KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas Rahmat dan Karunia-Nya,
sehingga Buku yang berjudul ”Upaya Pengentasan Kemiskinan Penduduk
Melalui Kegiatan Life Skills pada
Pemukiman Padat Di Kota Palangka Raya” ini dapat diselesaikan tepat pada
waktunya.
Buku
ini dapat disusun atas kerjasama
dari Kantor Perwakilan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana (BkkbN) Provinsi
Kalimantan Tengah dan Pusat Penelitian Kependudukan (PPK) Lembaga Penelitian
Universitas Palangka Raya.
Terima kasih juga kepada semua pihak yang telah membantu dalam penulisan buku ini
seperti para pemberi informasi utama atau nara sumber dalam buku
ini yaitu penduduk di pemukiman padat Kota Palangka Raya, para penerima dana
bantuan, ketua RT/RW setempat, kantor agama, dinas sosial, BAZ, serta SKPD-SKPD
lain yang terlibat dalam penelitian ini.
Kami
menyadari buku ini jauh dari
sempurna, sehingga diperlukan kritik dan saran yang membangun bagi penyempurnaan
buku
ini.
Semoga buku ini memberikan manfaat bagi semua pihak dan memberikan
rekomendasi yang tepat bagi para pemangku kebijakan secara khusus di Kota
Palangka Raya .
Palangka Raya, Oktober 2014
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA
PENGANTAR
..................................................................................... 1
DAFTAR ISI ............................................................................................................ 2
RINGKASAN ............................................................................................... ......... 3
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .................................................................................... 4
1.2 Tujuan
Khusus............................................................................ ......... 6
1.3 Urgensi (Keutamaan Penelitian) .......................................................... 6
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Kemiskinan.............................................................. ......... 8
2.2 Konsep
Pemberdayaan Masyarakat.................................................... 9
2.3 Pendekatan Dalam Pemberdayaan Masyarakat
............................... 11
2.4 Studi Pendahuluan............................................................................ 15
BAB III. METODE PENELITIAN
3.1 Pendekatan dan
Jenis Penelitian ...................................................... 16
3.2 Lokasi dan Subjek Penelitian............................................................ 16
3.3. Teknik Pengumpulan Data ............................................................... 17
3.4 Teknik Pengolahan dan Analisis Data .............................................. 18
BAB VI. HASIL PENELITIAN............................................................................. 19
BAB V. KESIMPULAN
DAN REKOMENDASI.............................................. 72
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RINGKASAN
Kemiskinan
merupakan masalah yang sangat kompleks,
karena menyangkut berbagai macam aspek kehidupan di masyarakat seperti:
kebutuhan akan pangan, tempat tinggal, sandang, kesehatan, pendidikan ,
pekerjaan dan sebagainya. Berbagai macam program
telah diluncurkan di masyarakat dalam
rangka pengentasan kemiskinan baik oleh
pemerintah pusat, pemerintah daerah, LSM
maupun lembaga swasta lainnya..
Pemerintah Kota Palangka Raya sebagai
Ibukota Provinsi Kalimantan Tengah telah
melakukan usaha-usaha pengentasan kemiskinan pada kantong-kantong
pemukiman penduduk miskin melalui berbagai program dihampir semua SKPD. Berbagai program yang telah dilakukan tersebut
belum mampu mengentaskan
penduduk Kota dari jeratan kemiskinan secara signifikan.
Penelitian
ini mencoba memotret implentasi program pengentasan kemiskinan yang dilakukan
beberapa SKPD dan lembaga Swasta dengan program ketrampilan hidup / life skills.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang dipaparkan dalam bentuk angka-angka, sedangkan untuk mengetahui
implementasi dari program tersebut dengan menggunakan pendekatan kualitatif.
Diharapkan dengan menggunakan kedua pendekatan tersebut dapat saling melengkapi
dan menunjang, sehingga akan mempertajam analisis hasil penelitian ini.
Hasil penelitian menunjukan bahwa SKPD dan Badan yang diteliti sudah
berkontribusi untuk ikut memperbaiki kondisi sosial ekonomi warga masyarakat
penyandang kemiskinan. Program yang diluncurkan oleh SKPD dan Badan yang
diteliti setiap tahun menunjukan
peningkatan anggaran dana yang dialokasikan. Hasil-hasil di lapangan
sulit ditemukan kembali secara lengkap, karena bisa saja warga yang pernah
dibantu tidak berdomisili lagi di alamat ketika dibantu. Monotoring dan
bimbingan lanjutan hampir tidak pernah dilakukan terhadap warga yang pernah
dibantu, karena sehabis program dalam tahun anggaran tertentu maka selesai pula
hubungannya dengan lembaga, kecuali program yang diluncurkan oleh BAZ karena
dalam bentuk pinjaman dana bergulir, maka keberadaan warga miskin yang pernah
dibantu bisa dilacak di lapangan.
Disarankan agar komunikasi antara SKPD atau Badan dengan warga yang
pernah diteliti hendaknya terus dijalin atau program dirancang tahun jamak
sehingga hasilnya nyata dilapangan
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Kemiskinan merupakan konsep multi
dimensi tentang kesejahteraan manusia yang meliputi berbagai ukuran tradisional
tentang kemakmuran misalnya pendapatan, kesehatan, dan keamanan. Jebakan
kemiskinan yang membelenggu penduduk miskin sebagai akar segala
ketidakberdayaan telah menggugah perhatian masyarakat dunia, sehingga isu
kemiskinan menjadi salah satu isu sentral dalam Millenium Development Goals
(MDGs) yang dideklarasikan oleh PBB pada tahun 2000. PBB mengharapkan
seluruh negara yang menjadi anggotanya dapat mengurangi jumlah penduduk miskin
dan kekurangan pangan di masing-masing negara hingga 50 % pada tahun 2015.
Di
Indonesia pengentasan kemiskinan terus dilakukan sejak Indonesia merdeka dengan
berbagai macam program, namun sampai saat ini masih dijumpai masyarakat miskin
diberbagai wilayah yang tersebar di 34 provinsi. Badan Pusat Statistik (BPS)
mengumumkan jumlah penduduk miskin
hingga september 2012 sebanyak 28,96 juta jiwa atau 11,66 % dari total
penduduk. Angka ini mengalami penurunan sebanyak 0,3 % atau 540 ribu jiwa
dibandingkan bulan Maret 2012. Sebagian besar penduduk miskin ada di Pulau Jawa
yaitu sebanyak 15,82 juta jiwa, selanjutnya terbanyak ke dua ada di Pulau Sumatera
yaitu 6,17 juta jiwa. Sedangkan jumlah penduduk miskin terendah berada di Pulau
Kalimantan yaitu sebanyak 0,93 juta jiwa.
Persentase
penduduk miskin terbesar ada di Pulau Maluku dan Papua sebesar 24,14 % dan
terkecil ada di provinsi-provinsi Pulau Kalimantan yaitu sebesar 6,48%. Angka
kemiskinan berpotensi turun bila momentum persentase pertumbuhan ekonomi tetap
terjaga melebihi jumlah persentase laju pertumbuhan penduduk. Tahun 2013 ini
jumlah penduduk miskin bisa bertambah seiring dengan adanya kebijakan
pemerintah yang menaikkan tarif dasar listrik, pengurangan subsidi BBM dan
peningkatan upah minimum provinsi. Kondisi ini akan mempengaruhi belanja
konsumsi rumah tangga dan selanjutnya peningkatan inflasi. Publikasi data BPS
menyimpulkan kenaikan harga barang-barang konsumsi memberikan sumbangan
terbesar dalam peningkatan angka kemiskinan. Orang Indonesia dikatakan miskin
bila mempunyai pendapatan minimal Rp. 259.520; per kapita per bulan pada bulan
September 2012.
Pemerintah
Kota Palangka Raya sebagai Ibu Kota Provinsi Kalimantan Tengah, sama seperti kota-kota
lain di Indonesia juga telah melakukan usaha pengentasan kemiskinan secara
terus menerus dengan berbagai program dihampir semua SKPD. Arus utama
pengentasan kemiskinan ada di Dinas Sosial karena tugasnya menangani orang
miskin. Dengan program utama : keluarga harapan, rehabilitasi rumah tidak layak
huni dan kelompok usaha bersama. SKPD yang lain seperti Dinas Pendidikan dan
Kebudayaan melewati bidang Pendidikan Luar Sekolah bekerjasama dengan kantor
BPKB d/h SKB, dengan program keterampilan hidup (life skills) yang memadukan kelompok belajar (kejar) paket A, B,
dan C, dengan tambahan keterampilan usaha untuk meningkatkan ekonomi keluarga,
seperti kursus menjahit, bordir, dan payet, keterampilan membuat abon dari ikan
patin, membuat jajanan pasar dengan bahan singkong, dan lain-lain.
Mencermati hasil kajian di
atas, dapatlah diasumsikan bahwa penelitian dan kajian
tentang penanganan kemiskinan melalui kegiatan life skills masih fokus pada input dan proses pelaksanaan kegiatan life skills. Sedangkan Dampak Sosial
Ekonomi Program Penanganan Kemiskinan melalui kegiatan life skills dan analisa dampak kegiatan life skills terhadap anggota dan masyarakat belum pernah di
lakukan. Oleh karena itu untuk mengetahui pencapaian tujuan kegiatan life skills, maka perlu mengevaluasi
dampak sosial ekonomi kegiatan life
skills agar dapat menurunkan angka kemiskinan.
1.2
Tujuan Khusus
Berdasarkan latar belakang yang
telah diuraikan di atas maka tujuan khusus dari penelitian ini adalah :
1.
Untuk mengetahui sejauh mana proses implementasi
pelaksanaan penanganan kemiskinan melalui kegiatan
life skills.
2.
Untuk mengetahui dampak sosial ekonomi penanganan
kemiskinan melalui kegiatan life skills.
1.3
Urgensi (Keutamaan Penelitian)
Berbagai program penanganan kemiskinan sudah
dilakukan Pemerintah Kota
Palangka Raya antara lain Program
Perlindungan Sosial yang bersifat terpadu dan Program Anti Kemiskinan dan
Perlindungan Sosial. Program Perlindungan Sosial antara lain: Jamkesmas,
subsidi siswa miskin, Program Keluarga Harapan (PKH), Raskin, Program Pemda dan
program perlindungan sosial lainnya. Program Anti Kemiskinan dan Perlindungan
Sosial termasuk kebijakan ekonomi makro, terdiri dari 4 kluster. Kluster 1
yaitu pemberian bantuan bagi masyarakat miskin berbasis keluarga seperti
pemberian beasiswa, jamkesmas, raskin, Program Keluarga Harapan (PKH), Bantuan
Langsung Tunai (BLT), bantuan sosial. Kluster 2 yaitu pemberian bantuan kepada
masyarakat miskin berbasis komunitas berupa Program Pemberdayaan Masyarakat
(PNPM). Kluster 3 yaitu pemberian bantuan kepada masyarakat miskin berbasis
Usaha Masyarakat Kecil-Menengah (UMKM), programnya adalah kredit mikro (KUR).
Kluster 4 untuk perumahan, transportasi, air bersih, listrik untuk rakyat
miskin, nelayan miskin dan kelompok rentan di perkotaan.
Program-program
tersebut dikelola oleh pemerintah pusat dan daerah melalui berbagai instansi,
lembaga maupun institusi yang dimiliki oleh pihak pemerintah maupun pihak
swasta. Untuk Kota/Kabupaten yang memiliki perusahaan juga mempunyai berbagai
program untuk membantu pemerintah daerah mengatasi masalah kemiskinan di
wilayah Kota/Kabupaten tersebut, antara lain bantuan beasiswa bagi anak-anak
dari keluarga miskin yang ada di wilayah di mana perusahaan tersebut
beroperasi.
Program-program
Pemda Provinsi Kalimantan Tengah termasuk Kota Palangka
Raya yang cukup populer yaitu Program Mamangun
Tuntang Mahaga Lewu,
Program Kal-Teng Barigas, dan Program Kal-Teng Harati. Contoh program yang
dilaksanakan oleh beberapa instansi di tingkat Provinsi, Kota/Kabupaten antara
lain yang dilakukan oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Palangka Raya
yaitu program lifeskill, berupa
program pemberian penyuluhan dan pelatihan keterampilan dan pemberian modal
usaha dikaitkan dengan pemberantasan buta aksara. Dinas Pendidikan dan
Kebudayaan Kota Palangka Raya bekerjasama dengan Pendidikan Keterampilan
Keluarga (PKK) ataupun Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang ada di daerah
tersebut.
Namun
kenyataan menurut publikasi BPS akhir tahun 2012 menunjukkan tingkat kemiskinan
di Kalimantan Tengah September 2012 mencapai 6,05 %. Ini berarti bahwa berbagai
usaha pengentasan kemiskinan yang telah dilakukan belum mampu menurunkan angka kemiskinan
secara signifikankan. Tingkat kemiskinan kota Palangka Raya sebanyak
4,5 % dari 220.223 jiwa , sejumlah kurang lebih 9.900 jiwa .
Berdasarkan uraian di atas
diperlukan suatu evaluasi terhadap program-program pengentasan kemiskinan
mengenai sejauh mana proses pelaksaannya dan dampak sosial ekonomi yang
ditimbulkan terhadap penduduk miskin
yang menjadi peserta dalam kegiatan life
skills . Sehingga dari hasil evaluasi ini diharapkan bisa untuk meninjau
kembali program-program tersebut biar lebih efektif atau atau tidak terjadi
tumpang
tindih dan tepat sasaran.
BAB
II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Pengertian Kemiskinan
Menurut Hall dan
Midgley (2004), pengertian kemiskinan beraneka ragam dan dapat diukur dari
banyak sudut pandang. Beberapa pendapat mengartikan bahwa kemiskinan adalah
ketidakmampuan seseorang dalam memenuhi kebutuhan konsumsi dasar. Pendapat lain
memasukkan dimensi-dimensi social sebagai tambahan ketidakmampuan memenuhi kebutuhan
dasar tersebut, misalnya: sikap, budaya hidup dan lingkungan tertentu. Umumnya
ketika orang berbicara kemiskinan adalah material, dengan konsep ini maka
seseorang di kategorikan miskin apabila tidak mampu memenuhi standar kebutuhan
pokoknya.
Menurut Tadaro
(2000) kemiskinan adalah rendahnya pendapatan per kapita dan lebarnya
kesenjangan distribusi pendapatan. Salah satu generalisasi paling sahih
mengenai penduduk miskin adalah bahwasanya mereka pada umumnya
bertempat tinggal di daerah-daerah pedesaan, dengan mata pencaharian pokok di
bidang pertanian dan kegiatan-kegiatan lainnya yang erat hubungannya dengan sektor
ekonomi tradisional. Para ahli ekonomi pembangunan mulai mengukur
tingkat kemiskinan di dalam suatu negara dan kemiskinan relatif antar negara dengan cara menentukan suatu batasan yang lazim
disebut sebagai garis kemiskinan. Lingkaran kemiskinan yang lain juga menyangkut
keterbelakangan manusia dalam pengembangan sumber daya alam. Pengembangan
sumber daya alam di suatu daerah tergantung pada kemampuan produktif
manusianya. Jika penduduknya terbelakang dan buta huruf, maka kemampuan teknik,
pengetahuan dan efektifitas kewirausahaan rendah, sehingga sumber
daya alam akan terbengkalai, kurang dan bahkan disalahgunakan.
Menurut Bappenas (2002),
kemiskinan adalah suatu situasi dan kondisi yang dialami seseorang atau
sekelompok orang yang tidak mampu menyelenggarakan hidupnya sampai suatu taraf
yang dianggap manusiawi. Bank Dunia (2006) mendefinisikan kemiskinan sebagai
tidak tercapainya kehidupan yang layak dengan penghasilan di bawah US$ 2 per
hari. Sedangkan Badan Pusat Statistik menggunakan konsep kemampuan memenuhi
kebutuhan dasar (basic needs approach) dalam mengukur tingkat
kemiskinan. Dengan pendekatan ini,kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan
dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang
diukur dari sisi pengeluaran.
2.2
Konsep Pemberdayaan Masyarakat
Pemberdayaan masyarakat adalah sebuah konsep pembangunan ekonomi yang merangkum nilai-nilai sosial.
