicampakkan bahkan oleh anak-anaknya sendiri. Mereka merasa tdak lagi berharga. Problem psikologi yang dialami lansia adalah kecemasan dan ketakutan yang menyebabkan lansia menjadi penakut, mudah tersinggung dan semacamnya (Hardywinoto & Setiabudhi, 1999).
Perasaan cemas karena ditinggalkan keluarga pastinya akan mengganggu mental mereka. Namun, bukan hanya karena keluarga yang tidak peduli ataupun diperhatikan anak – anaknya yang menyebabkan gangguan terhadap mental lansia, namun ditinggal pasangan karena meninggal juga dapat membuat kesehatan lansia ini juga menurun terutama mental dan tak jarang bisa mengakibatkan depresi. Hal tersebut di sebabkan karena para lansia ini juga memerlukan kebutuhan seksualitas, aktifitas seksualitas  tetap merupakan kebutuhan bagi lansia akan tetapi ada berbagai hambatan baik eksternal maupun internal menyebabkan kegiatan ini sering kali tidak dilakukan oleh semua lansia. Fenomena sekarang, tidak semua lansia dapat merasakan kehidupan seksual yang harmonis, karena banyak golongan lansia tetap menjalankan aktifitas seksual sampai usia yang cukup lanjut, dan aktifitas tersebut hanya dibatasi oleh status kesehatan dan ketiadaan pasangan.
Penurunan fungsi dan potensi seksual pada lanjut usia seringkali berhubungan dengan berbagai gangguan fisik seperti : gangguan jantung, gangguan metabolisme, misal diabetes militus, vaginitis, kekurangan gizi, karena pencernaan kurang sempurna atau nafsu makan sangat kurang, penggunaan obat – obat tertentu. Faktor psikologis yang menyertai lansia antara lain : rasa tabu atau malu bila mempertahankan kehidupan seksual pada lansia, sikap keluarga dan masyarakat yang kurang menunjang serta diperkuat oleh tradisi dan budaya, pasangan hidup telah meninggal. Disfungsi seksual karena perubahan hormonal atau masalah kesehatan jiwa lainnya misalnya cemas, depresi, pikun dsb (Utama,2009).
   Seiring dengan fenomena yang ada maka peneliti perlu untuk mengadakan penelitian mengenai apa saja yang menjadi tren lansia sekarang ini,dengan mengetahui kondisi riil para lansia yang ditampung di Panti Sosial Tresna Werda Sintang Rangkang dan profile penghuninya ditinjau dari berbagai aspek seperti: Umur, Jenis Kelamin, Agama, Tempat lahir dan lain - lain.
1.2.    Perumusan Masalah
          Berdasarkan uraian singkat yang melatar belakangi Penelitian ini, maka rumusan masalah yang akan diungkap dalam penelitian ini adalah bagaimana profile lansia yang menghuni  Panti Sosial Tresna Werdha Sinta Rangkang Kelurahan Banturung Palangka Raya?

1.3.    Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi riil para lansia yang ditampung di Panti Tresna Werda Sintang Rangkang dan profile penghuninya ditinjau dari berbagai aspek seperti: Umur, Jenis Kelamin, Agama, Tempat lahir dan lain - lain.
1.4.    Manfaat Penelitian
          Ada dua  manfaat yang diperoleh dari penelitian ini yaitu manfaat teoritis untuk memperkaya kajian akademis yang sudah ada sebelumnya dan manfaat praktis berupa penyajian data aktual yang bisa dipakai sebagai bahan pertimbangan dalam program peningkatan pelayanan lansia dimasa yang akan datang, secara rinci manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.4.1. Manfaat teoritis
*      Memberikan sumbangan pemikiran dan pengembangan ilmu pengetahuan sosial tentang Fenomena Lansia.
*      Sebagai bahan pertimbangan dan pemikiran dalam mengembangkan model-model penelitian lebih lanjut yang berhubungan dengan studi kasus Fenomena Lansia di masa-masa yang akan datang.
1.4.2. Manfaat praktis
*   Memberikan pertimbangan dan rekomendasi yang tepat bagi pemerintah daerah dalam memberikan binaan dan perhatian untuk para Lansia terutama dalam pelayanan kesehatan.
*   Memberikan masukan yang berguna dalam pengembangan program kerja pemerintah pusat dan daerah di bidang pemberdayaan manusia dalam rangka pembinaan kesejahteraan sosial untuk para Lansia secara terpadu dan berkesinambungan.
