Senin, 18 Juli 2016

PENELITIAN PENGARUH PENDIDIKAN, TINGKAT PENGETAHUAN KESPRO/SEKSUAL DAN SIKAP KESPRO/SEKSUAL TERHADAP PERILAKU SEKS REMAJA SERTA UPAYA PROTEKSI IMS/HIV PADA REMAJA BERISIKO DI PALANGKA RAYA DAN SAMPIT (KOTIM) PART 2

BAB  IV
HASIL PENELITIAN

A.     Penggalian Data
Legalitas penelitian ini berdasarkan Surat Tugas dari Kepala Perwakilan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Provinsi Kalimantan Tengah Nomor: 966/TU.201/H/2014 tanggal 14 Agustus 2014.
Berdasarkan Surat Tugas dari Kepala Perwakilan BKKBN Propinsi Kalimantan Tengah No. 966/TU.201/H/2014 tertanggal 14 Agustus 2014, pengumpulan data di lapangan dengan durasi dari tanggal 15 Agustus s/d 2 September 2014. Pengumpulan data diawali untuk try out dalam upaya uji validitas dan reliabilitas instrumen (kuesioner) pada 15-18 Agustus 2014 di Palangka Raya untuk 20 responden remaja. Sementara penggalian data pada sampel sebanyak 270 orang remaja mulai dilakukan pada tanggal 19-31 Agustus 2014 untuk wilayah Palangka Raya, dan untuk wilayah Kotawaringin Timur mulai 21 Agustus s/d 2 September 2014.
B.      Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen
Uji validitas instrument dalam penelitian ini menggunakan metode analisis factor, dan uji reliabilitas instrument menggunakan metode Cronbach Alpha dengan alat bantu program SPSS 20 for Windows.
C.      Deskripsi Hasil Survei
1.      Gambaran Karakteristik Remaja
a.      Usia Responden



Tabel 3
Karakteristik Responden Berdasarkan Kelompok Usia per Kab/Kota
Kelompok Usia
Palangka Raya
Sampit (Kotim)
Total
F
%
F
%
F
%
   ≤ 15 tahun
28
24.78
28
17.83
56
20.74
16-18 tahun
54
47.79
94
59.87
148
54.81
19-21 tahun
21
18.58
21
13.38
42
15.56
22-24 tahun
10
8.85
14
8.92
24
8.89
Jumlah
113
100.00
157
100.00
270
100.00

Tabel 3 menunjukkan bahwa sebagian besar remaja yang menjadi sampel ada dalam kelompok usia 16-18 tahun sebanyak 148 orang (54,81%), kelompok usia ≤ 15 tahun sebanyak 56 orang (20,74%), kelompok usia 19-21 tahun sebanyak 42 orang (15,56%) dan kelompok usia 22-24 tahun sebanyak 24 orang (8,89%).
b.      Jenis Kelamin Responden
Dilihat berdasarkan jenis kelamin maka proporsi perempuan sedikit lebih tinggi dari proporsi laki-laki yakni masing-masing 51,48% dan 48,52%. Sementara di Palangkaraya dan Kotawaringin Timur juga menunjukkan perempuan dan laki-laki jumlahnya hampir sama (seperti terlihat pada table 4).
Tabel 4
Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin per Kab/Kota
Jenis Kelamin
Palangka Raya
Sampit (Kotim)
Total
F
%
F
%
F
%
Laki-laki
54
47.79
77
49.04
131
48.52
Perempuan
59
52.21
80
50.96
139
51.48
Jumlah
113
100.00
157
100.00
270
100.00

c.       Latar Pendidikan Responden
1)      Pendidikan Responden Saat ini
Status pendidikan responden saat ini sebagian besar (60,37%) atau secara absolut sebanyak 163 orang saat ini sedang duduk di bangku SMA atau sederajat, sebanyak 48 orang (17,78%) sedang duduk di bangku kuliah, dan sebanyak 36 orang (13,33%) sedang duduk di bangku SMP atau sederajat (lihat table 5).

Tabel 5
Status Pendidikan Responden Saat ini per Kab/Kota
Status Pendidikan
Palangka Raya
Sampit (Kotim)
Total
F
%
F
%
F
%
SMP atau sederajat
15
13.27
21
13.38
36
13.33
SMA atau sederajat
68
60.18
95
60.51
163
60.37
Perguruan Tinggi
20
17.70
28
17.83
48
17.78
Jumlah
103
91.15
144
91.72
247
91.48

2)      Pendidikan Terakhir Responden (yang tidak sekolah lagi)
Selain responden yang masih sedang menempuh pendidikan formal juga sebanyak 23 responden yang sudah tidak sekolah lagi yang terdiri dari 13 orang tamat SMP atau sederajat, 6 orang tamat SD atau sederajat, dan 4 orang tamat SMA atau sederajat (lihat table 6).

Tabel 6
Pendidikan Terakhir Responden yang tidak sekolah lagi per Kab/Kota
Pendidikan Terakhir
Palangka Raya
Sampit (Kotim)
Total
F
%
F
%
F
%
Tidak Sekolah
0
0.00
0
0.00
0
0.00
Tamat SD atau sederajat
3
30.00
3
23.08
6
26.09
Tamat SMP atau sederajat
4
40.00
9
69.23
13
56.52
Tamat SMA atau sederajat
3
30.00
1
7.69
4
17.39
Tamat PT
0
0.00
0
0.00
0
0.00
Jumlah
10
100.00
13
100.00
23
100.00

d.      Status Tempat Tinggal Responden
Tabel 7 memperlihatkan bahwa sebagian besar responden tinggal dengan orang tua (68,52%) atau secara angka absolut sebanyak 185 orang, menyusul mereka yang tinggal sendiri/kos sebanyak 45 orang (16,67%), dan ikut dengan keluarga sebanyak 40 orang (14,81%).
Tabel 7
Status Tempat Tinggal Responden per Kab/Kota
Status Tempat Tinggal
Palangka Raya
Sampit (Kotim)
Total
F
%
F
%
F
%
Tinggal dengan Ortu
78
69.03
107
68.15
185
68.52
Ikut dengan Keluarga
18
15.93
22
14.01
40
14.81
Tinggal sendiri/kost
17
15.04
28
17.83
45
16.67
Jumlah
113
100.00
157
100.00
270
100.00

e.      Orientasi/Identitas Seksual Responden
Sebagian besar identitas/orientasi seksual responden adalah heterosek sebanyak 185 orang (68,52%), sebagian kecil lainnya mengaku homoseksual (1 orang) dan biseksual (2 orang) (seperti ditunjukkan dalam table 8). Mereka yang memiliki orientasi/identitas homoseksual dan beseksual semuanya merupakan sampel di Palangka Raya, sedangkan di Kotawaringin Timur semuanya heteroseksual.
Tabel 8
Orientasi/Identitas Seksual Responden per Kab/Kota
Orientasi/Identitas Seksual
Palangka Raya
Sampit (Kotim)
Total
F
%
F
%
F
%
Heteroseksual
78
69.03
157
100.00
267
98.89
Homoseksual (gay/lesbian)
1
0.88
0
0.00
1
0.37
Biseksual
2
1.77
0
0.00
2
0.74
Waria
0
0.00
0
0.00
0
0.00
Jumlah
113
100.00
157
100.00
270
100.00

2.      Pengetahuan Kespro, Seksual, IMS dan HIV-AIDS
Figure 1 memperlihatkan bahwa secara keseluruhan tingkat pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi dan seksual termasuk HIV-AIDS di dua lokasi survey sebagian besar berada pada kategori sedang yakni sebesar 85% (230 orang), sementara mereka yang memiliki tingkat pengetahuan yang dikategorikan tinggi hanya 7% (19 orang), demikian pula yang dikategorikan rendah hanya sebesar 8% (21 orang).


