Senin, 18 Juli 2016

POLICY INFORMASI KEMISKINAN KULTURAL DI KALIMANTAN TENGAH DAN KELUARGA BERENCANA

  PENDAHULUAN
            Kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian, tempat berlindung, pendidikan, dan kesehatan. Kemiskinan dapat disebabkan oleh kelangkaan alat pemenuh kebutuhan dasar, ataupun sulitnya akses terhadap pendidikan dan pekerjaan. Kemiskinan merupakan masalah global. Sebagian orang memahami istilah ini secara subyektif dan komparatif, sementara yang lainnya melihatnya dari segi moral dan evaluatif, dan yang lainnya lagi memahaminya dari sudut ilmiah yang telah mapan,dll.(Id.Wikipedia.org).

Data Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah penduduk miskin di Kalteng pada September 2014 sebanyak 148.825 orang atau 6,07%. Jumlah tersebut, di bawah rata-rata angka kemiskinan nasional sebesar 11,25% kondisi Maret 2014. Apabila dilihat dari prosentase angka kemiskinan menurut provinsi di Pulau Kalimantan pada September 2014, Kalteng menduduki rangking III dengan urutan Kalbar dengan prosentase kemiskinan sebesar 8,07%, Kaltim 6,31%, serta Kalteng 6,07%. sedangkan, dengan angka kemiskinan terkecil, yakni Kalsel dengan 4,81%.
 PENGUKURAN KEMISKINAN
            Kemiskinan bisa dikelompokkan dalam tiga kategori, Yaitu :
1.    Kemiskinan Absolut yang mengacu pada satu set standar yang konsisten, tidak terpengaruh oleh waktu dan tempat/negara. Seseorang termasuk dalam golongan kemiskinan absolut apabila hasil pendapatannya berada di bawah garis kemiskinan, tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup minimum, seperti sandang, pangan, kesehatan, papan, pendidikan. Seseorang yang termasuk dalam kategori kemiskinan absolut apabila orang tersebut tidak dapat memenuhi kebutuhan hidupnya untuk makan dengan cukup tiga kali dalam satu hari, tidak mempunyai pakaian yang pantas untuk dipakai atau sebagai ganti , tidak mempunyai uang untuk berobat apabila sakit, tidak mempunyai rumah atau tempat tinggal yang pantas untuk ditinggali atau tidak mempunyai uang yang cukup untuk menyewa/mengontrak rumah untuk tempat tinggal, tidak mempunyai uang yang cukup untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.  
2.    Kemiskinan relatif yaitu apabila seseorang telah hidup di atas garis kemiskinan namun masih berada di bawah kemampuan masyarakat sekitarnya.
3.    Kemiskinan Kultural apabila seseorang atau sekelompok masyarakat memiliki sikap tidak mau berusaha memperbaiki tingkat kehidupannya sekalipun ada usaha dari pihak lain yang membantunya.
           
FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KEMISKINAN
Faktor-faktor yang menyebabkan kemiskinan ada tiga faktor yaitu :
1.    Faktor Kultural, adalah kemiskinan yang disebabkan oleh faktor-faktor budaya (termasuk kepercayaan dan agama), seperti malas, tidak disiplin, boros, judi, banyak anak, poligami, tertutup dan statis, masih bertumpu pada kehidupan komunal, serta ketergantungan pada lingkungan alam.
2.    Faktor Struktural, adalah kemiskinan yang disebabkan oleh ekonomi yang tidak adil seperti kebijakan ekonomi oleh pemerintah, penguasaan faktor-faktor produksi oleh sekelompok organisasi atau orang, monopoli perdagangan, kolusi antar pengusaha dan pejabat (contohnya kasusu Gayus Tambunan),KKN, illegal logging, kegagalan PLG, serta tatanan perekonomian dunia yang cenderung menguntungkan kelompok masyarakat tertentu. Faktor struktural yang menyebabkan kemiskinan ini disebabkan oleh faktor-faktor buatan manusia.
3.    Kemiskinan Natural, adalah kemiskinan yang disebabkan oleh faktor-faktor alamiah atau natural seperti cacat tubuh, sakit, lanjut usia, lahan kritis dan tidak subur, banjir, tsunami, tanah longsor, kebakaran hutan, dll.