Konsep pemberdayaaan masyarakat oleh Friedman (1992) mencakup pengertian
pembangunan masyarakat (community development) dan pembangunan
yang bertumpu pada masyarakat (community based development). Pertama-tama
perlu terlebih dahulu dipahami arti dan makna ke berdayaan dan pemberdayaan
masyarakat. Keberdayaan dalam
konteks masyarakat adalah
kemampuan individu yang bersenyawa
dalam masyarakat dan membangun
keberdayaan masyarakat yang bersangkutan. Sumber keberdayaan masyarakat
secara fisik (sehat fisik dan mental, terdidik, kuat serta inovatif) dan
nilai-nilai intrinsik (nilai kekeluargaan, kegotong-royongan, kejuangan).
Pemberdayaan merupakan suatu sistem pembangunan yang berorientasi pada manusia,
dengan mengedepankan azas partisipasi (participatory), jaringan kerja,
kemandirian dan keadilan (equality) yang dalam prosesnya memberikan
sesuatu kemudahan (akses) sehingga pada akhirnya dicapai kemajuan dan
kemandirian.
Memberdayakan
masyarakat adalah upaya untuk meningkatkan
harkat dan martabat lapisan masyarakat yang Dampak Sosial Ekonomi Program
Penanganan Kemiskinan melalui kegiatan life
skills dalam kondisi sekarang tidak mampu untuk
melepaskan diri dari perangkap kemiskinan dan keterbelakangan. Dengan kata lain
memberdayakan adalah memampukan dan memandirikan masyarakat.
Pemberdayaan bukan hanya meliputi
penguatan individu anggota masyarakat, tetapi juga pranata-pranatanya. Sungguh
penting di sini adalah peningkatan partisipasi rakyat dalam proses pengambilan
keputusan yang menyangkut diri dan masyarakatnya.
Oleh karena itu, pemberdayaan masyarakat amat erat kaitannya dengan pemantapan,
pembudayaan dan pengamalan demokrasi.
Pemberdayaan juga
mengandung pula arti melindungi. Dalam proses pemberdayaan, harus dicegah yang
lemah menjadi bertambah lemah disebabkan kekurang berdayaan dalam menghadapi
yang kuat. Oleh karena itu, perlindungan dan pemihakan kepada yang lemah amat
mendasar sifatnya dalam konsep pemberdayaan masyarakat. Melindungi diartikan
sebagai upaya untuk mencegah terjadinya persaingan yang tidak seimbang, serta
eksploitasi yang kuat atas yang lemah. Pemberdayaan masyarakat bukan membuat
masyarakat menjadi makin tergantung pada berbagai program pemberian (charity).
Karena, pada dasarnya setiap apa yang dinikmati, harus dihasilkan atas usaha
sendiri (yang hasilnya dapat dipertukarkan dengan pihak lain). Dengan demikian, tujuan akhirnya adalah memandirikan
masyarakat, memampukan, dan membangun kemampuan untuk memajukan diri ke arah
kehidupan yang lebih baik secara sinambung. Mengacu dari uraian di atas, maka konteks pemberdayaan
mencakup :
1.
Perubahan sikap
Masyarakat miskin didorong, dibimbing dan dibantu kearah
perilaku prososial yang normatif.
2.
Peningkatan partisipasi sosial
Masyarakat yang merupakan sasaran kebijakan diberi
kesempatan turut berpartisipasi, bukan hanya dalam pengambilan keputusan,
tetapi juga dalam hal merumuskan denisi situasi yang merupakan dasar dalam pengambilan
keputusan. Sehingga arah pembangunan menjadi berpihak pada masyarakat khususnya
masyarakat miskin;
3.
Solidaritas sosial
Pemberdayaan sosial mampu menciptakan suatu kondisi atau
keadaan hubungan antara individu/kelompok yang didasarkan pada perasaan moral
dan kepercayaan yang dianut bersama serta diperkuat oleh pengalaman emosional
bersama;
4.
Peningkatan kondisi ekonomi
warga masyarakat
Melalui pemberdayaan sosial diharapkan terjadi
peningkatan kondisi ekonomi dan peningkatan pendapatan warga, khususnya warga
miskin;
5.
Peningkatan pelaksanaan
fungsi-fungsi keluarga miskin
Lembaga keluarga miskin adalah juga sasaran pokok dalam
pengentasan kemiskinan yang tujuannya untuk mengembalikan fungsi
keluarga, dimana fungsi ini semakin memudar seiring dengan
ketidakmampuan menampilkan fungsi sosial warga miskin;
6.
Perubahan orientasi nilai
budaya
Dari keseluruhan aspek pemberdayaan dalam rangka
pengentasan kemiskinan, maka perubahan orientasi nilai budaya menjadi muaranya
yang tentunya memerlukan proses yang tidak mudah. Perubahann dari sifat warga
miskin seperti, apatis, malas, masa bodoh, menghalalkan segala cara, menuju
pada orientasi nilai budaya yang prososial menjadi tujuan utama pada
pengentasan kemiskinan.
2.3
Pendekatan
Dalam Pemberdayaan Masyarakat
Strategi
pembangunan yang bertumpu pada pemihakan dan pemberdayaan dipahami sebagai
suatu proses transformasi dalam hubungan sosial, ekonomi, budaya dan politik
masyarakat. Perubahan struktural yang diharapkan adalah proses yang berlangsung
secara alamiah, yaitu yang menghasilkan sesuatu yang dapat dinikmati oleh
masyarakat. Teori-teori ekonomi makro umumnya berpedoman pada peran pasar dalam
alokasi sumber daya, serta dengan pra anggapan bahwa kebijaksanaan ekonomi
makro yang tepat akan menguntungkan semua lapisan masyarakat, namun dalam
kenyataannya tidak dapat menghasilkan jawaban yang memuaskan. Oleh karena itu, diperlukan intervensi yang
tepat, agar kebijaksanaan pada tingkat makro mendukung upaya mengatasi
kesenjangan yang harus dilakukan dengan kegiatan yang bersifat mikro dan
langsung ditujukan pada lapisan masyarakat terbawah. Pemberdayaan masyarakat
dapat dipandang sebagai jembatan bagi konsep-konsep pembangunan makro dan
mikro.
Pendekatan utama
dalam konsep pemberdayaan adalah bahwa masyarakat tidak dijadikan objek dari
berbagai proyek pembangunan, tetapi merupakan subjek dari upaya pembangunan itu
sendiri. Berdasarkan konsep demikian, maka pemberdayaan masyarakat harus
mengikuti pendekatan sebagai berikut:
1.
Upaya itu harus terarah (targetted), ditujukan langsung kepada yang memerlukan, dengan
program yang dirancang untuk mengatasi masalah dan sesuai kebutuhan masyarakat.
2.
Program ini harus langsung mengikutsertakan atau bahkan
dilaksanakan oleh masyarakat yang menjadi sasaran. Mengikutsertakan masyarakat
yang akan dibantu mempunyai beberapa tujuan, yakni supaya bantuan tersebut
efektif dan sesuai dengan kehendak dan kemampuan serta kebutuhan. Selain itu
sekaligus meningkatkan keberdayaan masyarakat dengan pengalaman dalam
merancang, melaksanakan, mengelola, dan mempertanggun jawabkan upaya
peningkatan diri dan sosial ekonomi.
Mencermati uraian
tersebut di atas, maka pendekatan dalam konsep pemberdayaan adalah bahwa
masyarakat tidak dijadikan objek, tetapi merupakan subjek dari upaya
pembangunan itu sendiri.yang dilakukan adalah dengan memberikan keterampilan
hidup (life skills) . Proses pemberdayaan memerlukan tindakan aktif subyek
untuk mengakui daya yang di miliki obyek dengan memberinya kesempatan untuk
mengembangkan diri sebelum akhirnya obyek akan beralih fungsi menjadi subyek
yang baru. Karena proses tersebut didukung oleh faktor atau stimulus dari luar,
maka subyek disebut sebagai faktor eksternal. Selain itu, faktor internal yang
mementingkan tindakan aktif obyek atau masyarakat miskin sendiri juga merupakan
prasyarat penting yang dapat mendukung proses pemberdayaan yang efektif.
Dalam
pendekatannya, pemberdayaan memiliki dua aspek penting, yaitu partisipatif dan
desentralisasi. Aspek partisipatif
melibatkan masyarakat, khususnya dalam pengambilan keputusan mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, sampai pemanfaatan hasil. Sedangkan
aspek
desentralisasi
mementingkan penurunan wewenang pembuat keputusan perencanaan
dan pelaksana pembangunan kepada pemerintah desa yang terdekat dengan penduduk
miskin. Penduduk miskinlah yang paling mengetahui usaha yang dapat mereka
lakukan dan kebutuhan mana yang paling mendesak. Di samping itu dengan
memberikan pelatihan ketrampilan hidup merupakan fase awal pemberdayaan Artinya
masyarakat miskin diberi kebebasan untuk membentuk dan menuangkan kreatif tasnya dalam ketrampilan hidup yang diinginkan.
Ketrampilan hidup yang dimiliki dapat dipakai sebagai alat bagi masyarakat
untuk mengembangkan aspirasi dan
potensi mereka.
Menurut Hadiyanti
(2006) Kebijaksanaan penanggulangan kemiskinan secara umum dapat dipilah
menjadi 3 yaitu :
1.
Kebijaksanaan yang secara tidak langsung mengarah pada
sasaran tetapi memberikan dasar tercapainya suasana yang mendukung kegiatan
sosial ekonomi. Kebijaksanaan tidak langsung diarahkan pada penciptaan kondisi
yang menjamin kelangsungan setiap upaya peningkatan pemerataan pembangunan dan
penanggulangan kemiskinan, penyediaan sarana dan prasarana, penguatan
kelembagaan serta penyempurnaan peraturan perundangundangan yang menunjang
kegiatan sosial-ekonomi masyarakat.
2.
Kebijaksanaan yang secara langsung mengarah pada
peningkatan ekonomi kelompok sasaran. Kebijaksanaan langsung diarahkan pada
peningkatan akses terhadap prasarana dan sarana yang mendukung penyediaan
kebutuhan dasar berupa pangan, sandang dan perumahan, kesehatan dan pendidikan,
peningkatan produktivitas dan pendapatan, khususnya masyarakat berpendapat
rendah.
3.
kebijaksanaan khusus menjangkau masyarakat miskin melalui
upaya khusus. Kebijaksanaan khusus diutamakan pada penyiapan penduduk miskin
untuk dapat melakukan kegiatan sosial ekonomi sesuai dengan budaya setempat.
Berdasarkan uraian
di atas, maka kebijakan pemberdayaan masyarakat dalam program penanganan
kemiskinan harus dilaksanakan secara terpilih sesuai dengan kebutuhan
masyarakat. Sedangkan misi
pemberdayaan suatu program pemberdayaan masyarakat antara lain :
1.
Penyadaran
Penyadaran berlangsung dalam proses pengenalan diri akan potensi diri dan
lingkungan sebagai kekuatan yang dapat digerakkan secara optimal untuk memenuhi
kebutuhan sendiri dalam kontek sosio-budaya dan struktur sosial. Penyadaran
akan kemampuan diri, sumber daya yang mereka miliki, peluang baru yang
bersumber dari dalam dan luar komunitas untuk memperbaiki kondisi, dan arti
solidaritas antar warga dalam memenuhi kebutuhan merupakan misi pendampingan
yang utama.
2.
Pengorganisasian
Penguatan organisasi masyarakat mutlak diperlukan dalam upaya memberdayakan
diri mereka, mengacu pada prinsip memanfaatkan potensi kelembagaan yang berakar kuat
dalam struktur masyarakat lokal.
3.
Kaderisasi
Setiap program pada hakekatnya memiliki keharusan dalam mempersiapkan kader-kader pengembangan
keswadayaan lokal yang akan mengabil alih tugas pendampingan setelah program
berakhir.
4.
Dukungan Teknis
Pembaharuan masyarakat setempat umumnya memerlukan bantuan suatu lembaga
dari luar yang menguasai sumber daya informasi dan teknologi yang dapat
membantu mempercepat pembaharuan itu menjadi kenyataan. Organisai pendukung
teknis adalah aparat pemerintah, mungkin juga perusahan swasta.
5.
Pengelolaan sistem
Pengelolaan sistem mempunyai sejumlah peranan penting: Koordinasi
diperlukan dalam penjadwalan tahapan kegiatan, yaitu menyangkut fungsi penyadaran, pelatihan pengorganisasian
dan penyediaan sumberdaya pendukung.
2.4
Studi Pendahuluan
Penelitian pendahuluan dilakukan tim peneliti pada saat
melakukan penelitian pada tahun 2012 tentang Kondisi Kemiskinan di Propinsi
Kalimantan Tengah dan Pengentasannya. Dari hasil penelitian diketahui bahwa
sudah banyak usaha pengentasan kemiskinan dilakukan oleh
pemerintah yang tersebar hampir disemua SKPD tingkat Provinsi maupun Kabupaten
di Kalimantan Tengah. Tidak ketinggalan pula usaha pemerdayaan masyarakat yang
dilakukan oleh perusahaan swasta berupa CSR (Corporite Social Responcibility). Namun aplikasi di lapangan yang
dilakukan oleh SKPD yang berbasis proyek terkesan tidak dikoordinasikan dengan
baik. Oleh karena itu perlu ada keterpaduan kegiatan antar SKPD sehingga di
lapangan tidak terjadi tumpang tindih kegiatan.
BAB
III
METODE
PENELITIAN
3.1
Pendekatan dan Jenis Penelitian
Penelitian ini bersifat evaluatif yang difokuskan pada evaluasi sumatif untuk
mengetahui hasil maupun dampak sosial ekonomi program penanganan kemiskinan
melalui kegiatan life skills. Namun demikian tidak berarti evaluasi formatif
dikesampingkan, karena untuk mengetahui hasil maupun dampak dari
suatu program perlu diketahui bagaimana implementasi program tersebut.
Untuk itu kegiatan yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi evaluasi
input , proses hasil dan dampak dari program kegiatan life skills .Dengan diperoleh data dan
informasi mengenai implementasi dan hasil maupun dampak dari program penanganan
kemiskinan melalui kegiatan life skills,
diharapkan dapat memberi masukan sebagai bahan pertimbangan dalam merumuskan
suatu kebijakan, baik yang terkait dengan pengembangan maupun
penyempurnaan program yang sudah ada.
Penelitian ini terfokus pada kinerja SKPD program penanganan kemiskinan melalui kegiatan
life skills, maka pendekatan yang digunakan adalah pendekatan
kuantitatif sederhana berupa diskripsi hasil berupa tabel silang, sedangkan untuk mengetahui
implementasi dari program tersebut evaluasi formatif dengan menggunakan
pendekatan kualitatif. Diharapkan dengan menggunakan kedua pendekatan tersebut
dapat saling melengkapi dan menunjang, sehingga akan mempertajam analisis hasil
penelitian ini.
3.2
Lokasi dan subjek Penelitian
Pemilihan sampel lokasi penelitian ditentukan secara purposive sampling
dengan pertimbangan banyaknya jumlah kegiatan life skills miskin yang memenuhi persyaratan untuk dievaluasi.
Responden penelitian ditentukan secara purposive sampling, dengan
pertimbangan mereka sebagai sumber data primer yang dipandang mampu
menjelaskan berbagai hal yang terkait dengan kegiatan dan manfaat
ataupun dampak dari kegiatan life skills.
Responden
yang dipilih adalah anggota dan pengurus dalam kegiatan life skills . Masing-masing kegiatan life skills dipilih 3 orang responden sebagai sumber data
primer (ketua dan 2 pengurus).
Di samping responden sebagai sumber data primer, diperlukan informan
sebagai sumber data sekunder. Pemilihan informan didasarkan pada kriteria
tertentu, yaitu orang-orang yang terlibat baik secara langsung maupun tidak
langsung dalam kegiatan life skills.
Informan yang dimaksud adalah pejabat instansi terkait, pendamping kegiatan life skills, Aparat Desa/Keluarahan.
Penelitian ini
mengambil lokasi di Kota Palangka Raya, karena diharapkan hasil penelitian ini
dapat memberikan gambaran sejauh mana proses implementasi dan dampak sosial
ekonomi penanganan kemiskinan melalui kegiatan
life skills.
Adapun yang menjadi
subjek penelitian ini adalah penduduk miskin kota Palangka Raya yang menjadi
peserta dalam kegiatan life skills.