Demikian pula kecenderungan tingkat pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi dan seksual termasuk HIV-AIDS di masing-masing lokasi survey (Palangka Raya dan Kotawaringin Timur) tidak jauh berbeda sebagaimana terlihat pada table berikut:
Tabel 9
Tingkat Pengetahuan Remaja Tentang Kesehatan Reproduksi
dan Seksual Termasuk IMS dan HIV-AIDS
Kategori Pengetahuan
P.RAYA
KOTIM
TOTAL
F
%
F
%
F
%
Tinggi
4
4%
15
10%
19
7%
Sedang
96
85%
134
85%
230
85%
Rendah
13
11%
8
5%
21
8%
Jumlah
113
100%
157
100%
270
100%

Dari figure 1 dan table 9 menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi dan seksual berada pada tingkat sedang atau tidak bisa dikatakan buruk atau sebaliknya juga tidak bisa dikatakan sudah bagus.
Beberapa indicator pengetahuan yang menyebabkan belum maksimalnya tingkat pengetahuan secara keseluruhan khususnya pengetahuan yang berkenaan dengan mitos yang menyesatkan tentang kesehatan reprodusksi dan seksual masih kental pada remaja. Contoh pada table 10 ternyata 24% (64 orang) remaja menyatakan “setuju” dan 8% (21 orang) “sangat setuju” dengan pernyataan bahwa sering melakukan onani/masturbasi bisa menyebabkan hamil.

Tabel 10
Pendapat Remaja tentang
Sering melakukan onani/masturbasi bisa menyebabkan hamil


Kategori Jawaban
P.RAYA
KOTIM
TOTAL
F
%
F
%
F
%
Sangat Setuju
8
7%
13
8%
21
8%
Setuju
26
23%
38
24%
64
24%
Tidak Setuju
47
42%
76
48%
123
45%
Sangat Tidak Setuju
32
28%
30
19%
62
23%
Jumlah
113
100%
157
100%
270
100%

Demikian pula data pada table 11 menunjukkan ternyata masih cukup banyak remaja yang percaya pada mitos bahwa cara aman untuk mencegah terjadinya kehamilan setelah berhubungan seks, dengan cara melakukan loncat-loncat, makan nanas muda, dan minum jamu di mana 9% (25 orang) menyatakan “sangat setuju” dan 26% (69 orang) menyatakan “setuju”.
Tabel 11
Pendapat Remaja tentang
Cara aman untuk mencegah terjadinya kehamilan setelah berhubungan seks,
dengan cara melakukan loncat-loncat, makan nanas muda, minum jamu
Kategori Jawaban
P.RAYA
KOTIM
TOTAL
F
%
F
%
F
%
Sangat Setuju
6
5%
19
12%
25
9%
Setuju
28
25%
41
26%
69
26%
Tidak Setuju
60
53%
70
45%
130
48%
Sangat Tidak Setuju
19
17%
27
17%
46
17%
Jumlah
113
100%
157
100%
270
100%

Indikator pertanyaan lain yang membuat tingkat pengetahuan remaja secara keseluruhan tidak terlalu tinggi yakni pada indicator pertanyaan yang berhubungan dengan IMS dan HIV-AIDS termasuk stigma dan diskriminasi terhadap Odha.
Tabel 12
Pendapat Remaja tentang
Jika terkena IMS bisa diobati dengan mencuci alat kelamin menggunakan alkohol
atau daun sirih atau cairan pembersih kelamin


Kategori Jawaban
P.RAYA
KOTIM
TOTAL
F
%
F
%
F
%
Sangat Setuju
8
7%
11
7%
19
7%
Setuju
57
51%
69
44%
126
47%
Tidak Setuju
41
36%
60
38%
101
37%
Sangat Tidak Setuju
7
6%
17
11%
24
9%
Jumlah
113
100%
157
100%
270
100%

Tabel 12 memperlihatkan bahwa 7% (19 orang) remaja menyatakan “sangat setuju” dan 47% (126 orang) menyatakan “setuju” dengan pernyataan bahwa jika terinfeksi IMS bisa diobati dengan mencuci alat kelamin menggunakan alkohol atau daun sirih atau cairan pembersih kelamin.
Tabel 13
Pendapat Remaja tentang pengertian HIV dan AIDS sama
Kategori Jawaban
P.RAYA
KOTIM
TOTAL
F
%
F
%
F
%
Sangat Setuju
7
6%
14
9%
21
8%
Setuju
59
52%
70
45%
129
48%
Tidak Setuju
40
36%
57
36%
97
36%
Sangat Tidak Setuju
7
6%
16
10%
23
8%
Jumlah
113
100%
157
100%
270
100%
Hasil survey juga membuktikan bahwa pemahaman remaja tentang HIV-AIDS relative masih rendah di mana sebagian besar remaja (56%) secara absolut (150 orang) belum tahu perbedaan pengertian antara HIV dan AIDS.  Dari 56% tersebut sebagaimana ditunjukkan pada table 13, terdapat 8% (21 orang) remaja menyatakan “sangat setuju” dan 48% (129 orang) menyatakan “setuju” bahwa pengertian HIV dan AIDS adalah sama.
Dengan demikian berarti bahwa lebih dari separuh remaja masih memiliki pemahaman rancu terhadap istilah HIV dan AIDS, di mana juga seperti kebanyakan masyarakat kita masih mengartikan HIV sama dengan AIDS.
Tabel 14
Pendapat Remaja tentang
Pemakaian jarum suntik, tindik tato yang digunakan secara bergantian
tidak akan berisiko tertular HIV
Kategori Jawaban
P.RAYA
KOTIM
TOTAL
F
%
F
%
F
%
Sangat Setuju
11
10%
12
8%
23
8%
Setuju
21
18%
43
27%
64
24%
Tidak Setuju
47
42%
75
48%
122
45%
Sangat Tidak Setuju
34
30%
27
17%
61
23%
Jumlah
113
100%
157
100%
270
100%

Fakta lain juga membuktikan bahwa masih cukup besar remaja yang belum memahami cara penularan virus HIV. Table 14 menunjukkan bahwa 8% remaja menyatakan “sangat setuju” dan 24% menyatakan “setuju” dengan pernyataan bahwa pemakaian jarum suntik, tindik tato yang digunakan secara bergantian tidak akan berisiko tertular virus HIV.

Tabel 15
Pendapat Remaja tentang
Seseorang tidak bisa tertular HIV dengan cara menggunakan toilet bersama
dengan orang yang terinfeksi HIV
Kategori Jawaban
P.RAYA
KOTIM
TOTAL
F
%
F
%
F
%
Sangat Setuju
17
15%
22
14%
39
15%
Setuju
47
41%
61
39%
108
40%
Tidak Setuju
38
34%
60
38%
98
36%
Sangat Tidak Setuju
11
10%
14
9%
25
9%
Jumlah
113
100%
157
100%
270
100.00

Indikator lain yang menunjukkan bahwa masih rendahnya pemahaman remaja tentang cara penularan HIV diperlihatkan pada table 15, di mana 36% (98 orang) remaja menyatakan “tidak setuju” dan 9% (25 orang) menyatakan “sangat tidak setuju” bahwa seseorang tidak bisa tertular HIV dengan cara menggunakan toilet bersama dengan orang yang terinfeksi HIV.