PEMBAHASAN FAKTOR KEMISKINAN DI KALIMANTAN TENGAH DARI FAKTOR KEMISKINAN STRUKTURAL

            Salah satu faktor penyebab kemiskinan di Kalimantan Tengah di lihat dari faktor kemiskinan kultural adalah besarnya jumlah anggota keluarga dalam rumah tangga yang tidak sebanding dengan penghasilan yang diperoleh oleh keluarga tersebut. Hal ini di karenakan masih ada masyarakat yang berpendapat bahwa semakin banyak anak semakin banyak rezeki. Pendapat masyarakat tersebut ada benarnya jika dihubungkan dengan jumlah penduduk pada saat masih sedikit karena jumlah lapangan pekerjaan masih tersedia dalam jumlah yang banyak.
            Apabila prinsip sebagian masyarakat tersebut di pergunakan pada masa sekarang, hal itu sudah tidak konsisten dan relevan, mengingat semakin bertambahnya penduduk yang ada di Kalimantan Tengah, semakin mahalnya biaya kebutuhan hidup, semakin mahalnya biaya untuk pendidikan, semakin berkurangnya lapangan pekerjaan dan semakin berkurangnya sumber daya alam karena Pertambangan, kebakaran hutan, perkebunan skala besar,penebangan hutan secara liar .     

  
KELUARGA BERENCANA SOLUSINYA

            Laju pertumbuhan penduduk di Kalimantan Tengah tahun 2010 -2015 adalah 2,36 %. Dari hasil Survey Demografi Keluarga Indonesia (SDKI) beberapa waktu lalu, rata rata anak yang dimiliki satu keluarga di Indinesia masih berada dikisaran 2,6. Padahal sasaran BKKBN berada dikisaran angka 2,1. Sementara di Kalteng sendiri rata-rata kepemilikan anak dalam sebuah keluarga sebesar 2,8.
Program KB (Keluarga Berencana) merupakan salah satu bentuk program pemerintah untuk pengentasan kemiskinan, yaitu dengan cara mengatur perkawinan, mengatur kapan harus punya anak, mengatur jarak kelahiran, dan mengatur jumlah anak yang ideal dalam satu keluarga. Dalam suatu keluarga akan lebih mudah mendidik dan mengasuhnya dua orang anak dibandingan mendidik dan mengasuh  anak lebih dari dua. Apalagi dalam keluarga tersebut hanya mengandalkan satu orang saja untuk berkerja, bisa kita bayangkan berapa pengeluaran keluarga tersebut untuk memenuhi kebutuhan hidupnya baik itu untuk kebutuhan primer, kebutuhan sekunder maupun kebutuhan tersier.            
            Jika dalam suatu keluarga hanya memiliki dua orang anak, maka keluarga tersebut akan dapat mengatur pengeluaran dengan lebih mudah untuk kebutuhan primer, sekunder dan tersier dibandingkan dengan keluarga yang memiliki anak lebih dari dua. Program keluarga  berencana dengan semboyan “Dua Anak Cukup” diperuntukkan untuk semua lapisan masyarakat dan tidak memandang suku bangsa, agama, tingkat sosialnya. Kita semua harus berperan aktif sebagai masyarakat untuk membantu pemerintah mengentaskan kemiskinan yang dapat dimulai dari mengikuti program keluarga berencana.
            Apabila masyarakat, tokoh agama, tokoh masyarakat dan pemerintah bersama-sama ikut mendukung dan menyukseskan keluarga berencana maka laju pertumbuhan penduduk di negara Indonesia akan dapat dikendalikan. Dukungan dan partisipasi tokoh agama dan tokoh masyarakat ini berupa penyuluhan tentang manfaat program keluarga berencana dari segi sosial dan ekonomi , memberikan contoh/teladan melalui diri tokoh agama/tokoh masyarakat itu sendiri, mengajak masyarakat menonton pemutaran film tentang keluarga berencana.

            Tantangan dalam program keluarga berencana saat ini semakin berat, oleh karena itu diharapkan agar semua masyarakat, tokoh agama, tokoh masyarakat, BKKBN, pemerintah daerah dan pemerintah pusat bekerja sama untuk menyukseskan program keluarga berencana. Apabila program keluarga berencana berjalan tanpa ada dukungan dari pemerintah daerah atau tokoh agama dan tokoh masyarakat maka hasilnya tidak akan maksimal. Salah satu tantangan ini adalah rendahnya tingkat pendidikan (formal) masyarakat di daerah pedesaan/pedalaman. Mereka menganggap program keluarga berencana tidak sesuai dengan norma agama dan norma budaya yang mereka miliki.
            Untuk menjawab tantangan ini diperlukan komitmen dari BKKBN, pemerintah daerah, pemerintah pusat, Tokoh agama, tokoh masyarakat, masyarakat dan instansi terkait untuk memberikan penyuluhan kepada masyarakat yang berpendidikan rendah arti pentingnya keluarga berencana dalam kehidupan. Dengan mengikuti program keluarga berencana kita dapat mencukupi kebutuhan hidup anak-anak kita baik itu kebutuhan primer, sekunder maupun kebutuhan tersier. Anak-anak kita akan mendapat pendidikan yang baik, kebutuhan jasmani dan rohaninya tercukupi.


Referensi
1.    Id.wikipedia.org
2.    www.media kalimantan.com/artikel penduduk
4.    http://ajiopa.blogspot.com/2011/06/kasus-kemiskinan-struktural











                                                                                     




Tidak ada komentar:

Posting Komentar