*   Bagi penulis bermanfaat sebagai penerapan moral untuk kedepannya lebih peka dan peduli terhadap kehidupan Lansia.
1.5.    Metodelogi Penelitian
1.5.1. Populasi dan Sampel
            Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang dikombinasikan dengan kuantitatif berupa angka-angka dalam  tabel  yang berfungsi untuk memperkuat kajian  penelitian sehingga menjadi lebih jelas dan komprehensif. Penelitian kualitatif bertolak dari asumsi tentang realitas atau fenomena ynag unik dan komplek, sehingga data ditelusuri seluas mungkin dan sedalam mungkin . Populasi dalam penelitian ini adalah Kantor panti dilengkapi dengan sampel  yang penting seperti kepala kantor dan beberapa penghuni lansia sebagai  informan kunci ( (Key Informan ). Agar pemilihan sampel yang kami lakukan sesuai dengan kaidah ilmiah maka diacu pendapat Spradley JP, sbb:
a.       Subyek sudah cukup lama dan intensif menyatu dengan kegiatan atau medan aktivitas yang menjadi informasi.
b.      Subyek masih terlibat aktif pada lingkungan atau kegiatan yang menjadi perhatian peneliti.
c.       Subyek mempunyai cukup banyak waktu untuk diwawancarai
d.      Subyek yang dalam pemberian informasi tidak cenderung diolah atau dipersiapkan. (Spadley, JP. 1980).dalam penelitian ini yang menjadi informan adalah para lansia dan pengelola panti.  
1.5.2. Sumber Data
            Data utama yang diperlukan dalam penelitian ini bersumber dari data sekunder yang dimiliki oleh panti ditambah wawancara dengan para lansia dan pengelola Panti. Untuk melengkapi  data tertulis yang dimiliki panti maka dimanfaatkan  media sosial utamanya internet.
1.5.3. Tehnik Pengumpulan Data
            Dokumentasi merupakan data primer yang diperoleh dari tata usaha kantor pengelola panti dilengkapi dengan observasi partisipatif dipakai untuk menjaring data tambahan serta wawancara dengan pengelola maupun lansia penghuni panti. Untuk memperkaya khasanah penelitian  foto-foto yang mendukung penelitian.
1.5.4. Tehnik Analisa Data
            Data sekunder yang terkumpul dari kantor pengelola  Panti dipilah sedemikian rupa kemudian dimasukkan dalam tabel silang sesuai dengan keperluan. Tabel silang yang tersaji diberi penjelasan sesuai konteknya dikaitkan dengan hasil- hasil penelitian yang sudah pernah dilaksanakan.
           
            BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1.       Tinjauan Teoritis
Dewasa ini telah terjadi fenomena demografis diseluruh dunia termasuk Indonesia dengan ciri-ciri bertambahnya usia harapan hidup, bertambahnya jumlah penduduk lanjut usia, bertambahnya persentase penduduk lanjut usia terhadap seluruh jumlah penduduk dan semakin besarnya tingkat ketergantungan lansia terhadap penduduk usia produktif. Fenomena lain yang muncul adalah jumlah lansia perempuan jauh lebih besar dibandingkan dengan lansia laki-laki.  Fenomena ini akan terus berlangsung pada masa-masa yang akan datang.
Menurut perhitungan PBB (2001)  Pada tahun 2000 terdapat sekitar 600 juta lansia (60 tahun keatas), jumlah lansia diproyeksikan menjadi 1,2 milyar orang tahun 2025 dan jumlahnya meningkat lagi menjadi 2 milyar tahun 2050,  disisi lain ada penelitian dari WHO menemukan bahwa dewasa ini banyak penduduk dunia panjang umur tapi sakit-sakitan, oleh karena itu perlu diajak peran serta seluruh masyarakat untuk membangun kesehatan bersama pemerintah. Berkaitan dengan kesehatan The Macao Outcome Decument (Unescap High Level Meeting Macao, 2007) menekankan pentingnya perilaku hidup sehat sedini mungkin. Universitas Indonesia dan beberapa Universitas lainnya menemukan bahwa bidang kajian yang dapat diterapkan untuk memperkuat daya tahan tubuh dan mencegah berbagai penyakit maupun kelainan pada proses penuaan.