Tabel 16
Pendapat Remaja tentang
Seseorang bisa tertular HIV dengan cara atau melalui bersalaman, berpelukan,
memakai alat makan bersama, batuk/bersin dari orang yang terinfeksi HIV
Kategori Jawaban
P.RAYA
KOTIM
TOTAL
F
%
F
%
F
%
Sangat Setuju
10
9%
15
10%
25
9%
Setuju
34
30%
44
28%
78
29%
Tidak Setuju
48
42%
63
40%
111
41%
Sangat Tidak Setuju
21
19%
35
22%
56
21%

113
100%
157
100%
270
100%

Ternyata masih ada cukup banyak remaja yang meyakini bahwa seseorang bisa tertular virus HIV dengan cara atau melalui bersalaman, berpelukan, memakai alat makan bersama, batuk/bersin dari orang yang terinfeksi HIV. Di mana tabel 16 memperlihatkan 9% (25 orang) remaja “sangat setuju” dan 29% (78 orang) menyatakan “setuju” dengan pernyataan tersebut. Ini membuktikan bahwa masih banyak remaja yang belum mengerti dan memahami bagaimana cara penularan virus HIV pada manusia dan kondisi inilah yang memicu terjadinya diskriminasi terhadap Odha.

Tabel 17
Pendapat Remaja tentang
Seseorang bisa tertular HIV melalui gigitan nyamuk/serangga
Kategori Jawaban
P.RAYA
KOTIM
TOTAL
F
%
F
%
F
%
Sangat Setuju
2
2%
10
6%
12
4%
Setuju
24
21%
42
27%
66
25%
Tidak Setuju
59
52%
71
45%
130
48%
Sangat Tidak Setuju
28
25%
34
22%
62
23%
Jumlah
113
100%
157
100%
270
100%

Menurut remaja seseorang juga bisa tertular virus HIV melalui gigitan nyamuk/serangga yang sebelumnya menggigit orang yang terinfeksi HIV. Tabel 17 menunjukkan bahwa terdapat 4% (12 orang) remaja yang menyatakan “sangat setuju” dan 25% (66 orang) remaja menyatakan “setuju” dengan pernyataan tersebut. Lagi-lagi fakta tersebut memperlihatkan bahwa betapa masih rendahnya pengetahuan remaja tentang cara penularan virus HIV.
Tabel 18
Pendapat Remaja tentang:
Kita dapat mengetahui seseorang yang sudah terinfeksi HIV
hanya dengan melihat secara tampilan fisik
Kategori Jawaban
P.RAYA
KOTIM
TOTAL
F
%
F
%
F
%
Sangat Setuju
8
7%
9
6%
17
6%
Setuju
36
32%
53
34%
89
33%
Tidak Setuju
54
48%
76
48%
130
48%
Sangat Tidak Setuju
15
13%
19
12%
34
13%
Jumlah
113
100%
157
100%
270
100%

Hampir separuh remaja yakin bahwa orang yang terinfeksi virus HIV bisa dilihat dari penampilan fisik, di mana pada table 18 memperlihatkan bahwa 6% (17 orang) remaja menyatakan “sangat setuju” dan 33% (89 orang) remaja menyatakan “setuju” kalau orang yang terinfeksi HIV bisa dilihat dari penampilan fisik.
Tabel 19 memperlihatkan sebesar 34% (92 orang) remaja yang terdiri dari 7% (18 orang) remaja  menyatakan “sangat setuju” dan 27% (74 orang) remaja menyatakan “setuju” bahwa virus HIV dapat dimatikan dengan menggunakan obat anti biotik ataupun pengobatan herbal (obat tradisional).


Tabel 19
Pendapat Remaja tentang:
Virus HIV dapat dimatikan dengan menggunakan obat anti biotik
ataupun pengobatan herbal (obat tradisional)
Kategori Jawaban
P.RAYA
KOTIM
TOTAL
F
%
F
%
F
%
Sangat Setuju
9
8%
9
6%
18
7%
Setuju
33
29%
41
26%
74
27%
Tidak Setuju
58
51%
85
54%
143
53%
Sangat Tidak Setuju
13
13%
22
14%
35
13%
Jumlah
113
100%
157
100%
270
100%

Padahal kenyataan yang sebenarnya hingga saat ini belum ditemukan obat yang mampu membunuh virus HIV, yang ada hanya obat yang mampu menekan lajunya pekembangan virus HIV yakni obat Antiretroviral (ARV). Data di atas mengindikasikan bahwa masih banyak remaja yang kurang memahami tentang konsep dan prinsip HIV-AIDS secara benar.

3.      Sikap Remaja terhadap Kesehatan Reproduksi dan Seksual Termasuk IMS dan HIV-AIDS
Tidak jauh berbeda dengan kondisi pengetahuan remaja yang sebagian besar berada pada tingkatan sedang, sikap remaja terhadap kesehatan reproduksi dan seksual termasuk IMS dan HIV-AIDS juga masih terkonsentrasi pada kategori sedang yakni sebesar 61%.
 Dengan demikian dapat dikatakan bahwa tingkat pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi dan seksual termasuk HIV-AIDS berbanding lurus dengan sikap remaja terhadap kesehatan reproduksi dan seksual termasuk IMS dan HIV-AIDS. Manakala tingkat pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi dan seksual termasuk HIV-AIDS rendah maka akan diikuti juga rendahnya sikap mereka terhadap kesehatan reproduksi dan seksual termasuk IMS dan HIV-AIDS, demikian pula sebaliknya.
Kondisi sikap remaja terhadap kesehatan reproduksi dan seksual termasuk IMS dan HIV-AIDS secara keseluruhan seperti diuraikan di atas tidak jauh berbeda kondisinya di wilayah sampel baik di Kota Palangka Raya maupun di Kotawaringin Timur. Tabel 20 menunjukkan bahwa sebagian besar kategori sikap remaja terhadap kesehatan reproduksi dan seksual termasuk IMS dan HIV-AIDS di dua daerah tersebut juga terkonsentasi pada kelompok sikap “sedang” masing-masing 67% di Palangka Raya dan 56% di Kotawaringin Timur.
Tabel 20
Sikap Remaja Terhadap Kespro dan Seksual termasuk HIV-AIDS
Kategori Sikap
Palangka Raya
Kotim
Total
F
%
F
%
F
%
Rendah
30
27%
62
40%
92
34%
Sedang
76
67%
88
56%
164
61%
Tinggi
7
6%
7
4%
14
5%
Jumlah
113
100%
157
100%
270
100%

Sebagian besar indikator pertanyaan yang menyangkut sikap remaja terhadap kesehatan reproduksi dan seksual termasuk IMS dan HIV-AIDS menunjukkan skala sikap yang cukup rendah sehingga patut menjadi perhatian untuk dicermati demi perbaikan ke depan. Beberapa indicator pertanyaan tersebut adalah sebagai berikut:
Tabel 21
Sikap Remaja tentang pendapat:
Hubungan seks satu kali saja tidak akan menyebabkan hamil





Kategori Jawaban
P.RAYA
KOTIM
TOTAL
F
%
F
%
F
%
Sangat Setuju
6
5%
9
6%
15
5%
Setuju
46
41%
45
29%
91
34%
Tidak Setuju
48
42%
84
53%
132
49%
Sangat Tidak Setuju
13
12%
19
12%
32
12%
Jumlah
113
100%
157
100%
270
100%