3.3
Teknik
Pengumpulan Data
Pengumpulan data
primer dan sekunder dilakukan dengan cara:
1.
Wawancara
Untuk memperoleh data primer dari responden dilakukan wawancara terstruktur
dengan menggunakan questioner. Sedangkan untuk memperoleh informasi sebagai
data sekunder dari informan dilakukan wawancara dengan menggunakan pedoman
wawancara.
2.
Observasi
Pengamatan dilakukan dengan menggunakan pedoman observasi berupa check
list untuk mengamati kondisi keluarga binaan sosial (anggota dan pengurus kegiatan life skill dan kiprah serta perkembangan kegiatan life
skills fakir miskin yang
di teliti.
3.
Dokumentasi
Teknik ini digunakan untuk memperoleh data sekunder dengan cara mempelajari
dokumen dan laporan yang berkaiatan dengan kegiatan
life skills fakir miskin, dan data statistik mengenai lokasi penelitian.
3.4
Teknik
Pengolahan dan Analisis Data
Data tentang
kinerja SKPD yang dilakukan dalam kurun waktu 3 tahun dalam pengentasan
kemiskinan digolong-golongkan dalam tabel silang menurut jumlah yang pernah
diberikan intervensi berupa pelatihan maupun stimulus yang diberikan,
dibandingkan dengan hasil nyata di lapangan. Data kuantitatif yang berbentuk
tabel tadi dianalisis secara kualitatif sehingga nampak dengan jelas kinerja
masing-masinmg SKPD dalam kurun waktu pelaksanaan proyek pengentasan kemiskinan.
Untuk menguatkan hasil penelitian ini secara inten dilakukan wawancara terhadap
informan yang ada dil apangan sehingga diperoleh dapat komparasi yang obyektif
antara apa yang dirancang dan diimplementasikan oleh SKPD dengan kenyataan yang
ada di lapangan.
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Sebagian besar Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang ada dalam lingkup Pemerintah
Kota Palangka Raya maupun Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah mempunyai program untuk mengentaskan
kemiskinan warganya, karena pada akhirnya tujuan pembangunan adalah
meningkatkan kesejahteaan seluruh rakyat Indonesia dimanapun berada.. Masing-masing
SKPD mempunyai karakteristik dan sasaran
yang berbeda dalam usaha pengentasan kemiskinan yang diprogramkan. Koordinasi
antara SKPD mutlak dilakukan untuk menghindari tumpang tindih pelaksanaan
proyek di lapangan. Usaha pengentasan kemiskinan bisa dilakukan dalam kurun
waktu yang lama (multi year) atau
tahun jamak, ada pula yang hanya setahun pelaksanaannya sudah selesai.
Pelaksanaan proyek pengentasan kemiskinan masing-masing SKPD didasarkan atas
visi dan misi masing-masing Kepala Daerah.
Untuk mengetahui
pelaksanaan pengentasan kemiskinan di lapangan dipandang perlu mengadakan
penelitian yang dilakukan pihak Perguruan Tinggi dengan dana dari Perwakilan
BKKBN Provinsi Kalimantan Tengah. Penelitian yang dilakukan tahun 2014 ini hanya
dapat dilakukan pada 4 instansi pemerintah/SKPD dan 1 organisasi keagamaan,
karena ada keterbatasan dana dan singkatnya
waktu. Fokus penelitian adalah
mengungkap peran serta masing-masing SKPD dan organissi keagamaan dalam
upaya pengentasan kemiskinan penduduk kota Palangkaraya melalui berbagai proyek
ketrampilan hidup (life skills) dan
bantuan material kepada warga yang pantas mendapat bantuan sesuai
ketentuan. SKPD yang diteliti adalah :
1. BP2PNFI (Balai Pelatihan dan
Pengembangan Pendidikan Non Formal dan Informal),
2. Badan Pemberdayaan Masyarakat
3. Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS)
4. Dinas Sosial,
5. Dinas Pertanian dan Perikanan.,
Rincian kegiatan
masing-masing SKPD adalah sebagai berikut:
5.1
BALAI PELATIHAN DAN PENGEMBANGAN PENDIDIKAN NON
FORMAL, INFORMAL (BP2PNFI)
5.1.1
Gambaran Umum
Balai
Pelatihan dan Pengembangan Pendidikan Non Formal, Informal selanjutnya
disingkat BP2PNFI berdiri di atas tanah seluas 2,5 hektar beralamat di jalan
Cilik Riwut km 5,5 Palangka Raya. Lembaga ini merupakan UPTD (Unit Pelaksana
Teknis Daerah) Dinas Pendidikan Provinsi KalimantanTengah. Sejak berdiri
tahun1980, sudah beberapa kali mengalami perubahan nama, dan pergantian
pimpinannya. Pertama kali berdiri namanya Pendidikan Luar Sekolah Masyarakat
(PLSM) kepala Kantornya Bapak Loren Tarung (1980-1987). Tahun 1987 terjadi
pergantian nama lembaga PLSM menjadi SKB (Sanggar Kegiatan Belajar) Pahandut,
dengan Kepala Kantornya Bapak Drs. Indar M. Sahay. (1987-1993). Pucuk Pimpinan
SKB tahun 1993 berganti dengan Bapak Drs. Erensiul Tanggara,SH. Sampai tahun
2000. Perubahan nama lembaga kembali terjadi tahun 2000 menjadi BP2PNFI,
berdasarkan keputusan Mendiknas RI No : 021/0/2000. Pergantian nama lembaga
juga diikuti dengan pergantian pimpinannya yaitu Bapak Drs.Edison,M.Pd yang
menjabat sampai tahun 2010. Pergantian pimpinan BP2PNFI terjadi lagi tahun 2010
kepada Bapak Drs.H.Mahyuni, M. Tahun 2013 Bpk. Drs. H. Mahyuni, M, purna tugas
kemudian digantikan oleh Ibu Dra.
Yusnita Timpung, hingga saat ini.
5.1.2
Organisasi dan Personalia BP2PNFI
Untuk
menunjang kelancaran dalam pelaksanaan tugas BP2PNFI, di samping sarana dan prasarana, didukung oleh perangkat
organisasi yang terdiri dari seorang Kepala, 24 tenaga fungsional/ Pamong
Belajar dan 14 Staf pelaksana/tenaga administrasi. Pamong Belajar tingkat
pendidikannya S1 dan S2, berasal dari berbagai bidang ilmu untuk menunjang
tugas pokok organisasi. Aplikasi kegiatan organisasi di lapangan bekerja sama
dengan masyarakat sekitar dibantu oleh tenaga tutor sebanyak 13 orang. Semua
tutor berasal dari luar kampus/kantor BP2PNFI.
5.1.3
Tugas pokok Organisasi
Secara garis
besar tugas pokok BP2PNFI ada 3 yaitu:
1. Bidang pendidikan,
2. Bidang diklat
3. Bidang
kursus dan ketrampilan /life skill.
Program
pendidikan meliputi :program Pendidikan usia dini (Paudni), Program Kesetaraan,
Program Keaksaraan Fungsional. Program Diklat dilakukan secara kontinyu baik
untuk meningkatkan ketrampilan interen organisasi maupun dengan mitra kerja.
Sedangkan life skill berupa kursus-kursus seperti, Tata Kecantikan
Rambut, Menjahit, Las, Komputer, Tata Boga, dan Bahasa Inggris.
5.1.4
Perencanaan dan Pelaksanaan Program
1.
Program Pendidikan Anak Usia Dini (PUD)
Program
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUDNI), yang diselenggarakan di BP2PNFI meliputi:
Tempat Penitipan Anak (TPA), anak-anak yang dititipkan disini berumur satu
tahun sampai umur tiga tahun. Kelompok Bermain (KB), mengasuh anak-anak yang
berumur tiga tahun sampai empat tahun dan Taman Kanak-Kanak (TK). Mengasuh anak
yang berumur empat sampai enam tahun. Anak-anak yang dititipkan di TPA tidak
seperti sekolah formal, karena waktu masuknya tidak ditentukan seperti awal
tahun ajaran baru, tapi sangat tergantung pada keperluan orang tuanya. Kelompok
bermain dan taman-kanak-kanak sudah mengikuti aturan yang baku sesuai dengan
ketentuan dari Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. Kurikulum yang berlaku pad
ataman kanak-kanak juga mengikuti ketentuan yang berlaku, sedangkan untuk
kelompok bermain lebih banyak isinya permainan edukatif belum sampai pada
konsep calistung (baca, tulis dan hitung). Jumlah anak yang mampu ditampung
pada TPA, KB, dan Taman Kanak-Kanak masih sangat terbatas, namun dalam
kenyataannya selalu diisi melebihi daya tampung kelas. Target dan Realisasi
penerimaan kelompok PAUD seperti tertuang dalam tabel berikut ini:
Tabel 1
Target dan Realisasi
kelompok PAUD Tahun 2010-2012
No
|
Nama Kelompok
|
Tahun 2010
|
Tahun 2011
|
Tahun 2012
|
||||||
Target
|
Realisasi
|
%
|
Target
|
Realisasi
|
%
|
Target
|
Realisasi
|
%
|
||
1.
2.
3.
4.
5.
|
TPA Jelita
KB.Parentas
KB. Jelita
KB,.Bahalap Mutiara
Hati
TK. Bahalap Mutiara
Hati
|
20
20
20
20
20
|
30
22
23
28
28
|
150
110
115
140
140
|
20
20
20
20
20
|
27
30
26
23
23
|
135
150
130
115
115
|
20
20
20
20
20
|
34
37
21
26
25
|
170
185
105
128
125
|
Sumber data: Kantor
BP2PNFI.
Keterangan: TPA (Tempat Penitipan Anak).
KB (Kelompok
Bermai).
TK (Taman Kanak-Kanak).
Penjelasan
Tabel :
Tempat
penitipan anak (TPA) Jelita berada satu kompleks dengan Kantor BP2PNFI di Jalan
Cilik Riwut, km 5,5 Palangka Raya. Personalia Pengelolanya adalah : Dra. Rinci,
M.Pd, (Ketua), Dra. Prihatin (Sekretaris), Dra. Lilis (Bendahara), pengasuhnya
sebanyak 2 orang (Hartini dan Supriasih), dengan status tenaga honorer. Jumlah
anak yang ditangani selalu melebihi daya tampung ruangan, kondisi ini
disebabkan oleh letaknya cukup strategis, dan banyak kantor pemerintahan maupun
kantor swasta termasuk Kantor Walikota Palangka Raya dan biayanya terjangkau.
Karyawan yang punya anak seusia PAUD banyak menitipkan anaknya disamping karena
lokasi yang berdekatan, juga biayanya terjangkau : Rp 275.000/sebulan.
Fasilitas yang tersedia meliputi: ruang bermain, ruang belajar, tempat tidur,
dapur, kamar mandi, WC ruang tunggu. Usia anak yang ditampung di TPA berkisar
antara 2 sampai 6 tahun. Kadang ada pula menitipkan bayi berumur sekitar 6
bulan yang sifatnya insidentil.
Kelompok Belajar
(KB) Parentas beralamat di Jalan Kalimantan, gang Pesanggrahan, Kelurahan
Pahandut, Kota Palangka Raya. Tempat Belajar yang disebut PKBM (Pusat Kegiatan
Belajar Masyarakat) statusnya milik Kantor BP2PNFI. Personalia Pengelolanya
adalah : Dra. Maria M. Manopo (Ketua), Syahril Uhing, SP (Sekretaris) dan Dra.
Lilis sebagai Bendahara. Tutor Belajarnya sebanyak 2 orang (Isuaniah dan Siti
Azara). Anak yang ditampung di KB Parentas
berusia antara 3 – 6 tahun. Orang tua yang memasukkan anaknya dikenai
biaya sebanyak Rp. 45.000/bulan. Lokasi Kelompok Belajar ini berada di tepi
sungai Kahayan, sekitar Pelabuhan Rambang. Warga yang berdomisili di sekitar KB
umumnya para pedagang pasar atau pekerja serabutan dengan penghasilan yang
pas-pasan, sehingga biaya yang dibebankan pada orang tua cukup murah.
Kelompok Belajar
(KB) Jelita, yang berlokasi di komplek kantor BP2PNFI, jalan Cilik Riwut km 5,5
Palangka Raya. Dikelola Rina, S.Pd (Ketua), Eti Ariani, S.Pd (Sekretaris), Dra.
Rusne (Bendahara), Amniah, S.Pd. (Seksi Pengajaran). Sehari-hari dibina oleh
Tutor sebanyak 2 orang (Sri Suharti dan Natalina Depita) dengan status sebagai
pegawai honorer. Biaya operasional pengelolaan KB Jelita dibebankan pada
anggaran pendapatan dan belanja daerah provinsi Kalimantan Tengah dan untuk
menutupi kekurangannya dibebankan kepada orang tua murid Rp. 200 ribu/bulan.
Kelompok Belajar
(KB) dan TK Bahalap Mutiara Hati berlokasi di Mendawai, Kecamatan Jekan Raya,
Kota Palangka Raya. Lokasinya cukup strategis berada di tengah pemukiman yang
padat penduduk dengan kondisi lingkungan yang relatif kumuh dan jalanan banjir
saat musim penghujan. Kegiatan belajar (KB) dan TK menumpang di rumah seorang warga yang menaruh perhatian pada
pendidikan khususnya pendidikan balita. Saat kegiatan edukasi berlangsung
ruangannya terpisah antara KB dan TK, masing-masing diasuh oleh gurunya yang
masih berstatus honorer. Mata pencaharian keluarga yang menyekolahkan anaknya
di KB dan TK Bahalap Mutiara Hati kebanyakan sebagai pedagang kecil dan pekerja
serabutan. Kesadaran untuk menyekolahkan anaknya di KB maupun TK cukup tinggi
terbukti dari banyaknya peserta didik yang melebihi daya tampung ruang kelas.
Sisi lain yang menambah daya tarik orang tua menyekolahkan anaknya di KB dan TK
Jelita adalah biayanya cukup terjangkau, sebesar Rp 45.000/bulan. KB dan TK
Bahalap Mutiara Hati dipimpin oleh : Dra. Suni Ariati.
2.
Program keaksaraan fungsional (paket A, B, dan C).
Program ini
bertujuan untuk memberikan kesempatan pada warga yang tidak sempat
menyelesaikan pendidikan formalnya karena berbagai sebab baik untuk tingkat SD,
SMP maupun SMA. Program pakat A untuk kualifikasi SD, paket B untuk kualifikasi
SMP dan paket C untuk kualifikasi SMA. Banyak manfaat yang bisa dipetik oleh
warga yang mengikuti program paket belajar ini, seperti waktu belajar yang
pleksibel biasanya sore hari sehingga warga sempat bekerja sesuai dengan mata
pencahariaannya. Program ini tidak membatasi umur peserta, yang penting ada
kemauan untuk belajar dan memenuhi syarat pendidikan sebelumnya, misalnya boleh
ikut paket A bila sudah pernah sekolah SD tapi putus sekolah atau tak lulus
ujian akhir, begitu juga pernah sekolah di SMP tetapi putus sekolah atau tak
lulus boleh ikut paket B, Sedangkan untuk paket C pernah sekolah SMA tetapi
putus sekolah atau tak lulus boleh ikut paket C. Program paket yang dikelola
para pamong belajar BP2PNFI tidak dipungut biaya, malah mendapat bantuan berupa
alat-alat kelengkapan sekolah.
Pengelola Paket
A adalah : Lamiang, S.Pd (Ketua), Dra. Sri Sularsih (Sekretaris). Paket B
dikelola oleh Dra. Sri Sularsih (Ketua) dan Syahril Uhing, S.P (Sekretaris),
sedangkan paket C dikelola oleh Syahril Uhing, SP (ketua) dan Dra. Sri Sularsih
(Sekretaris). Selama kurun waktu tiga
tahun terakhir peserta yang mengikuti program ini tingkat kelulusannya cukup
baik seperti tertuang pada tabel berikut ini:
Tabel 2.