2.2.    Pengertian Lanjut Usia (Lansia)
            Seiring berjalannya waktu usia seseorang semakin bertambah tentunya akan terjadi penuaan pada setiap orang. Menjadi tua merupakan proses yang alami seiring bertambahnya umur semua sistem tubuh akan berubah dan mengalami penuaan. Seseorang yang sudah mencapai kurang lebih 60 tahun keatas dapat dikatakan lanjut usia atau lansia. Menurut Undang – Undang No 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lansia Pasal 1 ayat 2          Lanjut Usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 (enam puluh) tahun keatas. Sedangkan menurut Depkes RI. Tahun 2001yaitu:
“ Lanjut usia adalah seseorang laki – laki atau perempuan yang berusia 60 tahun atau lebih, baik secara fisik masih berkemampuan (Potensial) maupun karena sesuatu hal tidak lagi mampu berperan aktif dalam pembangunan (tidak potensial)”. (Depkes RI. 2001)

            Menurut Undang – Undang Kesehatan Nomor 23 Tahun 1992 Pasal 19 ayat 1 yaitu menjelaskan tentang Manusia Lanjut Usia (Growing Old) adalah seseorang yang karena usianya mengalami perubahan biologis, fisik, sikap, perubahan akan memberikan pengaruh pada keseluruhan aspek kehidupan termasuk kesehatan.
            BKKBN dalam Buku saku kegiatan KKN Mahasiswa Materi Bantu Penyuluhan Kependudukan, Keluarga Berencana dan Pembangunan Keluarga menjelaskan :
            “Penduduk lanjut usia atau lansia adalah penduduk yang berusia 60 tahun keatas. Lansia dibedakan menjadi 3 yaitu :
                       1.     Lansia muda : usia 60 – 69 tahun.
                       2.     Lansia menengah : usia 70 – 79 tahun.
                       3.     Lansia tua : usia 80 keatas.
  (BKKBN,2014 :171)
          Sedangkan menurut Undang – Undang No. 13 Tahun 1998 Lansia secara fisik dibagi menjadi 2 kelompok yaitu:
1. Lansia Potensial yaitu seseorang yang telah berusia 60 tahun keatas tetapi masih memiliki kemampuan fisik, intelektual, dan emosional serta sosial yang dapat didayagunakan untuk mampu memenuhi kemampuan hidupnya.
2. Lansia yang tidak potensial adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun keatas tetapi memiliki keterbatasan kemampuan fisik, intelektual, dan emosional serta sosial yang dapat mengganggu interaksi sosialnya dan pemenuhan kebutuhan hidupnya sehingga hidupnya bergantung pada orang lain.

Lansia merupakan kelompok penduduk yang telah berusia 60 tahun keatas dan dalam usia itulah para lansia ini mengalami perubahan baik secara fisik, biologis maupun psikologisnya. Sehingga para lansia ini perlu mendapatkan pembinaan dan perhatian yang lebih, karena mereka sangat mudah sekali terserang penyakit, cemas berlebih bahkan sampai depresi. Para lansia ini akan mengalami kemunduran secara fisik dan psikologis karena usianya yang semakin bertambah. Ada beberapa lansia yang masih tetap sehat secara fisik dan memiliki kemampuan untuk bekerja akan menjadi lansia yang mandiri sampai usia yang sangat tua dan ada juga beberapa lansia yang secara fisik maupun psikologisnya tidak baik akan menjadi tanggungan dari anak – anaknya ataupun cucu- cucunya.
2.3.      Ciri – Ciri Lansia
            Secara fisik lansia ini akan mengalami perubahan karena penuaan mulai dari kulit mereka yang keriput, fungsi – fungsi sistem tubuh juga sudah mulai tidak berfungsi dengan baik. Menurut BKKBN dalam Buku saku kegiatan KKN Mahasiswa Materi Bantu Penyuluhan Kependudukan, Keluarga Berencana dan Pembangunan Keluarga, salah satu ciri utama lansia adalah mengalami kemunduran fisik dan psikologis karena proses penuaan. Menurut Hurlock (Hurlock, 1980, h.380) terdapat beberapa ciri-ciri orang lanjut usia, yaitu :
  • Usia lanjut merupakan periode kemunduran. Kemunduran pada lansia sebagian datang dari faktor fisik dan faktor psikologis. Kemunduran dapat berdampak pada psikologis lansia. Motivasi memiliki peran yang penting dalam kemunduran pada lansia. Kemunduran pada lansia semakin cepat apabila memiliki motivasi yang rendah, sebaliknya jika memiliki motivasi yang kuat maka kemunduran itu akan lama terjadi.