Cukup besar remaja yang keliru menyikapi pernyataan bahwa berhubungan seksual antara laki-laki dan perempuan sekali saja tidak akan menyebabkan hamil, di mana 5% (15 orang) remaja menyatakan “sangat setuju” dan 34% (91 orang) menyatakan “setuju”. Faktor inilah yang tidak diperhitungkan oleh remaja sehingga tidak jarang terjadi kehamilan tidak diinginkan di kalangan remaja padahal baru sekali saja berhubungan seks dengan pacar. Ini menunjukkan bahwa konsep tentang proses pembuahan dan kehamilan belum dipahami dengan baik oleh remaja.
 Tabel 22
Sikap Remaja tentang pendapat:
Onani atau mansturbasi bisa mengakibatkan kemandulan
Kategori Jawaban
P.RAYA
KOTIM
TOTAL
F
%
F
%
F
%
Sangat Setuju
9
8%
8
5%
17
6%
Setuju
39
35%
68
43%
107
40%
Tidak Setuju
58
51%
73
47%
131
48%
Sangat Tidak Setuju
7
6%
8
5%
15
6%
Jumlah
113
100%
157
100%
270
100%
Demikian pula sikap remaja terhadap pendapat tentang onani atau masturbasi bisa berakibat kemandulan, ternyata 6% (17 orang) remaja menyatakan “sangat setuju” dan 40% (107 orang) menyatakan “setuju”. Remaja yang keliru menyikapi pendapat ini jika ditotalkan sebesar 46% 124 orang), dan angka ini kecenderungannya tidak jauh berbeda baik di Palangka Raya maupun di Kotawaringin Timur yakni masing-masing 43% dan 48% (lihat table 23).
Tabel 23
Sikap Remaja tentang pendapat:
Perawan tidaknya seorang perempuan bisa dilihat dari penampilan fisik luar
Kategori Jawaban
P.RAYA
KOTIM
TOTAL
F
%
F
%
F
%
Sangat Setuju
7
6%
14
9%
21
8%
Setuju
44
39%
89
57%
133
49%
Tidak Setuju
52
46%
46
29%
98
36%
Sangat Tidak Setuju
10
9%
8
5%
18
7%
Jumlah
113
100%
157
100%
270
100%
Masih cukup banyak remaja yang percaya bahwa perawan tidaknya seseorang perempuan bisa dilihat dari penampilan fisiknya. Tabel 23 menunjukkan bahwa 8% (21 orang) remaja menyatakan sikap “sangat setuju” dan 49% (133 orang) remaja menyatakan “setuju”.
Tabel 24
Sikap Remaja tentang pendapat:
Saya tidak khawatir tertular virus HIV dengan cara menggunakan alat makan
atau minum secara bersamaan dengan orang yang terinfeksi HIV
Kategori Jawaban
P.RAYA
KOTIM
TOTAL
F
%
F
%
F
%
Sangat Setuju
16
14%
22
14%
38
14%
Setuju
49
43%
60
38%
109
40%
Tidak Setuju
31
28%
53
34%
84
31%
Sangat Tidak Setuju
17
15%
22
14%
39
15%
Jumlah
113
100%
157
100%
270
100%

Data pada table 24 memperlihatkan bahwa hampir separuh remaja masih kental dengan diskriminasi terhadap orang yang terinfeksi dengan virus HIV akibat ketidaktahuan cara penularan dan bagaimana cara pencegahannya yang benar. Dari table di atas ternyata 31% (84 orang) remaja menyatakan “tidak setuju” dan 15% (39 orang) remaja menyatakan “sangat tidak setuju” dengan pernyataan bahwa “saya tidak khawatir tertular virus HIV dengan cara menggunakan alat makan atau minum secara bersamaan dengan orang yang terinfeksi HIV”.
Tabel 25
Sikap Remaja tentang pendapat:
Saya akan mengobati sendiri dengan antibiotic yang dijual ditoko obat atau apotik,
jika saya terkena IMS seperti sypilis atau gonore
Kategori Jawaban
P.RAYA
KOTIM
TOTAL
F
%
F
%
F
%
Sangat Setuju
5
5%
13
8%
18
7%
Setuju
44
39%
48
31%
92
34%
Tidak Setuju
50
44%
72
46%
122
45%
Sangat Tidak Setuju
14
12%
24
15%
38
14%
Jumlah
113
100%
157
100%
270
100%

Sikap yang sangat keliru juga terjadi pada remaja dalam hal pengobatan IMS, di mana nyaris mendekati separuh (41%) dari mereka akan mengobati sendiri dengan obat antibiotic yang dijual ditoko obat atau apotik, jika terkena IMS seperti sypilis atau gonore. Pada table 25 nampak bahwa 7% (18 orang) remaja menyatakan sikap “sangat setuju” dan 34% (92 orang) meyatakan “setuju”, di mana bila sikap ini masih ada pada remaja maka tentu akan sangat merugikan kesehatan jika mereka nanti terinfeksi IMS.                                                                             
                                                                                                Tabel 26
Sikap Remaja tentang pendapat:
Orang yang terinfeksi HIV – AIDS karena kutukan Tuhan
akibat perbuatan yang tidak benar

  
Kategori Jawaban
P.RAYA
KOTIM
TOTAL
F
%
F
%
F
%
Sangat Setuju
23
20%
31
20%
54
20%
Setuju
38
34%
48
31%
86
32%
Tidak Setuju
31
27%
54
34%
85
31%
Sangat Tidak Setuju
21
19%
24
15%
45
17%
Jumlah
113
100%
157
100%
270
100%

Data pada tabel 26 memperlihatkan bahwa sebagian besar remaja (52%) ternyata masih kental dengan “stigma” terhadap orang dengan HIV-AIDS (ODHA). Berdasarkan data tersebut terlihat bahwa 20% (54 orang) remaja menyatakan sikap “sangat setuju” dan 32% (86 orang) remaja menyatakan “setuju” dengan pernyataan bahwa “orang yang terinfeksi HIV-AIDS karena kutukan Tuhan akibat perbuatan yang tidak benar”. Sikap yang sama terjadi juga di Palangka Raya maupun di Kotawaringin Timur di mana lebih dari 50% remaja masih kental dengan stigma terhadap Odha.   
Tabel 27
Sikap Remaja tentang pendapat:
Saya merasa malu kalau ada keluarga dekat terinfeksi virus HIV
Kategori Jawaban
P.RAYA
KOTIM
TOTAL
F
%
F
%
F
%
Sangat Setuju
13
11%
19
12%
32
12%
Setuju
46
41%
74
47%
120
44%
Tidak Setuju
46
41%
54
35%
100
37%
Sangat Tidak Setuju
8
7%
10
6%
18
7%
Jumlah
113
100%
157
100%
270
100%