Peserta
Ujian Paket A,B dan C
No
|
Paket
|
Tahun 2010
|
Tahun 2011
|
Tahun 2012
|
||||||
Peserta
|
Lulus
|
%
|
Peserta
|
Lulus
|
%
|
Peserta
|
Lulus
|
%
|
||
1
2
3
|
A
B
C
|
7
10
20
|
5
10
20
|
80
100
100
|
5
10
20
|
1
10
20
|
20
100
100
|
-
10
20
|
-
10
19
|
-
100
98
|
Sumber data: Kantor BP2PNFI
3. Program kursus-kursus
Ada 5 jenis kursus yang dilaksanakan oleh BP2PNFI yaitu: Bahasa Inggris, Menjahit, Tata Rias, Komputer dan Tata Boga. Ke 5 jenis kursus yang diselenggarakan oleh BP2PNFI, ada pada tingkat dasar. Pesertanya berasal dari kalangan muda dan ibu rumah tangga yang belum mempunyai pekerjaan, dan ingin memperoleh ketrampilan untuk mendapatkan penghasilan tambahan. Para peserta kursus mendapat pelatihan ketrampilan secara cuma-cuma, karena semua pembiayaannya dibebankan pada anggaran pendapatan dan belanja daerah. Jumlah peserta yang mengikuti program ini seperti yang tertuang dalam tabel 3 berikut ini :
Tabel 3.
Peserta kursus-kursus yang diselenggarakan BP2PNFI
No
|
Jenis
kursus
|
Tahun
2010
|
Tahun
2011
|
Tahun
2012
|
||||||
Target
|
Realisasi
|
%
|
Target
|
Realisasi
|
%
|
Target
|
Realisasi
|
%
|
||
1.
2.
3.
4.
5.
|
Tata
boga
Menjahit
Tata
Rias
Komputer
Bhs
Inggris
|
-
10
-
-
-
|
-
15
-
-
-
|
-
100
-
-
-
|
10
10
10
20
25
|
10
15
7
10
25
|
100
150
70
50
100
|
-
10
-
-
-
|
-
20
-
-
-
|
-
200
-
-
-
|
Sumber data: BP2PNFI
Penjelasan tabel :
|
Pamong
belajar yang menyelenggarakan kursus beralasan bahwa batas pekerjaannya adalah
sampai pertanggung jawaban keuangan
proyek selesai, tindak lanjut kemudian bisa dilakukan bila ada
dianggarkan tahun berikutnya. Masing-masing kursus dikelola oleh kelompok
pamong belajar sebagai berikut: Tata Boga : Agina. J. Rosda. (Ketua),
M.Hanafiah Novi, SP.M.Pd. (Sekretaris),
dibantu oleh 3 tutor (Tri, Mila dan Endah). Kursus menjahit dikelola oleh :
Dra. Sri Sularsih (Ketua), Lamiang, S.Pd ( Sekretaris, Dra. Agnes Apolonia
(tutor). Kursus Tata Rias kecantikan dikelola oleh: Dra. Rusince (Ketua), Dra.
Sri Sularsih (Sekretaris), Lamiang, S.Pd. (Bendahara) dan Nani Setiawati (tutor).
Kursus Komputer dikel0la oleh: Dra. Rusne (Ketua), Dra. Agina (Sekretaris)
dibantu oleh 2 orang tutor (Titus Miharso, ST dan Dana Suryani.
4.
KUM
(Keaksaraan Usaha Mandiri)
5.2 BADAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
Pengentasan
kemiskinan menuju masyarakat yang sejahtera telah banyak sejahtera telah banyak
diperencanakan bahkan sejak terbitnya buku Wealth
of Nation yang ditulis oleh John M. Keynes (salah satu Bapak Ilmu Ekonomi)
pada abad ke 17, terus dilakukan hingga saat ini.
Di
Indonesia pengentasan kemiskinan terus dilakukan sejak Indonesia merdeka dengan
berbagai macam program, namun sampai saat ini masih dijumpai masyarakat miskin
diberbagai wilayah yang tersebar di 34 provinsi. Badan Pusat Statistik (BPS)
mengumumkan jumlah penduduk miskin hingga September 2012 sebanyak 28,96 juta
jiwa atau 11,66% dari total penduduk. Angka ini mengalami penurunan sebanyak
0,3% atau 540 ribu jiwa dibandingkan bulan Maret 2012. Sebagian besar penduduk
miskin ada di Pulau Jawa yaitu sebanyak 15,82 juta jiwa, selanjutnya terbanyak
ke dua ada di Pulau Sumatera yaitu 6,17 juta jiwa. Sedangkan jumlah penduduk
miskin terendah berada di Pulau Kalimantan yaitu sebanyak 0,93 juta jiwa.
Persentase
penduduk miskin tersebar ada di Pulau Maluku dan Papua sebesar 24,14% dan
terkecil ada di provinsi-provinsi Pulau Kalimantan yaitu sebesar 6,48%. Angka
kemiskinan berpotensi turun bila momentum persentase pertumbuhan ekonomi tetap
terjaga melebihi jumlah persentase laju pertumbuhan penduduk. Tahun 2013 ini
jumlah penduduk miskin bisa bertambah seiring dengan adanya kebijakan
pemerintah yang menaikan tarif dasar listrik, pengurangan subsidi BBM dan
peningkatan upah minimum provinsi. Kondisi ini akan mempengaruhi belanja
konsumsi rumah tangga dan selanjutnya peningkatan inflasi. Publikasi data BPS
menyimpulkan kenaikan harga barang-barang konsumsi memberikan sumbangan
terbesar dalam peningkatan angka
kemiskinan. Orang Indonesia dikatakana miskin bila mempunyai pendapatan minimal
Rp.259.520,- perkapita perbulan pada bulan September 2012.
Provinsi
Kalimantan Tengah, sama seperti provisi lain di Indonesia juga telah melakukan
usaha pengentasan kemiskinan secara terus menerus dengan berbagai program
dihampiri semua SKPD. Arus utama pengentasan kemiskinan ada di Dinas Sosial
karena tugasnya menangani orang miskin. Dengan program utama : keluarga
harapan, rehabilitasi rumah tidak layak huni dan kelompok usaha bersama. SKPD
yang lain seperti Dinas Pendidikan dan Kebudayaan melewati bidang Pendidikan
Luar Sekolah bekerja sama dengan kantor BPKB d/h SKB, dengan program
keterampilan hidup (Life Skils) yang
memadukan dengan kelompok belajar (kejar) paket A, B dan C, dengan tambahan
keterampilan usaha untuk meningkatkan ekonomi keluarga, seperti kursus
menjahit, border, dan payet, keterampilan membuat abon dari ikan patin, membuat
jajanan pasar dengan bahan singkong, dan lain-lain. Untuk menindaklanjuti
keterampilan hidup yang telah di terima selanjutnya di berikan modal tanpa
bunga sebesar Rp.500.000,-. Cicilan dilakukan setiap minggu dan yang telah
terkumpul di berikan kembalipada anggota kelompok lain. Sampai saat ini ada
yang sukses menjalankan usaha itu dan ada pula yang gagal.
Usaha
pengentasan kemiskinan yang dilakukan oleh SKPD lain seperti Dinas PU termasuk
di kabupaten juga mempunyai program serupa yaitu bedah rumah. Program bedah
rumah di Kabupaten Kapuas tahun anggaran 2013 dilakukan program bedah rumah
sebanyak 100 unit dengan anggaran 500 juta rupiah. Program bedah rumah di
lakukan secara swadaya di bawah koordinasi bidang cipta karya Dinas PU
Kabupaten Kapuas. Persyaratan yang harus di penuhi oleh warga yang rumahnya mau
dibedah adalah: berpenghasilan rendah, memiliki rumah sendiri, dan kondisi
rumah sudah tidak layak huni lagi.
Di
Kabupaten Barito Timur, penduduk miskin dibagi menjadi tiga kategori yaitu:
sangat miskin, di entaskan dengan program subsidi beras (Raskin), bantuan
langsung bibit tanaman, bantuan langsung ternak dan bantuan Program Keluarga
Harapan (PKH). Kelompok kedua di sebut dengan keluarga miskin di entaskan
dengan program PNPM, PM2L. Sedangkan kelompok ketiga, kelompok miskin dan
pelaku usaha dientaskan dengan program peningkatan modal tanpa angunan.
Di
Kota Palangka Raya pengentasan kemiskinan juga dilakukan di beberapa SKPD,
Salah satunya adalah Badan Pemberdayaan Masyarakat (BPM) Kota Palangka Raya. Badan yang dipimpin oleh Drs.
H. Sahdin Hasan ini beralamat di Jalan Yos Sudarsi no 3 Palangkaraya.
BPM
yang terbentuk berdasarkan Perda no 11 tahun 2008 tentang susunan Organisasi
dan tata kerja Inspektorat, Bappeda dan lembaga tehnis Daerah Kota Palangka Raya. BPM Kota
Palangkaraya efektif melaksanakan tugas
sejak tahun 2009. Susunan organisasinya terdiri dari : 1 (satu). Kepala Badan,
1 (satu) Sekretaris, 4 (empat bidang tekhnis, masing-masing membawahi 2 (dua)
Sub Bidang, didukung oleh 27 orang personil.
Beberapa
kegiatan yang telah dilakukan pada tahun 2012 adalah:
1. Program peningkatan peranan wanita
menuju keluarga sehat sejahtera (P2W-KSS). Program ini khusus dilakukan kepada
30 orang ibu-ibu berbentuk keterampilan usaha ekonomi rumah tangga seperti
menjahit, menganyam tikar, masak-memasak, dan lain-lain. Setelah pelatihan para peserta diberi bantuan stimulan dengan
kisaran 1 juta rupiah. Proyek ini berjalan dalam tahun anggaran dan tidak ada
lagi kelanjutannya, paling tidak perlu ada penelusuran lebih jauh apakah
usahanya berjalan atau tidak.
2. Pembinaan usaha kuliner dengan program
bantuan alat produksi / alat perancang serba guna. Bantuan di berikan kepada
para kelompok pengusaha kecil yang bergerak di bidang kuliner di sekitar Pasar
Kahayan. Proyek yang diluncurkan pada tahun 2012 ini menyasar sekitar 20 orang
pedagang, namun keberlanjutan usaha ini juga tidak menentu apakah ada
dianggarkan pada tahun berikutnya.
3. Bantuan mesin pemisah duri dan daging
ikan di berikan kepada kelompok pedagan ikan di Pasar Kahayan. Bantuan ini
khusus diberikan pada kelompok pedagang
ikan basah/air tawar. Tahun 2012 ada 5 kelompok yang mendapat bantuan mesin ini,
namun monitoring dilakukan hanya sebatas berjalannya proyek saja, setelah
selesai tahun anggaran maka tidak ada lagi perkembangannya.
4. Pembinaan kelompok usaha pemulung berupa
bantuan gerobak untuk mengangkut barang bekas kepada 30 orang pemulung yang ada
di kota Palangka Raya. Para pemulung umumnya pendatang dari Jawa, yang punya
jaringan usaha dengan pengumpul barang bekas seperti sampah pelastik, besi tua, aki motor dan
mobil dan lain-lain. Selanjutnya barang bekas itu dikirim ke Jawa. Para
pemulung merasa sangat terbantu dengan gerobak sumbangan dari Badan
Pemberdayaan Masyarakat tersebut, namun yang menunggu bantuan berikutnya tak
kunjung datang karena tidak ada lagi dalam mata anggaran tahun berikutnya.
5. Pembinaan kelompok usaha bakso dan
pentol berupa bantuan gerobak dorong untuk menjajakan dagangannya. Tahun 2012
ada sekitar 60 orang mendapat bantuan ini. Para pedagang bakso dan pentol ini
umumnya para pendatang dari Jawa dan Kalimantan Selatan yang sudah lama menetap
di Palangka Raya. Yanto seorang pedagang pentol dan gorengan yang berjualan di
Kampus Unpar mengaku sangat terbantu dengan gerobak dorongnya, karena modal
untuk beli gerobak bisa digunakan untuk menambah belanja barang. Kalau lagi
ramai sehari bisa mendapatkan untung antara Rp. 100.000 – Rp.150 000. Jumlah
itu cukup untuk kehidupan sehari-hari dan bisa menabung sedikit-sedikit.
6. Pemanfaatan lahan tidur dengan tanaman
produktif pada warga di Kereng Bangkirai. Tanah milik desa yang terlantar
ditanami singkong dan pisang oleh kelompok tani dengan bantuan bibit oleh Badan
Pemberdayaan Masyarakat Kota Palangka Raya. Tanah seluas 1 ha digarap oleh
kelompok tani, namun hasilnya tidak memuaskan. Dalam perjalanan banyak anggota
kelompok tani kurang berminat menekuni perkebunan singkong dan pisang karena
kurang menguntungkan, dan lama menunggu hasilnya.
7. Pelatihan keterampilan jahit dan bordir
pada 30 orang ibu di sekitar Kota Palangka Raya. Pemilihan peserta untuk
mengikuti pelatihan ini diseleksi oleh pihak kelurahan masing-masing, sehingga
setiap kelurahan ada perwakilannya. Pihak BPM mendatangkan instruktur yang
sudah berpengalaman dibidangnya masing-masing. Setelah selesai kegiatan mesin
jahit dan mesin border diserahkan secara cuma-cuma kepada peserta, dengan
harapan dipergunakan dengan sebaik-baiknya, untuk mengembangkan/ membangun usaha
untuk menambah penghasilan keluarga.
8. Pelatiahan tata rias wajah dan rambut
pada 30 orang ibu di sekitar Kota Palangka Raya, sebagai kota yang terus
berkembang kearah kemajuan, diperlukan banyak tenaga terampil disegala bidang
untuk memenuhi keperluan warganya, termasuk tata rias dan rambut. Keperluan penata
rias dan rambut semakin banyak seiring dengan semakin banyaknya kegiatan yang
diselenggarakan oleh instansi atau warga sendiri yang memerlukan kehadiran para
penata rias dan rambut. Kebutuhan untuk tampi lebih menawan tidak hanya
dominasi perempuan, pihak laki-laki juga tak canggung lagi untuk mendatangi
salon untuk memperbaiki penampilannya.
9. Pelatihan dan keterampilan sulam pita
dan payet pada 30 orang ibu di sekitar kota Palangka Raya. Jenis ketrampilan
ini memerlukan ketekunan dan ketelitian, oleh karena itu seleksi peserta yang
dilakukan oleh pihak kelurahan relatif ketat agar mendapatkan calon peserta
yang benar memenuhi persyaratan untuk menekuni ketrampilan itu. Kemampuan
ekonomi warga kota yang mengalami peningkatan dibarengi dengan kebutuhan untuk
tampil yang lebih memikat. Beragam jenis pakaian diperlukan dengan berbagai
macam asesorisnya sepereti tambahan bordir di sana-sini, diperlukan
tangan-tangan terampil untuk mengerjakannya. Kegiatan yang dilakukan oleh Badan
Pemberdayaan masyarakat banyak dilakukan dengan memanfaatkan peluang yang ada,
tapi jarang dilirik orang lain, karena kesannya remeh dan tidak serius padahal
banyak diperlukan orang.
Banyak usaha
pengentasan kemiskinan yang dilakukan oleh pemerintah yang tersebar hampir di
semua SKPD tingkat Provinsi maupun Kabupaten di Kalimantan Tengah. Tidak
ketinggalan pula usaha pemberdayaan masyarakat yang dilakukan oleh perusahaan
swasta berupa CSR (Corporate Social
Responcibility). Namun aplikasi di lapangan yang dilakukan oleh SKPD yang
berbasis proyek terkesan tidak di koordinasikan dengan baik dan tumpang tindih.
5.3
BADAN AMIL ZAKAT
5.3.1
Sejarah Badan Amil
Zakat (BAZ)
Badan
Amil Zakat (BAZ) didasarkan atas peraturan Menteri Agama No.05 Tahun 1968
tentang Pembentukan Baitul Mal yang berfungsi sebagai pengumpul zakat untuk
kemudian disetor kepada BAZ. Dalam praktiknya, sebelum tahun 1990-an, ketika
belum ada kemauan politik dari pemerintah untuk mengatur pengelolaan zakat
secara lebih optimal, sehingga tidak mengalami perkembangan yang signifikan.
Hal ini menjadikan zakat relatif tidak memberikan kontribusi positif dan
konstruktif dalam menghadapi realitas problem sosial ekonomi masyarakat dan
negara, karena beberapa ciri zakat pada waktu itu :
1. zakat umumnya diberikan langsung oleh
muzakki kepada mustahik, jika pun melalui petugas zakat hanya terbatas pada
zakat fitrah yang bertugas temporer hanya sewaktu – waktu saja.