  • Orang lanjut usia memiliki status kelompok minoritas. Lansia memiliki status kelompok minoritas karena sebagai akibat dari sikap sosial yang tidak menyenangkan terhadap orang lanjut usia dan diperkuat oleh pendapat-pendapat klise yang jelek terhadap lansia. Pendapat-pendapat klise isu seperti : lansia lebih senang mempertahankan pendapatnya daripada mendengarkan pendapat orang lain.
  • Menua membutuhkan perubahan peran. Perubahan peran tersebut dilakukan karena lansia mulai mengalami kemunduran dalam segala hal. Perubahan peran pada lansia sebaiknya dilakukan atas dasar keinginan sendiri bukan atas dasar tekanan dari lingkungan.
  • Penyesuaian yang buruk pada lansia. Perlakuan yang buruk terhadap orang lanjut usia membuat lansia cenderung mengembangkan konsep diri yang buruk. Lansia lebih memperlihatkan bentuk perilaku yang buruk. Karena perlakuan yang buruk itu membuat penyesuaian diri lansia menjadi buruk.

Ciri utama lansia pastinya akan mengalami proses penuaan dan kemunduran lansia, penuaan itu sendiri merupakan proses perubahan menjadi tua baik pada fisik maupun psikologis. Seperti yang dijelaskan BKKBN dalam Buku saku kegiatan KKN Mahasiswa Materi Bantu Penyuluhan Kependudukan, Keluarga Berencana dan Pembangunan Keluarga :
“Penuaan adalah proses menjadi tua yang terjadi secara alamiah, terus menerus dan berkesinambungan. Proses ini menyebabkan perubahan anatomis dan fisiologis pada tubuh dan pada kemampuan tubuh secara keseluruhan. Bersamaan dengan bertambahnya usia, secara pelan – pelan juga beberapa fungsi biologis akan mengalami kemunduran. Sedangkan kemunduran lansia adalah gangguan fisik dan psikologis pada lansia karena faktor usia. Secara umum kondisi fisik lansia mengalami penurunan secara berlipat ganda, misalnya tenaga berkurang, enerji menurun, kulit makin keriput, gigi makin rontok, tulang makin rapuh, penglihatan, dan pendengaran berkurang.” (BKKBN,2014)

Semua lansia pastinya akan mengalami perubahan-perubahan pada fisik ataupun psikologisnya bahkan secara biologis untuk hasrat seksualnya pun para lansia akan mengalami perubahan. Adapun perubahan – perubahan yang dialami lansia yang merupakan ciri – ciri lansia seperti berikut ini :
 Para lansia ini akan mengalami masalah pada pernapasan dan jantung mereka hal ini disebabkan sistem pernapasan dan jantung lansia akan mengalami penurunan. Karena itu saat kita memasuki usia lanjut maka di sarankan untuk melakukan pelatihan – pelatihan pernapasan yang benar agar fungsi paru – paru dapat diperbaiki.
 Lansia akan lebih sensitif lagi terhadap perubahan suhu apalagi untuk dingin ketahanan tubuh mereka akan berkurang, bukan hanya itu penglihatan lansia ini juga akan terganggu karena penglihatan mereka mulai mengabur dan tidak jelas, pendengaran pun akan berkurang sehingga mereka tidak bisa mendengar dengan jelas, penciuman mereka juga akan berkurang karena terjadi pengecilan terhadap syaraf pencium.
 Lansia akan mengalami penurunan kemampuan fungsi otak sehingga daya ingat menjadi lemah, bahkan lansia ini akan mengalami gejala pikun.
 Lansia juga akan mengalami kerontontokan gigi karena mengalami keroposan gigi dan juga untuk syaraf pengecap juga mulai melemah terutama untuk rasa manis, asin, asam dan pahit. Oleh karena itu para lansia ini akan lebih sensitif dan selalu cerewet dalam pilih – pilih makanan.
 Secara fisik lansia ini mengalami kerentanan pada tulang dan kekuatan otot mereka, sehingga lansia ini akan lebih cepat merasa capek, letih, lemah dan daya tahan tubuh menurun belum lagi karena kerentanan tulang mereka sehingga akan mengalami kehilangan keseimbangan dalam berdiri ataupun berjalan dikhawatirkan jika mereka jatuh lansia akan rentan untuk patah tulang.