Selain stigma terhadap orang yang terinfeksi HIV masih kental pada remaja, ternyata sikap diskriminasi terhadap Odha juga tinggi. Seperti terlihat pada table 27 sebagian besar (56%) remaja merasa malu kalau ada keluarga dekat terinfeksi virus HIV, di mana 12% (32 orang) menyatakan “sangat setuju” dan 44% (120 orang) remaja menyatakan “setuju” jika ada keluarga dekat yang terinfeksi HIV akan merasa malu. Kondisi ini tidak jauh berbeda di dua wilayah sampel survey baik di Palangka Raya maupun di Kotawaringin Timur masing-masing dengan porsi 52% dan 59%.
Tabel 28
Sikap Remaja tentang pendapat:
Saya akan mengasingkan dan menghindari orang yang terinfeksi virus HIV,
walaupun dia salah satu teman/keluarga dekat (kakak,adik, dll) supaya tidak tertular
Kategori Jawaban
P.RAYA
KOTIM
TOTAL
F
%
F
%
F
%
Sangat Setuju
11
10%
9
6%
20
7%
Setuju
27
24%
50
32%
77
29%
Tidak Setuju
51
45%
71
45%
122
45%
Sangat Tidak Setuju
24
21%
27
17%
51
19%
Jumlah
113
100%
157
100%
270
100%
Data lain yang mengindikasikan masih kentalnya sikap diskriminatif terhadap orang yang terinfeksi HIV (ODHA) sebagaimana terlihat pada table 28, di mana sebebesar 7% (20 orang) remaja menyatakan sikap “sangat setuju” dan 29% (77 orang) remaja menyatakan “setuju” terhadap pernyataan “Saya akan mengasingkan dan menghindari orang yang terinfeksi virus HIV, walaupun dia salah satu teman/keluarga dekat (kakak, adik, dll) supaya tidak tertular”. 
4.      Perilaku Seksual Remaja
Hasil survey menunjukkan bahwa hanya 30,37% remaja yang berperilaku seksual “tidak berisiko” hingga “berisiko rendah” atau secara absolut sebanyak 82 orang, sementara yang tergolong “berisiko sedang” sebesar 38,15% atau secara absolut sebanyak 103 orang, dan mereka yang tergolong “berisiko tinggi” dalam perilaku seksual adalah sebesar 31,48% atau secara angka absolut sebanyak 85 orang (lihat figure 3). 
 Remaja yang tergolong berisiko tinggi dalam perilaku seksual dengan indikasi mulai dari aktivitas meraba bagian tubuh sensitive pacar, melakukan petting hingga melakukan hubungan seksual. Sementara kecenderungan risiko perilaku seksual para remaja yang ada di Palangka Raya dan Kotawaringin Timur tidak jauh berbeda sebagaimana terilihat pada table 29.
Tabel 29
Risiko Perilaku Seksual Remaja per Kab/Kota
Resiko Perilaku Seksual
P. Raya
Kotim
Total
F
%
F
%
F
%
Rendah
36
31.9
46
29.3
82
30.4
Sedang
40
35.4
63
40.1
103
38.1
Tinggi
37
32.7
48
30.6
85
31.5
Jumlah
113
100.0
157
100.0
270
100.0

Kondisi perilaku seksual remaja saat ini mulai dari yang ringan, sedang  hingga perilaku berisiko tinggi sudah layak menjadi perhatian kita semua. Dari 270 responden remaja yang disurvei hanya 19 orang (7%) yang mengaku belum pernah berpacaran, sementara sisanya 251 orang (93%) mengaku sudah pernah pacaran bahkan 22% mengaku sering ganti pacar


Untuk melihat kondisi pengalaman berpacaran di masing-masing lokasi survey yakni Palangka Raya dan Kotawaringin Timur dapat dilihat pada table 30 di mana kedua wilayah tersebut memiliki kecenderungan yang sama bahwa sebagian besar remaja sudah pernah pacaran.

Tabel 30
Pengalaman Pacaran pada Remaja per Kab/Kota
Kategori Jawaban
P.RAYA
KOTIM
TOTAL
F
%
F
%
F
%
Tidak pernah
6
5%
13
8%
19
7%
Pernah, hanya 1 kali
22
20%
12
7%
34
13%
Pernah, tapi jarang ganti pacar
57
50%
101
65%
158
58%
Pernah, dan sering ganti pacar
28
25%
31
20%
59
22%
Jumlah
113
100%
157
100%
270
100%

Jika dilihat lebih jauh lagi seperti nampak pada figure 5, bahwa dari 36 orang siswa SMP yang menjadi sampel ternyata 83% dari mereka mengaku sudah memiliki pacar atau sudah pernah pacaran. Ini menunjukkan bahwa sebagian besar remaja sebenarnya sudah berpengalaman berpacaran sejak bangku SMP atau sederajat.


Sebagian besar remaja sudah biasa berpelukan dalam aktifitas berpacaran. Pada table 31 mengindikasikan bahwa 77% remaja sudah biasa berpelukan dalam aktifitas berpacaran bahkan 21% (53 orang) mengaku sering melakukannya. Dilihat berdasarkan wilayah survey ternyata pengakuan remaja di Kotawaringin Timur yang melakukan pelukan dalam aktifitas berpacaran lebih besar dibanding Palangka Raya masing-masing 81% dan 72%.
Tabel 31
Pengalaman berpacaran remaja melalui aktifitas berpelukan per Kab/Kota
Kategori Jawaban
P.RAYA
KOTIM
TOTAL
F
%
F
%
F
%
Tidak pernah
30
28%
28
19%
58
23%
Pernah, hanya 1 kali
9
9%
10
7%
19
8%
Pernah, tapi jarang
42
39%
79
55%
121
48%
Pernah, dan sering
26
24%
27
19%
53
21%
Jumlah
107
100%
144
100%
251
100%

Aktifitas remaja yang lebih berisiko lagi dalam berpacaran tergambar dalam pertanyaan “apakah kamu pernah meraba bagian tubuh sensitive pacar seperti (paha, buah dada dan alat kelamin)?”, ternyata 34% remaja mengaku sudah pernah melakukan dan bahkan 6,7% (17 orang) di antaranya mengaku sering meraba alat kelamin pacar dan 20% (51 orng) mengaku jarang melakukannya.


Kecenderungan perilaku berpacaran yang sama (aktivitas meraba bagian tubuh sensitive pacar) yang terjadi di Palangka Raya lebih tinggi dibanding yang terjadi di Kotawaringin Timur yakni masing-masing dengan proporsi 36% dan 33% (lihat table 32).
Tabel 32
Pengalaman remaja meraba bagian tubuh sensitive pacar per Kab/Kota
Kategori Jawaban
P.RAYA
KOTIM
TOTAL
F
%
F
%
F
%
Tidak pernah
69
64%
96
67%
165
66%
Pernah, hanya 1 kali
10
9%
8
5%
18
7%
Pernah, tapi jarang
21
20%
30
21%
51
20%
Pernah, dan sering
7
7%
10
7%
17
7%
Jumlah
107
100%
144
100%
251
100%
Perilaku seksual remaja lainnya yang sangat berisiko adalah menggesekkan alat kelamin (petting) dengan pacar. Figure 7 dan table 33 memperlihatkan bahwa terdapat 21% remaja yang mengaku pernah melakukan petting atau menggesek-gesekkan alat kelamin pada pasangan (pacar) dalam aktifitas berpacaran. Perilaku seksual berisiko ini cenderung tidak terlalu jauh berbeda antara yang terjadi di Palangka Raya maupun di Kotawaringin Timur. 

Tabel 33
Pengalaman remaja melakukan petting dengan pacar per Kab/Kota
Kategori Jawaban
P.RAYA
KOTIM
TOTAL
F
%
F
%
F
%
Tidak pernah
86
80%
112
78%
198
79%
Pernah, hanya 1 kali
1
1%
11
7%
12
5%
Pernah, tapi jarang
17
16%
14
10%
31
12%
Pernah, dan sering
3
3%
7
5%
10
4%
Jumlah
107
100%
144
100%
251
100%

Data berikut menggambarkan perilaku seksual remaja yang jauh lebih berisiko yakni pengalaman melakukan hubungan seksual sebelum menikah (pra nikah). Figure 8 menunjukkan bahwa dari 270 responden terdapat 65 remaja (24%) ternyata mengaku sudah pernah melakukan hubungan seksual, dan bahkan 17 orang (6%) dari mereka mengaku sering melakukannya. Remaja yang disurvei bukan saja remaja yang pernah pacaran, namun juga termasuk remaja yang belum pernah berpacaran.