2. zakat yang diberikan pada umumnya hanya
bersifat konsumtif dan harta objek zakat terbatas pada harta yang secara
eksplisit dikemukan dalam Al-Qur’an dan Hadist.
Melalui
perjuangan para ulama, cendekiawan dan profesional, pada tahun 1990-an mulai
terlihat perubahan sikap politik pemerintah terhadap zakat. Di satu sisi, usaha
untuk merintis pendirian lembaga zakat formal terus berlangsung, sehingga
akhirnya berdiri lembaga zakat formal pertama, yaitu BAZIZ DKI pada tahun 1969.
Kemudian pada tahun 1991, pemerintah mengeluarkan Surat Keputusan Bersama Menteri
Dalam Negeri dan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 29 dan 47 Tahun 1991
tentang Pembinaan Badan Amil Zakat, Infaq dan shadaqah. Dan diikuti dengan
Instruksi Menteri Agama Nomor 5 Tahun 1991 tentang Pembinaan Teknis Badan Amil
Zakat, Infaq dan Shadaqah dan Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 7 Tahun 1998
tentang Pembinaan Umum Badan Amil Zakat, Infaq dan Shadaqah.
Seiring
dengan keluarnya berbagai instruksi dan keputusan menteri dan perkembangan
BAZIS DKI tersebut, maka mendorong pertumbuhan BAZIS maupun lembaga amil zakat
yang dikelola masyarakat di daerah-daerah lain. Beberapa yang menonjol antara
lain YDSF yang berdiri tahun 1989 dan Dompet Dhuafa Republika yang berdiri
tahun 1993. Dompet Dhuafa kemudian membidani lahirnya Forum Zakat (FoZ) sebagai
asosiasi organisasi pengelola zakat, dengan konsorsium bersama 11 lembaga zakat
pada tanggal 7 Juli 1997. Melalui FoZ ini aspirasi dalam perjuangan penyadaran
zakat dilakukan secara lebih terorganisir.
Puncaknya
adalah ketika pada tahun 1999, pemerintah bersama DPR menyetujui lahirnya
Undang-Undang Nomor 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat. UU Pengelolaan
Zakat ini kemudian ditindaklanjuti dengan Keputusan Menteri Agama (KMA) Nomor
581 tahun 1999 tentang Pelaksanaan UU No.38 tahun 1999 dan Keputusan Dirjen
Bimas Islam dan Urusan Haji Nomor D/291 tahun 2000 tentang Pedoman Teknis
Pengelolaan Zakat. Sebelumnya pada tahun 1997 juga keluar Keputusan Menteri
Sosial Nomor 19 Tahun 1998, yang memberi wewenang kepada masyarakat yang
menyelenggarakan pelayanan kesejahteraan sosial bagi fakir miskin untuk
melakukan pengumpulan dana maupun menerima dan menyalurkan
5.3.2. Profil Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) di
Palangka Raya
Badan Amil Zakat Infak dan Sedekah
(BAZIS) Kota Palangka Raya adalah lembaga penerima, pengelola dan penyalur dana
zakat, infak dan sedekah di wilayah kota Palangka Raya, yang mulai berdiri
sejak tahun1984. Atas dasar Keputusan Menteri Agama Nomor 581, dan kemudian
diganti dengan Keputusan Menteri Agama Nomor 373 Tahun 2000, yang isinya
tentang Pelaksanaan Undang-undang RI Nomor 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan
zakat, yang selanjutnya berdasarkan hal ini keluar SK Walikota Palangka Raya No
469 Tahun 2000 tentang Pengurus Badan Arnil
Zakat, lnfak dan Sedekah, maka BAZIS tingkat Kota Palangka Raya pun
kemudian dibentuk. Walau begitu, dasar utama pembentukan BAZIS ini adalah Surat
Al-Taubah ayat 103, "Pungutlah zakat
dari sebagian harta meraka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan
mereka.Dan berdoalah untuk mereka
sesungguhnya doamu mendatangkan
ketentramannan jiwa bagi mereka, Allah Maha Mendengar Maha Mengelahui".
Zakat, infak dan sedekah yang ada di kota Palangka Raya dikelola oleh Badan ini
dengan apik, tansparan, menggunakan manajemen modern, dan dipublikasikan kepada
masyarakat kota Palangka Raya, sesuai dengan visi yang dimiliki Badan ini,
yakni "Mewujudkan BAZNAS Kota Palangka Raya menjadi lembaga yang amanah
dan profesional menuju Palangka Raya Sejahtera.
Adapun Yang
dimaksud dengan profesional adalah bahwa kemampuan merupakan perpaduan antara
pengetahuan, keterampilan dan sikap seorang Amil dalam mengemban tugas tertentu
dan dilaksanakan secara penuh waktu, penuh kreatif dan inovatif. Amanah bahwa
dalam pelaksanaan pengelolaan BAZNAS Palangka Raya prinsip ini harus jadi
pinjakan utama karena mengandung sifat jujur, dapat dipercaya dan bertanggung
jawab atas tugas yang diberikan oleh lembaganya. Amanah merupakan syarat mutlak
yang dimiliki oleh pengurus. Sedangkan transparan adalah sifat terbuka dalam
pengelolaan melalui penyertaan semua unsur dalam pengambilan keputusan dan
proses pelaksanaan kegiatan. Dengan transparannya pengelolaan zakat maka dapat
diciptakan sistem kontrol yang baik, karena tidak hanya melibatkan pihak intern
saja tapi juga pihak ekstern. Berkesesuaian dengan visi di atas, maka Badan ini
rnengemban misi sebagai berikut:
1.
Membangun sumber
daya amilin yang amanah, produktif dan dipercaya umat;
2.
Memanfaatkan
posisi BAZNAS sebagai lembaga yang profesional;
3.
Menumbuh
kembangkan zakat sebagai basis ekonomi syari’ah yang berorientasi pada
kerakyatan / keumatan;
4.
Mewujudkan
perintisan model-model produktif yang dibiayai dari proporsi dana Zakat, Infaq
dan Shodaqah.
BAZ kota Palangka Raya ini mempunyai
tugas pokok dan berfungsi :
1.
Melaksanakan
pengumpulan segala macam zakat, infak dan sedekah dari masyarakat termasuk
pegawai;
2.
Menyalurkan
dan mendaya gunakan hasil pengumpulan kepada yang berhak menerimanya (mustahiq)
sesuai dengan ketentuan hukum;
3.
Memberi
penyuluhan kepada masyarakat dalam rangka peningkatan hasil pengumpulan zakat;
4.
Membina
pemanfaatan pendayagunaan ZIS agar lebih produktif dan terarah;
5.
Koordinasi,
bimbingan dan pengawasan kegiatan pengumpulan dan pendayagunaan ZlS;
6.
Pengendalian
atas pelaksanaan, pengumpulan dan pendayagunaan ZlS;
7.
Pengurusan
ketata usahaan, keuangan dan perlengkapan kantor.
5.3.3
Organisasi dan Personalia Badan Amil Zakat Nasional
(BAZNAS) di Palangka Raya
Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS)
merupakan badan resmi dan satu-satunya yang dibentuk oleh pemerintah
berdasarkan Keputusan Presiden RI no.8 Tahun 2001. Sedangkan Badan Amil Zakat
Nasional (BAZNAS) Kota Palangka Raya dibentuk terakhir berdasarkan Surat
Keputusan Walikota Palangka Raya N0.178 Tahun 2011 tentang Pengurus Badan Amil
Zakat Daerah (BAZNAS) Kota Palangka Raya Masa Bhakti Tahun 2011-2014. Namun
saat ini Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAZ) Palangka Raya belum memiliki
kantor sendiri, badan ini masih berada dalam naungan Kantor Kementrian Agama
Kota Palangka Raya di Jl. Ais Nasution.
Dalam Pelaksanaan Program- program
BAZNAS ini tentunya didukung oleh Dewan – Dewan yang berperan penting dalam
perencanaan maupun pelaksanaan yang tersusun dalam organisasi Badan Amil Zakat
Nasional (BAZNAS). Adapun Susunan organisasi dari Badan Amil Zakat Nasional
(BAZNAS) Palangka Raya, yaitu sebagai berikut :
DEWAN PERTIMBANGAN
|
|
|
Ketua
|
:
|
H.M. Riban
Satia
|
Wakil
Ketua
|
:
|
Drs. H.
Baihaqi, M.A.P.
|
Sekretaris
|
:
|
Drs. H. Mahlani
|
Wakil
Sekretaris
|
:
|
Ahmad
Sabur Karim, S.Pd
|
Anggota
|
:
|
1. KH. Zainal
Arifin
2. Drs.
H.Zaini Majidi
3. M. Zuhri,
S.HI
|
KOMISI PENGAWAS
|
|
|
Ketua
|
:
|
Drs. H.
Zainur Rahmani
|
Wakil
Ketua
|
:
|
Drs. H.
Misbah, M. Ag
|
Sekretaris
|
:
|
Hj.
Nurdjannah, S. Ag
|
Wakil Sekretaris
|
:
|
Dra. Hj.
Susilowati
|
Anggota
|
:
|
1.
Drs. H. Anwar Isa, Lc
2.
H. Ramli A. Ghani, M.Hi
3.
H. Aswadi HAS
|
BADAN PELAKSANA
|
|
|
Ketua
|
:
|
Drs. H.
Supriyanto
|
Wakil
Ketua
|
:
|
H. Giarno,
SKM
|
Sekretaris
|
:
|
Hj.
Muhdianor Hadi, S. Ag
|
Wakil
Sekretaris
|
:
|
Sugianto,
S.T
|
Bendahara
|
:
|
M. Nurdin,
S.E
|
SEKSI – SEKSI
|
:
|
|
SEKSI PENGUMPULAN
|
|
|
Ketua
|
:
|
Drs. H.
Tuaini, M.Ag
|
Sekretaris
|
:
|
Rus’ansyah,
S. Ag
|
Anggota
|
:
|
1.
H.R. Bardansyah, S.E
2.
H.M. Al Ghifari, S.Sos I
3.
Rahmat Fauzi, S. Sos I
|
SEKSI PENYALURAN
|
|
|
Ketua
|
:
|
Drs. H.
Muhammad
|
Sekretaris
|
:
|
Hj.
Windarti, S. Ag
|
Anggota
|
:
|
1.
Iin Purwantini, S.E
2.
Hj. Nanik Mulyati, A.Ma
3.
Ismail Marzuki, S.E
|
SEKSI PENDAYAGUNAAN
|
|
|
Ketua
|
:
|
Drs. H.
Masdani
|
Sekretaris
|
:
|
M. Anshar,
S. Sos I
|
Anggota
|
:
|
1.
M. Ali Muttaqo, S.Pd
2.
M. Anshori, S. Sos I
3.
Aan Nurhanita, S.EB
|
5.3.4
Jenis Bantuan Yang dikeluarkan Badan Amil Zakat
Badan
Amil Zakat Nasional (BAZNAS) untuk wilayah kota Palangka Raya bertugas untuk
mengumpulkan dan menyalurkan kepada masyarakat yang berhak menerimanya. Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS)
menyalurkan bantuannya kepada masyarakat terutama untuk pedagang kecil melalui
bantuan Pinjaman Bergulir. Besarnya pinjaman yang diberikan berkisar antara Rp.
1.000.000,00 – Rp. 2.000.000,00 / orang (pedagang kecil) dengan waktu
peminjaman 10 – 12 bulan.
Pinjaman
Bergulir yang diberikan kepada pedagang – pedagang kecil mengalami peningkatan
dari tahun – ke tahun, hal itu bisa terlihat dari tiga tahun lalu, pada tahun
2011 ada 30 pedagang kecil yang diberikan bantuan pinjaman bergulir ini, tahun
2012 meningkat menjadi 33 orang pedagang kecil yang menerima pinjaman bergulir,
tahun 2013 ada 45 orang dan untuk tahun 2014 ada sekitar 52 orang yang mendapat
bantuan pinjaman bergulir. Selama proses pengembalian pinjaman tersebut hanya
ada 2 atau 3 orang saja yang bermasalah, dalam artinya para pedagang kecil
tersebut sebagian besar selalu lancar dalam proses pengembaliannya.
Pengembalian dalam sebulan hanya berkisar Rp.100.000,00 – Rp. 200.000,00,
Selain ringan dalam pengembaliannya, pinjaman ini juga tidak dikenakan bunga
hanya saja membayar infaq seikhlasnya saja kadang Rp. 5.000,00 sampai dengan
Rp. 10.000,00.
Tidak
semua pedagang kecil diberikan pinjaman dana bergulir ini, tetapi mereka juga
harus menjalani seleksi, sehingga mereka yang memiliki kriteria pedagang kecil,
tidak mampu dan mempunyai komitmen untuk pengembaliannya. Sebelum pinjaman itu
diberikan para pedagang kecil ini diberi pengarahan agar tidak terjadi
kesalahan dalam penyaluran dana pinjaman bergulir ini. Selain itu agar tidak
disalahgunakan pihak BAZNAS juga melakukan menotoring kepada para pedagang –
pedagang kecil guna untuk pengawasan dan
melihat bagaimana perkembangan manfaat dana bergulir tersebut bagi para
pedagang- pedagang tersebut. Namun, ada beberapa kendala yang dihadapi Badan
Amil Zakat Nasional (BAZNAS) dalam
pemberian bantuan Pinjaman bergulir ini karena banyaknya pedagang kecil yang
mengajukan pinjaman tetapi kurangnya donatur membuat dana yang disalurkan
kepada masyarakat terbatas.
Adapun
pedagang yang menerima dana bergulir dan proses pengembaliannya dapat dilihat
seperti tabel 1. berikut ini :
Tabel
4.
Penerima
Dana Bergulir
No.
|
2011
|
|||
Penerima
|
Jumlah
Dana
|
Lancar
|
Tidak
Lancar
|
|
1.
|
30
|
Rp.
30.000.000
|
Rp.
29.000.000
|
Rp.
1.000.000
|
|
2012
|
|||
|
Penerima
|
Jumlah
Dana
|
Lancar
|
Tidak
Lancar
|
2.
|
33
|
Rp.
33.000.000
|
Rp.
31.000.000
|
Rp.
2.000.000
|
|
2013
|
|||
|
Penerima
|
Jumlah
Dana
|
Lancar
|
Tidak
Lancar
|
3.
|
45
|
Rp.
79.000.000
|
Rp.76.000.000
|
Rp.
3.000.000
|
|
2014
|
|
|
|
4.
|
Penerima
|
Jumlah
Dana
|
Lancar
|
Tidak
Lancar
|
|
52
|
Rp.
90.000.0000
|
Rp.
90.000.000
|
-
|
Sumber data :
Sekretariat BAZ
Dari
tabel 1 diatas dapat dilihat bahwa proses pengembalian dana pinjaman sebagian
besar berjalan lancar, seperti terlihat pada tahun 2011 yang mendapatkan
pinjaman bergulir sebanyak 30 orang masing-masing berjumlah Rp. 1 juta,
sedangkan yang lancar cicilannya sebanyak 29 orang atau 97 %, yang tidak lancar
hanya 3 % atau 1 orang. Hal ini membuktikan bahwa tanggung jawab para pedagang
kecil cukup besar.
Kondisi
yang tak jauh berbeda terjadi tahun 2012 dimana penerima pinjaman sebanyak 33
orang, yang tak lancar cicilannya sebanyak 2 orang atau 6 % , dan yang lancar
cicilannya sebanyak 94 %. Secara % kelihatan ada peningkatan peminjam yang tak
lancar cicilannya.
Tahun
2013 terdapat 45 orang yang mendapat
pinjaman dengan besaran secara keseluruhan Rp. 79 juta, yang lancar cicilannya
sampai bulan Oktober 2013 sebanyak Rp.76 juta, jadi yang lancar cicilan pinjamannya sebesar Rp. 76 juta atau 96 %.
Secara keseluruhan dalam 3 tahun terakhir cicilan para peminjam sangat lancar
karena rata-rata di atas 95 % peminjam yang memenuhi kewajibannya. Pada tahun
2014 masih belum diketahui berapa jumlah yang lancar dan tidak lancar karena
baru terlaksana 2 bulan terakhir ini.