 Sistem kekebalan tubuh lansia ini akan mengalami penurunan diakibatkan berkurangnya kemampuan tubuh memproduksi antibodi pada masa lansia sehingga lansia rentan terhadap berbagai virus dan penyakit.
 Lansia juga akan mengalami perubahan fisik karena kemunduran lansia menyebabkan kulit para lansia ini akan keriput, rambut mulai rontok dan memutih.
 Lansia akan mengalami penurunan pada lambung, rasa lapar menurun (sensitivitas lapar menurun ), asam lambung menurun, waktu mengosongkan menurun dan Liver ( hati ), Makin mengecil & menurunnya tempat penyimpanan, berkurangnya aliran darah.
 Lansia juga akan mengalami perubahan pada sistem reprduksi mereka  seperti selaput lendir vagina menurun/kering, menciutnya ovarium dan uterus, atropi payudara, testis masih dapat memproduksi meskipun adanya penurunan secara berangsur berangsur, dorongan sex menetap sampai usia diatas 70 tahun, asal kondisi kesehatan baik.
2.4.      Proses Menua
            Proses menua merupakan proses alamiah yang terus menerus akan terjadi seiring dengan bertambahnya usia. Menurut Constantindes (1994) dalam Nugroho (2000) mengatakan bahwa proses menua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan- lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya, sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaikinya kerusakan yang diderita.
Berbagai teori tentang proses menua telah dibahas, beberapa diantaranya adalah sebagai berikut (http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/111/jtptunimus-gdl-warsonog2a-5523-3-babii.pdf) :
    1.     Teori biologis
a.    Teori radikal bebas
Radikal bebas adalah produk metabolisme seluler yang merupakan bagian molekul yang sangat aktif. Molekul ini memiliki muatan ekstraseluler kuat yang dapat menciptakan reaksi dengan protein, mengubah bentuk dan sifatnya, molekul ini juga dapat bereaksi dengan lipid yang berada dalam membran sel, mempengaruhi permeabilitas, atau dapat berikatan dengan organ sel.  Proses metabolisme oksigen diperkirakan menjadi sumber radikal bebas terbesar, secara spesifik, oksidasi lemak, protein, dan karbohidrat dalam tubuh menyebabkan formasi radikal bebas. Polutan lingkungan merupakan sumber eksternal radikal bebas (Potter &Perry, 2005).
b.    Teori cross – link
Teori cross – link ikat menyatakan bahwa molekul kolagen dan elastis, komponen jarigan ikat, membentuk senyawa yang lama meningkatkan rigiditas sel, cross – linkage diperkirakan akibat reaksi kimia yang menimbulkan senyawa antara molekul – molekul yang normal terpisah. Kulit yang menua merupakan contoh cross – linkage jaringan ikat terikat usia meliputi penurunan kekuatan daya rentang dinding arteri, tanggalnya gigi, dan tendon kering dan berserat (Potter & Perry, 2005).
c.    Teori imunologis
Mekanisme seluler tidak teratur diperkirakan menyebabkan serangan pada jaringan tubuh melalui autoagresi atau imonodefisiensi (penurunan imun). Tubuh kehilangan kemampuan untuk membedakan proteinnya sendiri dengan protein asing, sistem imun menyerang dan menghancurkan jaringan sendiri pada kecepatan yang meningkat secara bertahap. Dengan bertambahnya usia, kemampuan sistem imun untuk menghancurkan bakteri, virus, dan jamur melemah, bahkan sistem ini mungkin tidak tahan terhadap serangannya sehingga sel mutasi terbentuk beberapa kali. Disfungsi system imun ini diperkirakn menjadi faktor dalam perkembangan penyakit kronis seperti kanker, diabetes, dan penyakit kardiovaskuler, serta infeksi (Potter & Perry, 2005).