Perilaku seksual remaja yang sangat rawan tersebut dalam hal proporsi lebih tinggi di Palangka Raya dari pada di Kotawaringin Timur yakni masing-masing sebesar 26% dan 24%. Sebaliknya jika dilihat berdasarkan angka absolut jumlah remaja yang melakukan hubungan seks pra nikah di Palangka Raya lebih kecil dibanding Kotawaringin Timur yakni masing-masing sebanyak 29 orang dari sampel 113 orang dan 36 orang dari sampel sebanyak 157 orang (sebegaiman terlihat pada table 34).
Tabel 34
Pengalaman remaja melakukan hubungan seks per Kab/Kota
Kategori Jawaban
P.RAYA
KOTIM
TOTAL
F
%
F
%
F
%
Tidak pernah
84
74%
121
77%
205
76%
Pernah, hanya 1 kali
6
5%
12
8%
18
7%
Pernah, tapi jarang
14
13%
16
10%
30
11%
Pernah, dan sering
9
8%
8
5%
17
6%
Jumlah
113
100%
157
100%
270
100%
Sementara pada tabel 35 mengindikasikan bahwa perilaku hubungan seks pertama kali remaja di Kotawaringin Timur ternyata lebih berisiko, karena ada yang melakukannya dengan Pekerja Seks Komersial dan lainnya yang diduga dengan gay atau waria yang justru peluang terinfeksi IMS dan HIV-AIDS lebih banyak.


Tabel 35
Pasangan remaja saat berhubungan seks pertama kali per Kab/Kota
Mitra seks
P.RAYA
KOTIM
TOTAL
F
%
F
%
F
%
Pacar
28
96%
31
86%
59
91%
Teman
1
4%
3
8%
4
6%
Pekerja Seks
0
0%
1
3%
1
1.5%
Om senang/tante girang
0
0%
0
0%
0
0%
Lainnya ......
0
0%
1
3%
1
1.5%
Jumlah
29
100%
36
100%
65
100%
Sebagian besar remaja seperti ditunjukkan pada Figure 11, pertama kali melakukan hubungan seks yakni pada usia 15 -17 tahun (57%), menyusul pada usia di atas 17 tahun sebesar 43%. Dengan demikian dapat diartikan bahwa kebanyakan remaja melakukan hubungan seks pertama kali pada masa pendidikan SMA dan Perguruan Tinggi, sedangkan sebagian kecil lainnya pada usia akhir pendidikan di SMP.
Proporsi Remaja yang melakukan seks pertama kali pada usia 15-17 tahun ternyata lebih besar dibandingkan yang terjadi di Palangka Raya yakni sebesar 67%, sementara di Palangka Raya lebih rendah yakni sebesar 45%. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pengalaman pertama remaja di Kotawaringin Timur melakukan hubungan seks lebih dini lagi yakni pada saat mereka menempuh pendidikan di akhir SMP dan selama pendidikan di SMA (lihat table 36).   
Tabel 36
Usia remaja pertama kali melakukan hubungan seks


Kelompok Umur
P.RAYA
KOTIM
TOTAL
F
%
F
%
F
%
> 17 tahun
16
55%
12
33%
28
43%
15- 17 tahun
13
45%
24
67%
37
57%
12 - 14 tahun
0
0%
0
0%
0
0%
< 12 tahun
0
0%
0
0%
0
0%
Jumlah
29
100%
36
100%
65
100%
Data pada table 37 menunjukkan bahwa umumnya tempat para remaja melakukan praktek hubungan seksual pertama kali di tempat cost (38%), menyusul di rumah sendiri (25%), dan di rumah pacar (22%). Sementara sebagian kecil lagi dilakukan di penginapan/hotel (11%), di taman (1%) dan tempat lainnya yang tidak diketahui (3%). Namun demikian dilihat per lokasi survey ada perbedaan cukup besar di mana jika di Palangka Raya paling dominan tempat pertama kali praktek hubungan seksual adalah di rumah sendiri (38%) menyusul ditempat cost (35%), sedangkan di Kotawaringin Timur sebaliknya yakni paling dominan di tempat cost (41%) menyusul di rumah pacar (28%).  
Tabel 37
Tempat remaja melakukan hubungan seks pertama kali
Tempat hubungan seksual
P.RAYA
KOTIM
TOTAL
F
%
F
%
F
%
Di rumah pacar
4
14%
10
28%
14
22%
Di rumah sendiri
11
38%
5
14%
16
25%
Di tempat kost
10
35%
15
41%
25
38%
Di penginapan/hotel
2
7%
5
14%
7
11%
Di lokalisasi
0
0%
0
0%
0
0%
Di Taman
1
3%
0
0%
1
1%
Lainya ................
1
3%
1
3%
2
3%
Jumlah
29
100%
36
100%
65
100%
Dari table 38 menunjukkan bahwa sebanyak 25% remaja yang sudah pernah melakukan hubungan seksual selama 5 tahun terakhir mengaku sudah tidak pernah melakukan lagi, sementara yang lainnya masih melakukan walaupun sebanyak 35% menyatakan jarang melakukannya, 32% mengaku sangat jarang melakukannya, dan 8% mengaku masih sering melakukannya.
Tabel 38
Aktivitas remaja melakukan hubungan seks saat ini
Kategori Jawaban
P.RAYA
KOTIM
TOTAL
F
%
F
%
F
%
Tidak pernah lagi (dalam 5 tahun terakhir)
7
24%
9
25%
16
25%
Ya, tapi sangat jarang
8
28%
13
36%
21
32%
Ya, tapi jarang
13
45%
10
28%
23
35%
Ya, sering
1
3%
4
11%
5
8%
Jumlah
29
100%
36
100%
65
100%

Mitra seks remaja yang sexual active selama ini lebih dominan dilakukan para remaja adalah dengan pacar (89%), menyusul dengan teman (5%) dan sebagian kecil lainnya yakni dilakukan dengan pekerja seks komersial (PSK), homo seksual (gay), waria (tansgender), dan om senang/tante girang masing-masing 1,5% (lihat table 39).
Tabel 39
Mitra seks remaja sexual active selama ini