Bila
kita telusuri lebih jauh khususnya tahun 2014 para penerima pinjaman ada 2
katagori tergantung dari kelayakan usahanya. Kategori pertama adalah besaran
pinjaman Rp. 1,5 juta, dan kategori ke 2 besar pinjamannya Rp. 2 juta. Rata –
rata mereka yang menerima pinjaman Rp. 2 juta
adalah mereka yang telah aktif memanfaatkan pinjaman bergulir ini dari
awal mula dana bergulir ini diberlakukan pada tahun 2011. Berikut ini data
beberapa pedagang kecil yang mendapat bantuan dana pinjaman bergulir pada tahun 2014 seperti terlihat dalam tabel
2 berikut ini :
Tabel
5
Daftar Beberapa Nama Pedagang Yang Menerima Pinjaman
Bergulir
No
|
Nama
Penerima
|
Alamat
|
Jenis
Usaha
|
Tempat
Usaha
|
Dana
Pinjaman
|
1.
|
Abdullah
|
Jl. Kalimantan gg
Kencana
|
Nelayan
|
Danau Takapan
|
Rp.
2.000.000
|
2.
|
Noor Kasnah
|
Jl. Darmo Sugondo
|
Jualan Pulsa
|
Jl. Darmo Sugondo
|
Rp. 2.000.000
|
3.
|
Wardiah
|
Jl. Darmo Sugondo
|
Jual Minyak Tanah
|
Jl. Darmo Sugondo
|
Rp. 2.000.000
|
4.
|
Nandar
|
Jl. Meranti RT. 01
|
Jualan es Coca cola
dll
|
Depan MIN Langkai
|
Rp. 1.500.000
|
5.
|
Sukarti
|
Jl. K.S. Tubun
|
Kantin SMAN 2
Palangka Raya
|
Kantin SMAN 2
Palangka Raya
|
Rp. 2.000.000
|
6.
|
Kasmirah
|
Jl. Madang No.12/21
|
Jual sembako
|
Jl. Madang
|
Rp. 1.500.000
|
7.
|
Sakti Yana
|
Jl. Manunggal 1 RT.
001/RW.009
|
Membuat Kacang Telur
|
Menitip diwarung
|
Rp. 1.500.000
|
8.
|
Munjayanah
|
Jl. A. Yani No. 38
|
Jualan Gorengan
|
Samping foto Aline
|
Rp. 2.000.000
|
9.
|
Paimin
|
Jl. Ais Nasution
|
Jualan Es Kelapa
|
Samping Kantor
KEMENAG
|
Rp. 2.000.000
|
10.
|
Suratmi
|
Jl. Madang No.18
|
Warung makan
|
Jl. Cempaka
|
Rp. 1.500.000
|
11.
|
Zaenal Fanani
|
Jl. Kalibata
|
Tukang Cukur
|
Jl.Sisingamangaraja
|
Rp. 2.000.0000
|
Sumber :
Sekretariat BAZ
Penjelasan
tabel 5. Para penerima pinjaman besaran baik yang Rp.1.500.000 dan Rp.
2.000.000 adalah mereka pedagang yang sudah lama menerima bantuan pinjaman
bergulir sehingga mereka masih dipercaya untuk mendapatkan pinjaman bergulir
karena kelancaran pembayarannya. Jenis usahanya juga sangat beragam, semuanya
tergolong sektor informal. Pihak sudah
barang tentu melakukan observasi awal sebelum mengucurkan pinjaman tentang
kemampuan mengangsur dan karakter nasabahnya sehingga yakin mereka mampu
mengangsur sebesar Rp. 200.000 /bulan. dari pengakuan para nasabah mereka
sangat terbantu dengan adanya pinjaman bergulir ini, karena angsurannya ringan.
5.4
Dinas Sosial Kota Palangka Raya
5.4.1 Gambaran Umum
Pembangunan
Kesejahteraan Sosial di laksanakan untuk mewujudkan masyarakat yang sejahtera
dan berkeadilan. Menjamin hak setiap Warga Negara Indonesia untuk mencapai
tarap kesejahteraan social yang setinggi-tingginya dalam rangka meningkatkan,
harkat, martabat dan kualitas hidupnya. Mampumemenuhi kebutuhan dasar hidupnya
dengan menempatkan potensi dan sumber pelayanan dasar yang tersedia dan
berperan aktif dalam upaya mewujudkan
Kesejahteraan Sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Kondisi
multikritis yang melanda Indonesia berpengaruh secara signifikan terhadap
peningkatan jumlah penyandang masalah, jenis dan kompleksitas Masalah
Kesejahteraan Sosial. Penyandang Permasalahan Kesejahteraan Sosial adalah
seperti kemiskinan, ketelantaran, kecacatanketerasingan, bencana social dan
permasalahan sosisal baru atau kontemporer seperti gejala disintegrasi social,
konflik horizontal bernuansa SARA, ketimpangan social, kenakalan remaja, penyalah
gunaan narkoba, tidak kekerasan / perlakuan salah terhadap anak, perempuan dan
lanjut usia, HIV/AIDS dan sebagainya akan terus meningkat.
Perubahan
Kelembagaan penyelenggaraan Pembangunan Kesejahteraan Sosial baik dari dimensi structural maupun fungsional, yakni dari
Menteri Sosial Menjadi Kementerian Sosial dan berkurangnya hirarki
strukturalantara pusat dan daerah sebagai konsekuensi logis dari kebijakan
otonomi daerah, mengakibatkan tembuhnya permasalahan mendasar dan dalam
kaitaunnya dengan upaya menjamin adanya konsistensi antara kebijakan Kesejahteraan
Sosial dengan pelaksanaan pada tingkat operasional di daerah. Pendayagunaan
sumber-sumber masyarakat yang bernuansa fragmantis, sementara permasalahan sosial
terus bergulir dan berpotensi terhadap berbagai aspek kehidupan terutama
pertumbuhan, ekonomi, integrasi sosial, ketertiban keamanan yang pada akhirnya
masalah-masalah tersebut dapat
mengurangi kelangsungan hidup berbangsa dan bernegara.
Dalam rangka
pelaksanaan pembangunan Kota Palangka Raya dan sejalan dengan sistem
Pembangunan Nasional yang menetapkan dinas sosial sebagai pelayanan masyarakat
pada bidang Kesejahteraan sosial di Kota Palangka Raya.
Dalam
melaksanakan usaha kesejahteraan sosial, Dinas Sosial Kota Palangka Raya
berupaya untuk bekerja sama dengan masyarakat dan organisasi sosial yang
bergerak di bidang kesejahteraan sosial. Mereka merupakan potensi sumber
kesejahteraan sosial yang menjadi mitra Dinas Sosial Kota Palangka Raya di
lapangan. Adapun potensi kesejahteraan yang dimaksud adalah :
Tabel 6.
Data Keberadaan Potensi
Sumber Kesejahteraan Sosial
(PSKS)
No.
|
Jenis PSKS
|
Jumlah
|
1.
|
Pekerja Sosial Masyarakat (PSM)
|
30 orang
|
2.
|
Organisasi Sosial (ORSOS)
|
17 orsos
|
3.
|
Karang Taruna
|
30 KT
|
4.
|
Wahana Kesejahteraan Masyarakat Berbasis
Masyarakat
|
5 unit
|
5.
|
Dunia Usaha yang Melakukan UKS
|
-
|
6.
|
Keperitisan dan Kepahlawanan
|
158 orang
|
Sumber : Dinas Sosial
Dalam
menjalankan kegiatannya Dinas Sosial memiliki visi untuk jangka lima tahun ke depan
adalah: “Terwujudnya Kesejahteraan Sosial dari, oleh dan untuk semua”. Sedangkan
rumusan misi Dinas Sosial Kota Palangka Raya untuk lima tahun ke depan adalah:
a. Mewujudkan keberfungsian sosial
masyarakat dan potensi/sumber kesejahteraan.
b. Mewujutkan
SDM aparatur yang handal, berdedikasi, dan profesional.
c. Mewujudkan masyarakat yang beriman dan
bertaqwa serta kerukunan umat beragama.
d. Memperkuat ketahanan sosial melalui
upaya memperkecil kesenjangan sosial yang memberikan perhatian kepada
masyarakat yang kurang beruntung dan rentan kesejahteraan sosial.
5.4.2
Organisasi dan Personalia
Adapun daftar
nama pegawai dan susunan organisasi Dinas Sosial kota Palangka Raya dapat di
lihat pada tabel 7 di bawah ini:
Tabel 7.
Daftar Nama Pegawai dan Susunan
Organisasi
Dinas Sosial Kota
Palangka Raya
No.
|
Nama
|
Jabatan
|
1.
|
Drs. Suprianto
|
Kepala Dinas
|
2.
|
-
|
Kelompok Jabatan Fungsional
|
3.
|
Drs. Mahlani
|
Sekretaris
|
4.
|
Rathie
|
Kasubag Umum dan Kepegawaian
|
5.
|
Angelia Eva.T.,SE,MM
|
Kasubag Keuangan
|
6.
|
Siti Norrahmi, SP
|
Kasubag Perencanaan
|
7.
|
Dra. Arweliasi Gawei
|
Bid. Pemberdayaan Kesejahteraan Sosial
|
8.
|
Drs. Tondan
|
Sie Pemberdayaan Kesejahteraan Sosial Anak &
Kel
|
9.
|
Marhariantinei, S.Sos
|
Sie Pemberdayaan Kesejahteraan Sosial LU
|
10.
|
Rosmilon, SE
|
Sie Pemberdayaan Kesejahteraan Sosial Keluarga
Fakir miski
|
11.
|
Hj. Ruslianti, SH
|
Bid. Rehabilitasi Sosial
|
12.
|
Subarnadi
|
Sie. Rehabilitasi Sosial Orang dengan Kecacatan
|
13.
|
Dra. Free Nessy
|
Sie. Rehabilitasi Sosial Tuna Sosial
|
14.
|
Muji Lestari, SE
|
Sie. Rehabilitasi Sosial Anak Nakal & Korban
NAPZA
|
15.
|
Dra. Erni Suciati
|
Bid. Perlindungan & Jaminan Sosial
|
16.
|
Tony, S.Sos
|
Sie. Jaminan Kesejahteraan Sosial
|
17.
|
Sapta
|
Sie. Pengumpulan dan Pengelolaan Sumber Dana
Sosial
|
18.
|
Reanson Gantar, SH
|
Pekerja dan Orang Terlantar
|
19.
|
RD. Bardansyah, SE
|
Bid. Pemberdayaan Kelembagaan Sosial & Lembaga
keagamaan
|
20.
|
Suparno, SE
|
Sie. Pemberdayaan Kelembagaan Kesejahteraan Sosial
|
21.
|
Zinuddin
|
Sie. Pemberdayaan lembaga Keagamaan
|
22.
|
Drs. Yus Anwar,MAP
|
Sie. Urusan Kepahlawanan, Keperintisan Dan
Kesetiakawanan Sosial
|
23.
|
Drs. M. Soeja’i
|
Bid. Penanggulangan Bencana
|
24.
|
Damai, AMK, SH
|
Sie. Pencegahan dan Kesiapsiagaan
|
25.
|
Romi D. Purwanto, S.Sos
|
Sie. Kedaruratan dan Logistik
|
26.
|
Suryadinata, SSTP
|
Sie. Rehabilitasi dan Rekonstruksi
|
27.
|
-
|
Unit Pelaksana Tenis Dinas
|
Sumber
: Bagian Umum dan Kepegawaian
5.4.3
Tugas Pokok Organisasi
Adapun Tugas Pokok Organisasi di
Dinas Sosial Kota Palangka Raya adalah: melaksanakan urusan pemerintahan daerah
berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan di bidang kesejahteraan sosial,
keagamaan dan sosial budaya secara terpadu bersama instansi terkait sesuai
dengan ketentuan dan peraturan yang berlaku.
5.4.4
Perencanaan dan Pelaksanaan Program
1.
Perencanaan Program
Adapun
perencanaan program di Dinas Sosial Kota Palangka Raya dalam rangka pengentasan
kemiskinan adalah sebagai berikut:
1) Program Keluarga Harapan (PKH).
2) Pelatihan dan keterampilan bagi
penyandang masalah kesejahteraan sosial (fakir miskin)
3) Pelatihan dan keterampilan bagi anak
terlantar.
4) Pelatihan dan keterampilan bagi lanjut
usia (lansia).
5) Pelatihan dan keterampilan bagi korban
tindak kekerasan.
6) Pelatihan dan keterampilan bagi
penyandang penyakit sosial.
2.
Pelaksanaan Program
1)
Program Keluarga Harapan (PKH)
Program Keluarga Harapan (PKH) adalah program yang
memberikan bantuan tunai kepada Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM) yang memenuhi
kriteria tertentu, dan sebagai syarat atau imbalannya, RTSM penerima program
harus dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) yaitu pendidikan
dan kesehatan anggota keluarganya.
PKH bukan pengganti atau kelanjutan dari BLT/SLT, dan bukan
salah satu unit kegiatan dari PNPM
(1)
TUJUAN UTAMA
Mengurangi kemiskinan dan meningkatkan kualitas sumber daya
manusia terutama pada kelompok masyarakat miskin. Tujuan tersebut sekaligus
sebagai upaya mempercepat pencapaian target Millenium
Development Goals (MDGs).
(2)
TUJUAN KHUSUS
a. Meningkatkan
kondisi sosial ekonomi RTSM;
b. Meningkatkan
taraf pendidikan anak-anak RTSM;
c. Meningkatkan
status kesehatan dan gizi ibu hamil, ibu nifas, dan anak di bawah 6 tahun dari
RTSM;
d. Meningkatkan
akses dan kualitas pelayanan pendidikan dan kesehatan, khususnya bagi RTSM.
(3)
KETENTUAN PENERIMA BANTUAN
Penerima bantuan PKH adalah RTSM yang memiliki anggota
keluarga yang terdiri dari anak usia 0-15 tahun dan/atau ibu hamil/nifas.
Bantuan tunai hanya akan diberikan kepada RTSM yang telah terpilih sebagai
peserta PKH dan mengikuti ketentuan yang diatur dalam program.
Bantuan harus diterima oleh ibu atau wanita dewasa yang
mengurus anak pada rumah tangga yang bersangkutan (dapat nenek, tante/bibi,
atau kakak perempuan). Untuk itu, pada kartu kepesertaan PKH akan tercantum
nama ibu/wanita yang mengurus anak, bukan kepala rumah tangga.
(4)
SYARAT/KEWAJIBAN
PENERIMA BANTUAN
Calon penerima terpilih harus menandatangani persetujuan
selama mereka menerima bantuan, mereka akan :
a. Menyekolahkan
anak 7-15 tahun serta anak usia 16-18 tahun namum belum selesai pendidikan
dasar 9 tahun wajib belajar.
b. Membawa
anak usia 0-6 tahun ke fasilitas kesehatan sesuai dengan prosedur kesehatan PKH
bagi anak.
c. Untuk
ibu hamil, harus memeriksakan kesehatan diri dan janinnya ke fasilitas
kesehatan sesuai dengan prosedur kesehatan PKH bagi ibu hamil.
(5)
SYARAT
BANTUAN KESEHATAN
Tabel
8.
Syarat Bantuan Kesehatan
Sasaran
|
Persyaratan (kewajiban peserta)
|
Ibu
Hamil
|
Melakukan
pemeriksaan kehamilan (antenatal care) sebanyak minimal 4 kali (K1 di
trimester 1, K2 di trimester 2, K3 dan K4 di trimester 3) selama masa
kehamilan.
|
Ibu
Melahirkan
|
Proses
kelahiran bayi harus ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih
|
Ibu
Nifas
|
Ibu
yang telah melahirkan harus melakukan pemeriksaan atau diperiksa kesehatannya
setidaknya 2 kali sebelum bayi mencapai usia 28 hari
|
Bayi
Usia 0-11 Bulan
|
Anak
berusia di bawah 1 tahun harus diimunisasi lengkap dan ditimbang secara rutin
setiap bulan.
|
Bayi
Usia 6-11 Bulan
|
Mendapat
suplemen tablet vitamin A
|
Anak
Usia 1-5 Tahun
|
Dimonitor
tumbuh kembang dengan melakukan penimbangan secara rutin setiap 1 bulan;
Mendapatkan
vitamin A sebanyak 2 kali setahun pada bulan Februari dan Agustus
|
Anak
Usia 5-6 Tahun
|
Melakukan
penimbangan secara rutin setiap 3 bulan sekali dan/atau mengikuti program
pendidikan anak usia dini.
|
Fasilitas kesehatan yang disediakan
adalah:
a.
Puskesmas, Pustu, Polindes,
Poskesdes, Pusling, Posyandu.
b.
Dokter, Bidan, Petugas Gizi, Jurim,
Kader, Perawat
c.
Bidan kit, posyandu kit,
antropometri kit, imunisasi kit
d.
Tablet Fe, Vitamin A, Obat-obatan
dan bahan-bahan pelayanan kesehatan ibu & bayi baru lahir.
e.
Vaksin BCG, DPT, Polio, Campak,
Hepatitis B, TT ibu hamil
f.
Buku register (Kartu Menuju Sehat)
(6)
SYARAT
BANTUAN PENDIDIKAN
Anak penerima PKH Pendidikan yang berusia 7-18 tahun dan
belum menyelesaikan program pendidikan dasar 9 tahun harus mendaftarkan diri di
sekolah formal atau non formal serta hadir sekurang-kurangnya 85% tatap muka.
(7)
BESAR
BANTUAN
Besaran bantuan tunai untuk peserta PKH bervariasi
tergantung jumlah anggota keluarga yang diperhitungkan dalam penerimaan
bantuan, baik komponen kesehatan maupun pendidikan. Besaran bantuan ini di
kemudian hari bisa berubah sesuai dengan kondisi keluarga saat itu atau bila
peserta tidak dapat memenuhi syarat yang ditentukan.
Tabel
9.
Besar Bantuan yang di Berikan
Skenario Bantuan
|
Bantuan per RTSM per tahun
|
Bantuan
tetap
|
200.000
|
Bantuan
bagi RTSM yang memiliki:
Anak
usia di bawah 6 tahun dan/ atau ibu hamil/menyusui
|
800.000
|
Anak
usia SD/MI
|
400.000
|
Anak
usia SMP/MTs
|
800.000
|
Rata-rata
bantuan per RTSM
|
1.390.000
|
Bantuan
minimum per RTSM
|
600.000
|
Bantuan
maksimum per RTSM
|
2.200.000
|
Catatan:
a.
Bantuan terkait kesehatan berlaku
bagi RTSM dengan anak di bawah 6 tahun dan/atau ibu hamil/nifas. Besar bantuan
ini tidak dihitung berdasarkan jumlah anak.
b.
Besar bantuan adalah 16% rata-rata
pendapatan RTSM per tahun.
c.
Batas minimum dan maksimum adalah
antara 15-25% pendapatan rata-rata RTSM per tahun.
(8)
SANKSI:
Calon Peserta PKH yang telah ditetapkan menjadi peserta PKH
dan menandatangani komitmen, jika suatu saat melanggar atau tidak memenuhi
persyaratan yang telah ditetapkan, baik syarat kesehatan maupun syarat
pendidikan, maka bantuannya akan dikurangi, dan jika terus menerus tidak
memenuhi komitmennya, maka peserta tersebut akan dikeluarkan dari program.
1)
Pelatihan dan keterampilan bagi penyandang masalah
kesejahteraan sosial (fakir miskin), anak terlantar, lanjut usia, korban tidak
kekerasan,dan penyandang penyakit sosial
Pelatihan yang
diberikan kepada lansia adalah keterampilan beternak. Untuk keluarga muda mandiri
diberikan pelatihan tentang pembuatan kue dan pemberian motivasi. Untuk anak
terlantar diberikan bantuan berupa paket penambahan gizi dan pemberian
bimbingan motivasi. Kepada fakir miskin Dinas Sosial Kota Palangka Raya
memberikan bimbingan motivasi, penyuluhan masalah peternakan, perikanan dan
pelatihan pembuatan kue. Sedangkan untuk penyandang tindak kekerasan diberikan
pelatihan memasak.
Adapun pelatihan
dan keterampilan ini diberikan atau dilaksanakan selama 1-7 hari. Setelah
pelatihan usai dan penerima bantuan dianggap lulus maka Dinas Sosial akan
memberikan bantuan Usaha Ekonomi Produktif (UEP) berupa barang yang mana tiap
paketnya senilai Rp.2.000.000,00 kepada sepuluh orang (masing-masing bagian).
Tabel 10.
Jumlah
Penerima Bantuan Dan Besarnya Bantuan
No.
|
Penerima Bantuan
|
Lokasi
|
Besarnya Bantuan
|
Jumlah
|
1.
|
Fakir miskin
|
Kelurahan Palangka
|
Rp.2.000.000/orang
X
20 orang
|
Rp.40.000.000,-
|
Kelurahan Langkai
|
Rp.2.000.000/orang
X
10 orang
|
Rp.20.000.000,-
|
||
2.
|
Anak Terlantar
|
Kelurahan Petuk
Barunai
|
Rp.2.000.000/orang
X
10 orang
|
Rp.20.000.000,-
|
3.
|
Lanjut Usia (Lansia)
|
Kelurahan Petuk Bukit
|
Rp.2.000.000/orang
X
10 orang
|
Rp.20.000.000,-
|
4.
|
Korban Tindak
Kekerasan
|
Kota Palangka Raya
|
Rp.2.000.000/orang
X
10 orang
|
Rp.20.000.000,-
|
5.
|
Keluarga Muda Mandiri
|
Kelurahan Sabaru
|
Rp.2.000.000/orang
X
10 orang
|
|
6.
|
Penyandang Penyakit
Sosial
|
Kota Palangka Raya
|
Rp.2.000.000/orang
X
10 orang
|
Rp.20.000.000,-
|
Sumber : Dinas Sosial
Kota Palangka Raya
Setelah Dinas
Sosial memberikan bantuan dana maka selanjutnya dinas sosial memantau secara
berkala setiap tiga bulan sekali, saat memantau Dinas Sosial langsung
mengevaluasi keberhasilan penerima bantuan.
Ada pula bantuan
yang di berikan secara cuma-cuma (Asistensi) oleh Dinas Sosial tanpa memberikan
pelatihan dan pengajaran, hal ini di karenakan penerima bantuan ini tidak dapat
melakukan apa-apa seperti lanjut usia dan orang dengan kecacatan berat. Adapun
jumlah bantuan dana yang di berikan oleh Dinas Sosial adalah sebagai berikut:
Tabel 11.
Jumlah
Penerima Bantuan Asistensi Dan Besarnya Bantuan
No.
|
Penerima Bantuan
|
Lokasi
|
Besarnya Bantuan
|
Jumlah
|
1.
|
Fakir Miskin
|
Kota Palangka Raya
|
Rp.200.000,-/
Orang/Bulan
X
90 Orang
|
Rp.18.000.000,-
/bulan
|
2.
|
Orang Dengan
Kecacatan Berat
|
Kota Palangka Raya
|
Rp.300.000,-/
Orang/Bulan
X
30 Orang (yang
terealisasi hanya 12 orang)
|
Rp.3.600.00,- / Bulan
|
Sumber : Dinas Sosial
Kota Palangka Raya
5.5
DINAS PERTANIAN KOTA PALANGKA RAYA
5.5.1
Gambaran Umum
Dalam era
desentralilasi, yang berarti “daerah membangun dirinya sendiri” dalam kerangka
Negara Kesatuan Republik Indonesia, tetap diperlukan kesadaran yang menyangkut
hak dari kewajiban setiap warga masyarakat. Dengan demikian masyarakat tidak
lagi sebagai objek pembangunan tetapi dilibatkan sebagai subyek pembangunan.
Untuk itu faktor kunci sebagai tumbuhnya kesadaran masyarakat terletak antara
lain pada :
1. Persepsi dari masyarakat luas terhadap
tujuan dan arah perencanaan pembangunan yang sedang dan akan dilaksanakan.
2. Meningkatkan permintaan pelayanan prima
kepada masyarakat oleh aparat perencanaan pembangunan.
3. Keikutsertaan masyarakat dalam proses
perencanaan dan pengawasan pembangunan .
4. Adanya perasaan dari masyarakat untuk
turut/ dapat menikmati hasilnya.
5. Ditumbuhkan kembali rasa ikut memiliki
dan untuk memelihara.
6. Tuntutan setiap kegiatan perencanaan dan
pelaksanaan pembangunan harus akuntabel.
Berdasarkan
peraturan daerah Kota palangka Raya Nomor 12 Tahun 2008 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Dinas Daerah Kota Palangka Raya (Lembaga Daerah Kota Palagka Raya
Tahun 2008 Nomor 12) mempunyai Fungsi sebagai berikut :
Dinas pertanian,
perikanan, dan peternakan Kota Palangka Raya Mempunyai fungsi, sebagai berikut
:
1. Melaksanakan pengelolaan benih/ bibit
berdasarkan penetapan pedoman/ standar yang berlaku.
2. Melaksanakan produksi dan peredaran
hasil-hasil pertanian.
3. Melaksanakan pemberantasan hama dan
penyakit tanaman.
4. Melaksanakan pengembangan, pengkajian
teknologi tepat guna bidang pertanian dan informasi pertanian.
5. Melaksanakan pembudidayaan dan
pembenihan ikan serta pengaturan penangkapannya.
6. Melaksanakan pemberantasan hama dan
penyakit hewan.
7. Pemberian rekomendasi penetapan rumah
potong hewan dan satuan pelayanan peternakan terpadu.
8. Pengujian mutu bahan pangan nabati dan
hewani.
9. Pelayanan kesehatan hewan dan
pemberantasan hama penyakit.
10. Pengembangan SDM, Bimtek, Pelatihan dan
konsultasi Agribisnis.
Dinas Pertanian,
Perikanan, dan Peternakan Kota Palangka Raya memiliki Visi dan Misi. Visi dan
Misi Nya sebagai berikut :
1.
Visi
Visi Dinas Pertanian,
Perikanan dan Peternakan Kota Palangka Raya Tahun 2009-2013 adalah “Pengelolaan Lahan dan Perairan yang Lestari
untuk Kesejahteraan Rakyat.” Visi ini mengandung arti :
1) Pengelolaan
Lahan dan Perairan adalah suatu tindakan
terhadap permukaan bumi baik darat maupun perairan yangmerupakan kesatuan berbagai
sumberdaya yang saling berinteraksi membentuk suatu sistem struktural dan
fungsional.
2) Lestari
mengandung arti pembangunan yang
dilaksanakan untuk memenuhi kebutuhan masa kini tanpa menutup kemungkinan
generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhan mereka.
3) Kesejahteraan
Rakyat mengandung arti suatu kondisi masyarakat
yang lebih baik, makmur, sehat dan damai dimana pendapatan yang diperoleh cukup
untuk memenuhi kebutuhan dasar masyarakat bersangkutan.
2.
Misi
Misi merupakan tindakan
yang dilakukan untuk mewujudkan tercapainya visi yang dicita-citakan. Misi yang
dicanakan Dinas Pertanian, Perikanan, dan Peternakan Kota Palangka Raya untuk
tahun 2009-2013 yang harus dilaksanakan adalah :
1) Terwujudnya Pertanian, Perikanan dan
Peternakan yang bersinergi
2) Terwujudnya produktivitas, produk, daya
saing dan nilai tambah produk pertanian.
3) Terwujudnya pelaku usaha melalui
pengembangan teknologi, pembangunan sarana, prasarana, pembiayaan, akses pasar
dan kebijakan pendukung.
4) Terwujudnya SDM yang visioner dalam
pengelolaan potensi lahan / perairan.
5.5.2
Organisasi dan Personalia
Adapun daftar
nama pegawai dan susunan organisasi Dinas Pertanian, Perikanan dan Peternakan
Kota Palangka Raya dapat dilihat dari tabel berikut :
Tabel 12.
Organisasi dan Personalia
Dinas Pertanian, Perikanan
dan Peternakan
No.
|
Nama
|
Jabatan
|
1.
|
Ir. Asmat Limpong, MP
|
Kepala Dinas
|
2.
|
Almes, S.Sos
|
Sekertaris
|
3.
|
Hj. Evi Tris Hartati, SP
|
Kepala Sub Perencanaan
|
4.
|
Hj. Herning Raharjanti, SP
|
Kepala Sub Bagian Keuangan
|
5.
|
Hj. Sri Damaiyanti, SP
|
Kepala Sub Bagian Umum dan Kepegawaian
|
6.
|
Ridha Annisa, SP
|
Pelaksana
|
7.
|
Aurie
|
Pelaksana
|
8.
|
Titik Sunarlin, SP
|
Pelaksana
|
9.
|
Ibbertuah Lampe, SP
|
Pelaksana
|
10.
|
Anugrahni, S.PKP
|
Pelaksana
|
11.
|
Galbiah, SP
|
Pelaksana
|
12.
|
Lia Dewi, SP
|
Pelaksana
|
13.
|
Chrismeiliani, A.md
|
Pelaksana
|
14.
|
Yudinus, A,md
|
Pelaksana
|
15.
|
Sukatno
|
Pelaksana
|
16.
|
Jiyeni, SP
|
Kasi Sarana dan Prasarana TPH
|
17.
|
Ir. Martinus Didi
|
Kasi Perlindungan Pengawasan TPH
|
18.
|
Junimiadi, SP
|
Kasi Bina Mutu dan Produksi
|
19.
|
Imbang Triatmaji, SP
|
Pelaksana
|
20.
|
Julvi Yaqdzan, SP
|
Pelaksana
|
21.
|
Muhammad Yuseran, SP
|
Pelaksana
|
22.
|
Rukayah
|
Pelaksana
|
23.
|
Agustari Kristidingrum, SP, M.Si
|
Pelaksana
|
24.
|
Hofny P.P Pasaribu, SP
|
Pelaksana
|
25.
|
M. Reiza Indrawan, SP, MMA
|
Pelaksana
|
26.
|
Rahmidah, SP
|
Pelaksana
|
27.
|
Riduan, SP
|
Pelaksana
|
28.
|
Yayuk Widiastuti, SP
|
Pelaksana
|
29.
|
Sartika Sinta Asi, SP
|
Pelaksana
|
30.
|
Andreas J. Sihombing, SP
|
Pelaksana
|
31.
|
Indra Prawira, SP
|
Pelaksana
|
32.
|
Drh. Berita Jaya
|
Kepala Bidang Peternakan
|
33.
|
Sugiyanto, S.Pt, M.Si
|
Kasi Keswan dan Kesmavet
|
34.
|
Sandianto, S,Pi
|
Kasi pengembangan Sarpas Peternakan
|
35.
|
Hastuti Sinaga, S.Pt
|
Kasi Bina Mutu dan Prod. Peternakan
|
36.
|
Drh. Alex Uria Atmaja
|
Pelaksana
|
37.
|
Drh. Ganjar Priyayno
|
Pelaksana
|
38.
|
Sri Fakhnoliana, S.Pt
|
Pelaksana
|
39.
|
Endah Marsudiningsih, S.Pt
|
Pelaksana
|
40.
|
Cicae, S,Pt
|
Pelaksana
|
41.
|
Chandra Dewi, SP
|
Pelaksana
|
42.
|
Ninik Lestari, S,Pt
|
Pelaksana
|
43.
|
Erich Rante Dago M, S.ST
|
Pelaksana
|
44.
|
Ir. Lensi Asi, M.Si
|
Kepala Bidang Perikanan
|
45.
|
Ir. Nestor Remedy
|
Kasi Perlindungan dan Pengawasan Perairan Umum
|
46.
|
Brina Endini
|
Kasi Pengembangan Perikanan Tangkap dan Sarana
Prasarana
|
47.
|
Asi Mantuh, S.Pi
|
Kasi Pengembangan Budidaya Perikanan
|
48.
|
Cebyanto, S.Pi
|
Pelaksana
|
49.
|
John
|
Pelaksana
|
50.
|
Baituniyah, S.Pi
|
Pelaksana
|
51.
|
Heriyanto, S.Pi
|
Pelaksana
|
52.
|
Hevy Kristianae, S.Pi
|
Pelaksana
|
53.
|
Farida Suprian Seff, SP
|
Pelaksana
|
54.
|
Retni Anggriana, S.Pi
|
Pelaksana
|
Sumber : Bagian Umum
dan Kepegawaian
5.4.3
Tugas Pokok Organisasi
Dinas Pertanian,
perikanan dan peternakan mempunyai tugas pokok melaksanakan urusan Pemerintah
daerah Berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan di bidang pertanian,
perikanan dan peternakan secara terpadu bersama instansi terkait sesuai
ketentuan dan peraturan yang berlaku.
5.4.4
Perencanaan dan Pelaksanaan program
1.
Perencanaan Program
Program dan
kegiatan Dinas Pertanian, Perikanan dan Peternakan Kota Palangka Raya Tahun
2013 yang dibiayai dari APBD Kota dan APBN (Dana DAK) dan sumber yang Lainnya
adalah Pengembanga Budidaya Perikanan.
2.
Pelaksanaan Program
Pengembangan
Budidaya Prikanan
1)
Program pengembangan perikanan Budidaya
a.
Kegiatan pengembangan sistem Pembenihan produksi dan
usaha pembudidayaan ikan.
Gambar : 11
Contoh
usaha ikan keramba
|
b. Kegiatan Pengembangan Prasaranan dan
Sarana Pembudidayaan Ikan
Indikator
kinerja program/ Kegiatan. Keluaran : meningkatkan produktivitas dan produksi
perikanan budidaya. Hasil : tersedianya sarana dan prasarana perikanan
budidaya. Sasaran Tahun 2013 : pembudidayaan ikan, nelayan. SKPD penangung
Jawab : Dinas Pertanian, Perikanan, dan Peternakan Kota Palangka Raya. Alokasi
dana tahun 2012 sebesar Rp 2.053.000.000,00. Indikasi angaran tahun 2013 yang
dibiayai oleh APBD Kota Palangka Raya Sebesar Rp 2.000.000,00 dan dibiayai oleh
DAK sebesar Rp 1.300.000.000,00 jadi seluruhnya berjumlah Rp 1.500.000.000,00. Lokasi
pelaksanaan kegiatan bertempat di Kota Palangka Raya.
c. Kegiatan Pengembangan Kesehatan Ikan
Indikator
kinerja program/ Kegiatan. Keluaran : uji laboraturium hama dan penyakit ikan. Hasil
: menurunkan mortalitas ikan. Sasaran 2013 pembudidayaan ikan, nelayan. SKPD
Penanggungjawab : Dinas Pertanian, Perikanan, dan Peternakan Kota Palangka
Raya. Alokasi dana tahun 2012 sebesar Rp 10.000.000. Indikasi anggaran tahun
2013 yang dibiayai oleh APBD Kota Palangka Raya Sebesar Rp 15.000.000. Lokasi
pelaksanaan kegiatan bertempat di Kota Palangka Raya.
d. Pendataan dan Monev Unit Pembenihan
Rakyat (UPR), wirausaha perikanan budidaya dan PM2L
Indikator
kinerja program/ kegiatan. eluaran : tersedianya dana pembinaan monev UPR,
wirausaha perikanan budidaya dan PM2L. Hasil : terlaksananya pembinaan monev
UPR, wirausaha periakanan budidaya dan PM2L. Sasaran tahun 2013 : fasilitas
pembinaan kepada pembudidaya ikan. SKPD penanggungjawab : Dinas Pertanian,
Perikanan dan peternakan Kota Palangka Raya. Alokasi dana tahun 2012 sebesar Rp
14.000.000. Indikasi anggaran tahun 2013 yang dibiayai oleh APBD Kota Palangka
Raya sebesar Rp 20.000.000,00. Lokasi pelaksanaan kegiatan bertempat di Kota
Palangka Raya.
e. Pengumpulan, pengolahan, dan penyajian
data statistik perikanan.
Keluaran :
tersedianya data statistik perikanan. Hasil : tersedianya pengumpulan,
pengolahan dan penyajian data statistik perikanan. Sasaran tahun 2013 :
tersedia data statistik perikanan yang akurat. SKPD penanggungjawab : Dinas
Pertanian, periakanan dan peternakan Kota Palangka Raya. Alokasi dana tahun
2012 sebesar Rp 15.000.000,00. Indikasi anggaran tahun 2013 yang dibiayai oleh
APBD Kota Palangka Raya sebesar Rp 20.000.000,00. Lokasi pelaksanaan kegiatan
bertempat di Kota palangka Raya.
f. Wirausaha peningkatan Budidaya
Keluaran :
tersedianya dana guna pengembangan wirausaha pemula perikanan. Hasil :
peningkatan pendapatan para pembudidaya ikan pemula. Sasaran Tahun 2013 :
fasilitas bagi pembudidaya pemula. SKPD penanggungjawab : Dinas Pertanian,
Perikanan dan Peternakan Kota Palangka Raya. Indikasi anggaran tahun 2013 yang
dibiayai oleh TP sebesar Rp 600.000.000. Lokasi pelaksanaan kegiatan bertempat
di Kota Palangka Raya.
2)
Program pengembangan perikanan Tangkap
a. Kegiatan Pengembangan Usaha Penangkapan
Ikan dan Pemberdayaan Nelayan Skala Kecil
Keluaran:
pemberdayaan masyarakat (Nelayan) dalam pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya
perikanan. Hasil : terbinanya pengelolaan usaha penangkapan ikan dan penguatan
modal KUB nelayan. Sasaran tahun 2013 : pembudidayaan ikan/ nelayan. SKPD
penangungjawab : Dinas Pertanian, Perikanan dan peternakan Kota Palangka Raya. Alokasi
Dana tahun 2012 sebesar Rp 125.000.000,00. Indikasi anggaran tahun 2013 yang
dibiayai oleh APBD Kota Palangka Raya sebesar Rp 100.000.000,00. Lokasi
pelaksanaan kegiatan bertempat di Kota Palangka Raya
3)
Program Pemberdayaan Masyarakat Dalam Pengawasan dan
Pengendalian Sumber Daya Kelautan.
a. Kegiatan pengawasan perairan.
Keluaran :
meningkatkan pengawasan pengendalian sumberdaya perikanan yang terpadu dan
terkoordinasi. Hasil : pembentukan, penataan pengaktifan Pokwasnas, pemetaan
potensi perairan dan pengembangan sarana pengawasan. Sasaran tahun 2013 :
pembudidayaan ikan/ nelayan. SKPD penanggungjawab : Dinas Pertanian, Perikanan
dan Peternakan Kota Palangka Raya. Alokasi dana tahun 2012 sebesar Rp
92.000.000,00. Indikasi anggaran tahun 2013 yang dibiayai oleh APBD Kota
Palangka Raya sebesar Rp 50.000.000,00 dan dibiayai oleh TP sebesar Rp
200.000.000,00 jadi jumlah anggaran pada tahun 2013 sebesar 250.000.000,00. Lokasi
pelaksanaan kegiatan bertempat di Kota Palangka Raya.
4)
Program Penelitian dan Pengembangan IPTEK
a. Kegiatan lanjutan kerjasama peningkatan
kualitas SDM dan pemanfaatan IPTEK Bidang Perikanan dengan UNPAR
Keluaran :
tersedianya paket rekomendasi pembangunan Pertanian, Perikanan dan Peternakan. Hasil
: 1 (satu) paket sarana dan prasarana produksi (KJA, Hatchery dan Ikan hasil
uji coba). Sasaran tahun 2013 : Masyarakat. SKPD penanggungjawab : Dinas
Pertanian, perikanan, dan peternakan Kota Palangka Raya. Alokasi dana tahun
2012 sebesar Rp 100.000.000,00. Indikasi anggaran tahun 2013 yang dibiayai olh
APBD Kota Palangka Raya sebesar Rp 150.00.000,00. Lokasi pelaksanaan kegiatan
bertempat di Kota Palangka Raya.
BAB
V
KESIMPULAN
DAN REKOMENDASI
6.1
Kesimpulan
Pemerintah
Daerah Kota Palangka Raya, Provinsi Kalimantan Tengah telah banyak melakukan
usaha menurunkan angka kemiskinan
warganya. Dalam kenyataannya angka
kemiskinan warga kota Palangka Raya
terus mengalami naik turun, sebagi contoh pada tahun 2007 jumlah penduduk
miskin sebanyak 5,75 % tahun berikutnya 2008 mengalami penurunan menjadi 4, 64
% kemudian tahun 2009 jumlah warga miskin naik sedikit menjadi 4,76 % dan tahun
2010 jumlah warga miskin naik lagi menjadi 5,31 %. Sampai bulan September 2013
jumlah warga kota Palangka Raya yang miskin sebanyak 4,5%. Bila dibandingkan
dengan Kabupaten lainnya dalam lingkup provinsi Kalimantan Tengah,
prosentase warga miskinnya yang paling
rendah. Pada tahun 2010 Pemerintah Daerah
Tingkat II yang paling banyak warganya yang miskin berturut-turut :
Barito Timur (10,51 %), Seruyan (10,00 %), Barito Selatan (8,57 %),
Kotawaringin Timur (8,37 %), Gunung Mas (8,07 %.), Katingan (7,56 %), Barito Utara (7,11%),
Kapuas (7,11%), Murung Raya (7,05 %),
Kobar (6,97%), Sukamara (6, 65%), Pulang
Pisau (6,18 %) dan Lamandau (5,81%).
Usaha
pengentasan kemiskinan kota Palangka Raya terus dilakukan secara serentak lewat
masing-masing SKPD, mulai menampakkan hasilnya. Berikut program yang
dilaksanakan SKPD untuk memperbaiki kondisi sosial ekonomi warganya :
1. BP2PNFI secara periodik melaksanakan
kegiatan pemberantasan buta aksara, penyelenggaraan program belajar paket A, B,
dan C,. dan penyelenggaraan pendidikan PAUD yang meliputi penitipan anak, Kelompok
Belajar, dan Taman-Kanak-kanak. Disamping itu warga binaan juga diberikan
ketrampilan hidup berupa kursus – kursus seperti : menjahit, bengkel, dan lain-lain.
Kelemahan dari kegiatan
yang dilaksanakan oleh BP2PNFI adalah sangat tergantung dari tahun
anggaran dan tak ada kelanjutannya.
Disamping itu monitoring terhadap warga yang pernah menjadi binaan tidak
dilakukan secara terus-menerus sehingga tidak diketahui tingkat keberhasilan
warga yang pernah dibina.
2. Badan Pemberdayaan Masyarakat
Badan ini sudah banyak
melakukan kegiatan dalam memperdayakan masyarakat agas terentas dari kemiskinan
dengan berbagai macam kegiatan seperti : bantuan gerobak bagi pemulung dan
dagang pentol, bantuan pemisah tulang ikan, pemanfaatan lahan kosong dan lain-lain.
Kelemahan yang dihadapi
dalam pelaksanaan kegiatan program di badan ini adalah: kurangnya anggaran dan
tidak termonitornya dengan baik warga yang pernah dibantu. Bisa saja warga
berkali-kali mendapat bantuan yang sama tapi domisilinya berpindah-pindah.
3. Badan Amil Zakat sebagai lembaga
keumatan telah banyak membantu warga miskin dengan memberikan pinjaman dana
bergulir untuk usaha produktif. Berbagai macam jenis usaha yang digeluti oleh
warga yang mendapat bantuan dari usaha gorengan hingga penggergajian kayu.
Pinjaman yang bermahar sukarela itu termasuk sangat lancar dalam
pengembaliannya. Sayangnya tidak semua warga yang mau meminjam bisa dipenuhi
karena ketersediaan dana tergantung dari jumlah dana yang tersedia dan donator.
4. Dinas Sosial menangani warga miskin yang
menyandang masalah sosial dan penyakit sosial. Anggaran yang tersedia terbatas sehingga
gerak langkahnya tak nampak di lapangan.
5. Dinas Pertanian dan Perikanan, dalam
penelitian ini bagian perikanan yang dijadikan fokus dalam penelitian, karena
kebutuhan ikan untuk kota sangat besar, begitu pula peluang usaha sangat
terbuka khususnya usaha ikan keramba di sungai Kahayan sekitar Pahandut
Seberang dan Pelabuhan Rambang. Banyak usaha yang telah dilakukan dalam
membantu usaha ikan keramba sehingga ada kisah sukses Pak Sugianor dan Pak Hartono petani keramba.
Kelemahannya adalah banyaknya data yang sulit ditemukan lagi di lapangan dengan
berbagai kemungkinan yang menyebabkan seperti pindah tempat, pindah usaha,
gagal dan lain-lain.
6.2
Rekomendasi.
1. Pengentasan kemiskinan bukan pekerjaan
yang mudah sehingga perlu koordinasi yang mantap diantara SKPD, dengan
mengedepankan kinerja, dan mengurangi egosentris masing-masing SKPD.
2. Monitoring dan pembinaan yang
berkelanjutan sangat perlu sehingga warga yang sudah sempat diberikan pelatihan
dan pinjaman terus ada tali silaturahmi dan terus memacu pengembangan usaha
sesuai dengan kemajuan zaman.
3. Perlu adanya catatan yang terpelihara
sehingga terhindar dari warga yang berulang kali mendapat bantuan yang sama
dengan cara berpindah dari satu lokasi ke lokasi lainnya.
DAFTAR
PUSTAKA
Arikunto, S. Prosedur
Penelitian, Suatu Pendekatan Praktis. PT. Rineka Cipta, Jakarta. 1998.
BAPPENAS, Strategi Nasional
Penanggulangan Kemiskinan, sekrtariat kelompok Kerja Perencanaan Makro Penanggulangan
Kemiskinan, 2005
Haryati
Roebyantho, dkk. Dampak Sosial Ekonomi Program Penanganan Kemiskinan Melalui KUBE Jakarta; P3KS Press, 2011.
Hidayanti. P, Pengembangan Masyarakat Kemiskinan dan
Upaya Pemberdayaan, komunitas jurnal Masyarakat Islam, Jurnal Volume
2, Nomor 1, Juni 2006.
Jhon Friedman dalam Ala, B. Andre.. Kemiskinan dan
Strategi Memerangi Kemiskinan. Liberti Offset. 1996
Tadjuddin, Noer Effendi. 1995. Sumber Daya Manusia
Peluang Kerja dan Kemiskinan. Cetakan 11. Yogyakarta: PT. Tiara Wacana
Yogyakarta.
______,1998. Kesempatan Kerja Sektor Informal di
Daerah Perkotaan, Indonesia
(Analisis Pertumbuhan dan Peranannya), dalam Majalah Geografi Indonesia. Th 1, No.2, September
1988, hal 1-10
Todaro. Michael P. 2000. Pembangunan Ekonomi,
Edisi Kelima, Jakarta: Erlangga
Zadjuli, Imam Suroso. 1995. Penanggulangan Kemiskinan,
Problem dan Strategi
Pengentasannya. Surabaya: Universitas Airlangga
BalasHapusini kisah nyata saya . . . .
perkenalkan nama saya zalinah aruf, saya berasal dari kota Bandung saya bekerja sebagai seorang karyawan di salah satu perusaan Yogyakarta.dimana saya sudah hampir kurang lebih tiga tahun lamanya saya bekerja di perusaan itu.
Keinginan saya dan impian saya yang paling tinggi adalah ingin mempunyai usaha atau toko sendiri,namun jika hanya mengandalkan gaji yah mungkin butuh waktu yang sangat lama dimana belum biaya kontrakan dan utan yang menumpuk justru akan semakin sulit dan semakin lama impian itu tidak akan terwujud
saya coba" buka internet dan saya lihat postingan orang yg sukses di bantu oleh seorang kyai dari sana saya coba menghubungi beliau, awalnya saya sms terus saya di suruh telpon balik disitulah awal kesuksesan saya.jika anda ingin mendapat jalan yang mudah untuk SOLUSI MUDAH, CEPAT LUNASI UTANG ANDA, DAN MASALAH EKONOMI YG LAIN, TANPA PERLU RITUAL, PUASA DLL. lewat sebuah bantuan penarikan dana ghoib oleh seorang kyai pimpinan pondok pesantren shohibul Qur’an. dan akhirnya saya pun mencoba menghubungi beliyau dengan maksut yang sama untuk impian saya dan membayar hutang hutang saya.puji syukur kepada tuhan yang maha esa melalui bantuan beliau.kini sy buka usaha distro di bandung.
Sekali lagi Saya mau mengucapkan banyak terimah kasih kepada K.h. Muh. Safrijal atas bantuannya untuk mencapai impian saya sekarang ini. Untuk penjelsan lebis jelasnya silahkan >>>>>>>>KLIK SOLUSI TEPAT DISINI<<<<<<<<<
Anda tak perlu ragu atau tertipu dan dikejar hutang lagi, Kini saya berbagi pengalaman sudah saya rasakan dan buktikan. Semoga bermanfaat. Amin..