    2.     Teori psikologis
a.    Teori disengangement (pembebasan)
Menyatakan bahwa orang yang menua menarik diri dari peran yang biasanya dan terikat pada aktivitas yang lebih intropeksi dan berfokus diri sendiri, meliputi empat konsep dasar yaitu : (i) invidu yang menua dan masyarakat secara bersama saling menarik diri, (ii) disengangement adalah intrinsik dan tidak dapat diletakkan secara biologis dan psikologis, (iii) disengangement dianggap perlu untuk proses penuaan, (iv) disengangement bermanfaat baik bagi lanjut usia dan masyarakat (Potter & Perry, 2005).
b.    Teori aktifitas
Lanjut usia dengan keterlibatan sosial yang lebih besar memiliki semangat dan kepuasan hidup yang tinggi, penyesuaian serta kesehatan mental yang lebih positif dari pada lanjut usia yang kurang terlibat secara sosial (Potter & Perry, 2005). Mempertahankan hubungan antara system sosial dan individu agar tetap stabil dari usia pertengahan ke lanjut usia (Nugroho, 2000). Menurut Mubarak dkk (2006), bahwa sangat penting bagi individu lanjut usia untuk tetap aktivitas dan mencapai kepuasan hidup.
c.    Teori kontinuitas (kesinambungan)
Teori kontinuitas atau teori perkembangan menyatakan bahwa kepribadian tetap sama dan perilaku menjadi lebih mudah diprediksi seiring penuaan. Kepribadian dan pola perilaku yang berkembang sepanjang kehidupan menentukan derajat keterikatan dan aktivitas pada masa lanjut usia (Potter & Perry, 2005).
           
            Inti dari teori – teori tersebut pada dasarnya mengenai faktor genentik, fisik, psikologis, faktor lingkungan dan kenyataan bahwa setiap orang akan mengalami perubahan – perubahan tersebut seiring dengan berjalannya waktu. Seperti penjelasan Komisi Nasional Lanjut Usia pada tahun 2008 yaitu selalu ada unsur peran genetik, peran lingkungan (polusi, radiasi), POLA HIDUP SEHAT dan GAYA HIDUP, yang sangat besar pengaruhnya terhadap kesehatan. Dan proses itu disebut proses menua.
            Hasil teori – teori diatas dapat terlihat jelas bahwa proses penuaan yang terjadi akan mempengaruhi perubahan dalam dirinya sendiri seiring berjalannya waktu dan tentunya akan mengakibatkan juga penurunan terhadap fungsi tubuh, namun pada dasarnya penurunan fungsi tubuh itu tidak membuat kita jatuh sakit jika kita bisa menjaga kesehatan, menerapkan pola hidup sehat, sehat jasmani dan rohaninya, lahir dan batin secara psikolog tidak mudah stress dan depresi. Namun kenyataan pada saat ini kebanyakan lansia tidak menerapkan itu baik saat mudanya ataupun saat tuanya jika tidak menjaga kesehatan sedari muda saat mulai proses penuaan penyakit – penyakit dan gangguan kesehatan lainnya akan menyerang tubuh karena daya tahan tubuh menurun. Sehingga sangat disarankan untuk para lansia bisa menjalani pola hidup sehat, pola makan sehat, olahraga yang teratur, perbanyak istirahat, dan memiliki kejiwaan yang harmonis.
2.5.      Perubahan yang Terjadi pada Lansia
            Seiring berjalannya waktu seiring berlangsungnya proses penuaan maka perubahan – perubahan akan terjadi pada lansia. Suatu proses yang tidak dapat dihindari yang berlangsung secara terus-menerus dan berkesinambungan  yang selanjutnya menyebabkan perubahan anatomis, fisiologis dan dan biokemis. Pada jaringan tubuh dan akhirnya mempengaruhi fungsi dan kemampuan badan secara keseluruhan (Depkes RI, 1998). Menurut Setiabudhi (1999) .Perubahan yang terjadi pada lansia yaitu:
Perubahan dari aspek biologis
a.    Perubahan yang terjadi pada sel seseorang menjadi lansia yaitu adanya perubahan genetika yang mengakibatkan terganggunya metabolisme protein, gangguan metabolisme Nucleic acid dan deoxyribonucleic (DNA), terjadi ikatan DNA dengan protein stabil yang mengakibatkan gangguan genetika, gangguan kegiatan  enzim  dan  system  pembuatan  enzim,  menurunnya  proporsi  protein diotak, otot, ginjal darah dan hati, terjadinya pengurangan parenkim serta adanya penambahan lipofi sin.