Jenis mitra seks
P.RAYA
KOTIM
TOTAL
F
%
F
%
F
%
Pacar
27
93%
31
86%
58
89%
Teman
0
0%
3
8%
3
5%
Pekerja Seks Komersial
0
0%
1
3%
1
1,5%
Gay
1
3,5%
0
0%
1
1,5%
Waria
1
3,5%
0
0%
1
1,5%
Om senang/tante girang
0
0%
1
3%
1
1,5%
Lainnya................
0
0%
0
0%
0
0%
Jumlah
29
100%
36
100%
65
100%
Apa sebenarnya yang memotivasi remaja melakukan hubungan seks pra-nikah sebagaimana terlihat pada tabel 40 sebagian besar (72%) mengaku hanya untuk memenuhi kepuasan/hasrat seksual, menyusul 16% remaja mengaku karena terpengaruh kawan, 9% mengaku hanya iseng/main-main, dan hanya 3% yang mengaku melakukannya untuk mencari uang.
Tabel 40
Motivasi remaja melakukan hubungan seks
Motivasi seks
P.RAYA
KOTIM
TOTAL
F
%
F
%
F
%
Mencari uang
2
7%
0
0%
2
3%
Terpengaruh kawan
2
7%
8
22%
10
16%
Memenuhi kepuasan seksual
23
79%
24
67%
47
72%
Iseng/main-main
2
7%
4
11%
6
9%
Jumlah
29
100%
36
100%
65
100%
5.      Upaya Proteksi Remaja Sexual Active terhadap IMS dan HIV
Upaya proteksi terhadap IMS dan HIV-AID pada remaja seksual aktif sebagian besar (70,77%) masih berada pada “level rendah” atau secara angka absolut sebanyak 46 orang dari 65 orang remaja seksual aktif. Sementara upaya proteksi terhadap IMS dan HIV-AIDS yang berada pada “level sedang” sebesar 16,92% atau secara absolut sebanyak 11 orang dan yang berada pada “level tinggi” hanya 12,31% atau dengan angka absolut sebanyak 8 orang.
Dilihat berdasarkan Kab/Kota kedua daerah baik Palangka Raya maupun Kotawaringin Timur tidak jauh berbeda karena sebagian besar upaya proteksi terhadap IMS dan HIV-AIDS pada remaja seksual aktif di kedua wilayah tersebut berada pada “level rendah” masing-masing 65,52% dan 75%. Namun yang berada pada “level sedang” proporsinya lebih  tinggi di Palangka Raya dari Kotawaringin Timur masing-masing 31,03% dan 5,56%, sebaliknya untuk “level tinggi” proporsi Palangka Raya lebih rendah dari pada Kotawaringin Timur masing-masing 3,45% dan 19,44% (lihat table 41).
Tabel 41
Tingkat Upaya Proteksi terhadap IMS dan HIV-AIDS
pada Remaja Seksual Aktif per Kab/Kota
Tingkat Proteksi
Palangka Raya
Kotim
Total
F
%
F
%
F
%
Rendah
19
65.52
27
75.00
46
70.77
Sedang
9
31.03
2
5.56
11
16.92
Tinggi
1
3.45
7
19.44
8
12.31
Jumlah
29
100.00
36
100.00
65
100.00

Bagaimana upaya para remaja yang aktif secara seksual untuk mencegah terhadap resiko terinfeksi IMS dan bahkan virus HIV selama ini dapat dilihat pada data berikut.
Figure 10 menunjukkan bahwa hanya 16,9% (11 orang) remaja yang aktif secara seksual mengaku pernah memeriksakan/screening IMS ke layanan kesehatan, sementara sebagian besar lainnya belum pernah. Ini membuktikan bahwa upaya mereka untuk melakukan proteksi terhadap penularan IMS sangat rendah sehingga mereka cukup rentan terinfeksiIMS.


Jika dilihat per kabupaten/kota pengalaman melakukan screening IMS di kalangan remaja seksual aktif lebih tinggi di Kotawaringin Timur dari pada di Palangka Raya masing-masing 19,44% (7 orang) dan 13,79% (4 orang). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa upaya proteksi remaja seksual aktif terhadap IMS di Kotawaringin Timur lebih bagus ketimbang di Kota Palangka Raya (lihat table 42).
Tabel 42
Pengalaman Remaja Screening IMS Berdasarkan Kab/Kota
Kategori Jawaban
Palangkaraya
Kotim
Total
F
%
F
%
F
%
Tidak pernah
25
86.21
29
80.56
54
83.08
Pernah
4
13.79
7
19.44
11
16.92
Jumlah
29
100.00
36
100.00
65
100.00

Dari 11 orang remaja seksual aktif yang pernah melakukan screening IMS hanya satu orang yang mengaku rutin melakukan setiap bulan hingga saat ini, sementara 10 orang lainnya (90,9%) periksa IMS kalau merasa sakit saja. Tabel 43 menunjukkan bahwa remaja yang rutin melakukan screening IMS dari Palangka Raya sementara di Kotawaringin Timur semuanya periksa kalau sudah terasa sakit.
Tabel 43
Frekuensi screening IMS di kalangan remaja seksual aktif  per Kab/Kota
Frekuensi screening IMS
Palangkaraya
Kotim
Total
Rutin setiap bulan
1
0
1
Rutin setiap 3 bulan
0
0
0
Kalau terasa sakit saja
3
7
10
Tidak pernah
0
0
0
Jumlah
4
7
11
Tabel 44 menunjukkan bahwa remaja yang seksual aktif di Palangka Raya lebih sadar dan mandiri untuk periksa IMS dari pada yang ada di Kotawaringin Timur. Ini dibuktikan dari 4 remaja di Palangka Raya yang memeriksa IMS ternyata 3 orang mengaku karena didorong oleh kemauan sendiri dan hanya 1 orang karena diajak teman/orang lain. Sementara di Kotawaringin Timur 3 orang atas kemauan/kesadaran sendiri dan 4 orang karena diajak teman/orang lain.
Tabel 44
Motivasi remaja melakukan screening IMS per Kab/Kota
Motivasi periksa IMS
Palangkaraya
Kotim
Total
Atas kemauan sendiri
3
3
6
Diajak teman/orang lain
1
4
5
Ikut-ikutan saja
0
0
0
Karena terpaksa
0
0
0
Jumlah
4
7
11
Figure 14 menunjukkan salah satu dari risiko perilaku seksual yang pernah dialami oleh remaja yang sudah melakukan hubungan seksual pra-nikah. Dari 65 remaja yang sudah pernah melakukan hubungan seksual pra-nikah tersebut ternyata terdapat 9 orang (18.9%) yang mengaku pernah terinfeksi IMS.
Pengalaman remaja yang aktif secara seksual dan pernah terinfeksi IMS tersebut jumlahnya tidak jauh berbeda antara yang terdapat di Palangka Raya dan Kotawaringin Timur, di mana dari hasil survey terdapat 4 orang (13,79%) di Palangka Raya dan 5 orang (13,89%) di Kotawaringin Timur (seperti terlihat pada table 45).  
Tabel 45
Pengalaman Terinfeksi IMS pada Remaja Sexual Aktif per Kab/Kota
Kategori Jawaban
Palangkaraya
Kotim
Total
F
%
F
%
F
%
Pernah
4
13.79
5
13.89
9
13.85
Tidak pernah
25
86.21
31
86.11
56
86.15
Jumlah
29
100.00
36
100.00
65
100.00
Sayangnya remaja yang pernah terinfeksi IMS tersebut sebagian besar tidak rutin memeriksakan diri ke layanan kesehatan. Tabel 46 memperlihatkan dari 9 remaja yang pernah terinfeksi IMS hanya seorang yang rutin memeriksakan diri ke layanan kesehatan, sementara 8 remaja lainnya kadang-kadang saja memeriksa diri ke layanan kesehatan atau biasanya kalau sudah ada gejala sakit baru diperksa. 
Tabel 46
Frekuensi remaja yang terinfeksi IMS memeriksakan diri
ke layanan kesehatan per Kab/Kota
Frekuensi Pemeriksaan
Palangkaraya
Kotim
Total
Selalu
1
0
1
Sering
0
0
0
Kadang-kadang
3
5
8
Tidak pernah
0
0
0
Jumlah
4
5
9
Sementara tempat periksa IMS juga masih ada sebagian remaja (3 orang) yang mengobati sendiri dengan anti biotik yang mereka beli dari toko obat/apotek, sedangkan 4 orang biasanya periksa ke dokter dan 2 lainnya biasanya periksa ke mantra/perawat (lihat table 47).
Tabel 47
Tempat layanan kesehatan digunakan remaja yang terinfeksi IMS per Kab/Kota
Tempat Layanan Kesehatan
Palangkaraya
Kotim
Total
Ke dokter
1
3
4
Ke mantri/perawat
2
0
2
Diobati sendiri dengan anti biotic
1
2
3
Diobati dengan ramuan tradisional
0
0
0
Jumlah
4
5
9
Cukup memprihatinkan ternyata selama proses pengobatan IMS berlangsung masih ada remaja yang masih melakukan hubungan seksual walaupun mengaku “kadang-kadang” yakni sebanyak 2 orang (masing-masing 1 orang di Palangka Raya dan Kotawaringin Timur), dan 3 orang mengaku masih melakukan hubungan seksual walaupun “jarang” yakni semuanya di Kota Palangka Raya. Hanya 4 orang yang mengaku tidak melakukan hubungan seksual saat dalam proses pengobatan IMS berlangsung yakni semuanya di Kotawaringin Timur (lihat table 48).
Tabel 48
Selama Pengobatan IMS apakah pernah melakukan hubungan seks
Berdasarkan Kab/Kota
Kategori Jawaban
Palangkaraya
Kotim
Total
Tidak pernah
0
4
4
Jarang
3
0
3
Kadang-kadang
1
1
2
Sering
0
0
0
Jumlah
4
5
9

Figure 15 menunjukkan bahwa dari 65 remaja yang aktif secara seksual hanya 10 orang (15,38%) yang mengaku pernah memeriksa darah untuk mendeteksi virus HIV melalui VCT (voluntary Counseling and Testing). Itupun hanya pernah sekali periksa, padahal pemeriksaan yang ideal bagi mereka yang tergolong berisiko minimal 6 bulan sekali diperiksa ulang.
Kesadaran remaja yang aktif secara seksual memeriksakan VCT lebih bagus di Kotawaringin Timur dari pada di Palangka Raya, di mana di Kotawaringin Timur sebesar 19,44% (7 orang) mengaku sudah pernah periksa VCT sementara di Palangka Raya hanya 10,34% atau secara angka mutlak hanya 3 orang sebagaimana terlihat pada table 49.
Tabel 49
Pengalaman Remaja Seksual Aktif Melakukan VCT
Frekuensi periksa VCT
P.RAYA
KOTIM
TOTAL
F
%
F
%
F
%
Ya, rutin setiap 6 bulan
0
0.00
0
0.00
0
0.00
Ya, rutin setiap bulan
0
0.00
0
0.00
0
0.00
Ya, hanya sekali
3
10.34
7
19.44
10
15.38
Tidak pernah
26
89.66
29
80.56
55
84.62
Jumlah
29
100.00
36
100.00
65
100.00

Namun demikian, walaupun angka di Kota Palangka Raya yang pernah VCT kecil namun semua dari mereka yang pernah periksa VCT tersebut mengaku termotivasi atas kemauan sendiri, sementara di Kotawaringin Timur hanya 1 orang yang mengaku termotivasi atas kemauan sendiri sedangkan 6 lainnya karena diajak teman/orang lain (lihat table 50).
Tabel 50
Motivasi melakukan VCT
Motivasi periksa VCT
Palangkaraya
Kotim
Total
Atas kemauan sendiri
3
1
4
Diajak teman/orang lain
0
6
6
Ikut-ikutan saja
0
0
0
Karena terpaksa
0
0
0
Jumlah
3
7
10
Figure 16 menunjukkan bahwa dari 65 remaja seksual aktif, sebagian besar dari mereka (69,23%) atau secara absolut 45 orang mengaku tidak pernah menggunakan kondom saat berhubungan seksual. Hanya 1,54% (1 orang) mengaku selalu menggunakan kondom saat berhubungan seks, 7,69% (5 orang) mengaku sering pakai kondom, dan 21,54% (14 orang) mengatakan jarang pakai kondom saat berhubungan seks.
  Persentase penggunaan kondom pada remaja seksual aktif di Palangka Raya sedikit lebih tinggi dari pada di Kotawaringin Timur masing-masing 34,49% dan 27,77% sebagaimana terlihat pada table 51.
Tabel 51
Frekuensi menggunakan kondom saat berhubungan seks
Frekuensi Pemakaian Kondom
Palangka Raya
Kotim
Total
F
%
F
%
F
%
Ya, selalu
1
3.45
0
0.00
1
1.54
Ya, sering
2
6.90
3
8.33
5
7.69
Ya, jarang
7
24.14
7
19.44
14
21.54
Tidak pernah
19
65.52
26
72.22
45
69.23
Jumlah
29
100.00
36
100.00
65
100.00

Tabel 52 memperlihatkan bahwa dari 20 remaja yang pernah menggunakan kondom saat berhubungan seksual ternyata sebagian besar (16 orang) menyatakan bahwa meraka menggunakan kondom tersebut atas keinginan sendiri, sementara pengunaan kondom atas keinginan bersama hanya 2 orang, dan 1 remaja menyakatan penggunaan kondom saat berhubungan seks atas keinginan pasangan, serta hanya 1 orang remaja menyatakan hanya ingin mencoba kondom tersebut. Baik responden di Palangka Raya mapun di Kotawaringin Timur terjadi kecenderungan sama bahwa sebagian besar responden memakai kondom atas keinginan sendiri. 
Tabel 52
Pihak yang menginginkan menggunakan kondom saat berhubungan seks
Kategori Jawaban
Palangkaraya
Kotim
Total
Keinginan bersama
0
2
2
Keinginan sendiri
8
8
16
Keinginan pasangan
1
0
1
Bukan keinginan siapapun (hanya ingin mencoba saja)
1
0
1
Jumlah
10
10
20

Selama ini dari 20 orang remaja yang pernah menggunakan kondom saat melakukan hubungan seksual dengan pasangan, sebagian besar dari mereka (17 orang) mengaku mendapatkan kondom adalah dari membeli sendiri di apotek/toko obat, 1 orang mengaku sering beli dari outlet yang biasanya tersedia di lokalisasi, dan 2 orang mengaku diberi gratis oleh pihak lain atau pasangan seks (lihat tabel 53).
Tabel 53
Sumber Perolehan Kondom
Sumber Perolehan Kondom
Palangkaraya
Kotim
Total
Beli sendiri diapotek/toko obat
9
8
17
beli di outlet kondom
1
0
1
Diberi pasangan
0
0
0
Diberikan gratis
0
2
2
Jumlah
10
10
20

Sementara pada tabel 54 nampak bahwa sebagian besar remaja yang pernah memakai kondom selama melakukan hubungan seksual dengan mitranya mengaku motivasi memakai kondom karena takut hamil dan tertular IMS atau virus HIV, sedangkan sebagian kecil remaja lainnya (4 orang) mengaku motivasi memakai kondom hanya coba-coba.
Tabel 54
Faktor Pendorong Menggunakan Kondom
Kategori Jawaban
Palangkaraya
Kotim
Total
Takut hamil dan tertular IMS / HIV
8
8
16
Karena diminta pasangan
0
0
0
Coba-coba saja
2
2
4
Karena dipaksa
0
0
0
Jumlah
10
10
20


Tidak ada komentar:

Posting Komentar