1)   Perubahan yang terjadi di sel otak dan saraf berupa jumlah sel menurun dan   fungsi digantikan   sel   yang   tersisa,   terganggunya   mekanisme perbaikan sel, kontrol inti sel terhadap sitopalsma menurun, terjadinya perubahan jumlah dan stuktur mitokondria, degenerasi lisosom yang mengakibatkan hoidrolisa sel, berkurangnya butir Nissil, penggumpalan kromatin, dan penambahan lipofisin, terjadi vakuolisasi protoplasma,
2)   Perubahan yang terjadi di otak lansia adalah t erjadi trofi yang berkurang 5 sampai 10% yang ukurannya kecil terutama dibagian prasagital, frontal, parietal, jumlah neuron berkurang dan tidak dapat diganti dengan yang baru, terjadi  pengurangan  neurotransmitter,  terbentuknya  struktur abnormal diotak dan akumulasi pigmen organik mineral( lipofuscin, amyloid,  plaque,  neurofibrillary   tangle),  adanya  perubahan  biologis lainnya yang mempengaruhi otak seperti gangguan indra telinga, mata, gangguan kardiovaskuler, gangguan kelenjar tiroid, dan kortiko steroid.
3)   Perubahan   jaringan   yaitu   terjadinya   penurunan   sitoplasma   protein, peningkatan metaplastik protein seperti kolagen dan elastin.
b.    Perubahan Fisiologis.
Pada dasarnya perubahan fisiologis yang terjadi pada aktivitas seksual pada usia lanjut biasanya berlangsung secara bertahap dan menunjukkan status dasar dari aspek vaskuler,  hormonal  dan neurologiknya(Alexander  & Allison,  1989 dalam  Darmojo,  2004).  Untuk  suatu  pasangan  suami-istri,  bila  semasa  usia dewasa dan pertengahan aktivitas seksual mereka normal, akan kecil sekali kemungkinan mereka akan mendapatkan masalah dalam hubungan seksualnya. Kaplan dalam  Darmojo  (2004)    membagi  siklus  seksual  dalam  beberapa tahap, yaitu fase desire (hasrat) dimana organ targetnya adalah otak. Fase ke-2 adalah fase arousal (pembangkitan/ penggairahan)dengan organ targetnya adalah sistem vaskuler dan fase ke-3 atau fase orgasmic dengan organ target medulla spinalis dan otot dasar perineum yang berkontraksi selama orgasme. Fase berikutnya yaitu fase orgasmik merupakan fase relaksasi dari semua organ target tersebut.
c.    Perubahan Psikologis
Perubahan   psikologis   pada   lansia   sejalan   dengan   perubahan   secara fisiologis. Masalah psikologis ini pertama kali mengenai sikap lansia terhadap kemunduran fisiknya (disengagement theory) yang berati adanya penarikan diri dari masyarakat dan dari diri pribadinya satu sama lain. Lansia dianggap terlalu lamban dengan daya reaksi yang lambat, kesigapan dan kecepatan bertindak dan berfikir menurun(Santrock, 2002).
d.    Perubahan sosial
Umumnya   lansia   banyak   yang  melepaskan   partisipasi   sosial   mereka, walaupun pelepasan itu dilakukan secara terpaksa. Orang lanjut usia yang memutuskan hubungan dengan dunia sosialnya akan mengalami kepuasan. Pernyataan tadi merupakan disaggrement theory. Aktivitas sosial yang banyak pada lansia juga mempengaruhi  baik buruknya  kondisi fisik dan sosial lansia (Santrock, 2002).
e.    Perubahan kehidupan keluarga
Sebagian besar hubungan lansia dengan anak jauh kurang memuaskan yang disebabkan oleh berbagai macam hal. Penyebabnya antara lain : kurangnya rasa memiliki kewajiban terhadap orang tua, jauhnya jarak tempat tinggal antara anak dan orang tua. Lansia tidak akan merasa terasing jika antara lansia dengan anak memiliki hubungan yang memuaskan sampai lansia tersebut berusia 50 sampai 55 tahun (Darmojo, 2004).Orang tua usia lanjut yang perkawinannya bahagia dan tertarik pada dirinya sendiri maka secara emosional lansia tersebut kurang tergantung pada anaknya dan sebaliknya. Umumnya ketergantungan lansia pada anak dalam hal keuangan. Karena   lansia   sudah   tidak   memiliki   kemampuan   untuk   dapat   memenuhi kebutuhan   hidupnya.   Anak-anaknya   pun   tidak   semua   dapat   menerima permintaan atau tanggung jawab yang harus mereka penuhi. Perubahan-perubahan tersebut pada umumnya mengarah pada kemunduruan kesehatan fisik dan psikis yang akhirnya akan berpengaruh juga pada aktivitas ekonomi dan sosial mereka. Sehingga secara umum akan berpengaruh pada aktivitas kehidupan sehari-hari.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar